Share

AMBON, LaskarMaluku.com – Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) merupakan daerah yang kental dengan adat dan budaya, oleh sebab itu Pemilihan Kepala Daerah serentak tanggal 27 November 2024 mendatang di MBD harus mencerminkan semangat dan budaya Snyoli Litea dalam bingkai Kalwedo.

Lantaran itu,tiga pasang kandidat yang akan bertarung di Pilkada MBD diingatkan agar menggunakan cara-cara yang beretika dalam berkontestasi sehingga tidak menciderai demokrasi di bumi Kalwedo.

Penegasan ini disampaikan sesepuh masyarakat MBD yang juga pelaku utama lahirnya MBD dari pemekaran Maluku Tenggara Barat (MTB), Piet Norimarna kepada pers, via sambungan telepon, Minggu (1/9/2024) siang

Dirinya meminta ketiga pasangan calon agar berpolitik dengan santun dan bermartabat serta mengutamakan semangat dan budaya Snyoli Litea dalam bingkai Kalwedo.

“Jangan racuni masyarakat dan merusak daerah yang kita cintai bersama ini dengan black campaign (kampanye hitam) juga dengan money politc (politik uang). Imbauan ini berlaku untuk ketiga pasang calon yang tengah berkontestasi bersama para tim sukses dan pendukungnya” harap Norimarna.

BACA JUGA:  Akhiri Masa Jabatan, Ini Pesan Walikota Tual dan Wakil

Ditambahkan, Paslon harus tetap mengutamakan pendidikan politik bagi masyarakat, karena di moment-moment seperti ini, penting untuk menjaga semangat dan budaya Kalwedo yang selama ini dipakai sebagai slogan kehidupan bersama.

“Ini yang harus ditekankan. Jangan sampai Kalwedo dan Snyoli Lieta hanya slogan semata. Sebagai calon-calon pemimpin, mari tunjukan contoh dan pembelajaran yang baik bagi masyarakat,” imbuhnya pula.

Menurut Piet Norimarna yang pernah menjabat Kepala Dinas Perikanan Provinsi Maluku ini, ketiga pasangan calon harus mengutamakan visi misi demi kemajuan daerah.

“Jangan saling menyerang apa lagi dengan menggunakan berita hoax atau informasi yang belum dipastikan kebenarannya. Karena bagaimana pun juga semua figur yang berkontestasi adalah orang saudara,”tegasnya seraya menambahkan, secara kultural, ketiga paslon adalah orang bersaudara yang diikat dengan frasa Kalwedo.

BACA JUGA:  DPRD Tanimbar Abaikan Surat Balasan BPK RI, Ini Alasan Pemda Tidak Hadiri Paripurna

“Kalwedo dalam bahasa Kisar bermakna tidak ada hal yang buruk. Itu berarti dalam konteks Pilkada ini, tindakan buruk kampanye hitam dan politik uang tidak berlaku saat kompetisi,” jelasnya.

Norimarna menambahkan, Kalwedo dalam bahasa Leti, Moa dan Lakor secara implisit memberi makna menyusun sesuatu yang baru atau memperbaiki sesuatu yang rusak menjadi lebih baik.  

Sementara bagi orang Babar, Kalwedo dimaknai sebagai komitmen untuk mengawal apa yang baik yg diwariskan oleh para leluhur.

“Jadi semangat Kalwedo tersebut harus tetap menjiwai para calon pemimpin daerah untuk berkompetisi tanpa saling menyakiti,” tegas Norimarna.

Dirinya berharap para kandidat harus menyampaikan hal ini juga kepada tim sukses dan pendukungnya karena tim sukses adalah cerminan dari kandidatnya. Masyarakat akan menilai perilaku mereka karena masyarakat MBD adalah masyarakat cerdas.

BACA JUGA:  Tiga Paslon Bertarung di Pilkada MBD

Mantan Sekda MTB saat pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) MBD ini juga mengingatkan lembaga penyelenggara baik KPU maupun Bawaslu agar independen dan tegas sesuai aturan dalam menjalankan tugas.

Kepada aparat penegak hukum, baik kepolisian maupun TNI, Norimarna  menyampaikan apresiasi, karena selama ini sudah maksimal dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Ia berharap, suasana Kamtibmas ini tetap terjaga terutama dalam pelaksanaan pesta demokrasi di bumi Kalwedo.

Yang juga penting adalah harapan agar aparat penegak hukum jangan mau diperalat untuk kepentingan Paslon tertentu. Karena di masa pilkada ini banyak kepentingan politik yang bermain, khususnya dalam penanganan kasus-kasus pidana khusus,” pintanya

“Ini harapan kita bersama. Pilkada MBD harus bermartabat dan berbudaya. MBD harus menjadi contoh yang baik  bagi daerah yang lain,” tutup Piet Norimarna. (L02)