LASKAR – Setiap tahun umat Katolik merayakan Kamis Putih, suatu perayaan yang mulia karena umat mengenang kembali peristiwa agung yang di buat oleh Tuhan Yesus bersama para muridnya.

Perjamuan terakhir Tuhan Yesus bersama para muridnya, sebelum besok Yesus ditangkap, didera di salibkan dan wafat di Kayu Salib. Maka peristiwa malam Kamis Putih merupakan malam perjamuan Tuhan memberikan suatu kesan indah bagi para muridnya yang dilanjutkan kepada kita pada saat ini yang menyandang diri sebagai pengikut-pengikutnya untuk selalu dan senantiasa mengenangkan Tuhan Yesus melalui Ekaristi Kudus.

Demikian inti khotbah Pastor Paroki Hati Kudus Yesus Olilit Barat, RD. Matheus Bwariat pada perayan Ekaristi Kamis Putih, di Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Olilit Barat, Kamis (01/03/2021) malam.

“Perjamuan malam terakhir pada saat ini kita rayakan dalam ekaristi kudus Kamis Putih hendaknya menjadi malam pembaharuan iman kita terhadap ajaran Yesus yang hakiki. Yesus tidak pertama-tama mendirikan agama sebagai institusi, tetapi gaya hidup dan gerakan kasih Allah Yesus mengajarkan satu hal yang penting dan ditekankan oleh Tuhan yakni mencintai,”kata Pastor Paroki.

Dikatakan, Yesus sudah lebih dulu mencintai kita sampai wafat di Kayu Salib dan itu merupakan ajaran terindah Yesus bagi kita bagai mana kita harus mencintai satu sama lain.

Yesus menunjukan cinta kasihnya kepada umat manusia melalui tindakan konkrit dan nyata dengan mengerjakan mujisat-mujisat.

“Perayaan Kamis Putih mau mengajarkan kita bagaimana cinta Yesus bagi kita dan karena itu Yesus mengajarkan supaya kita pun saling mencintai, mencintai berarti butuh pengorbanan, pengorbanan hidup seperti Yesus sungguh mencintai kita maka dia rela mengorbankan diri di kayu salib”ungkap Pastor.

Oleh sebab itu, Pastor Bwariat menuturkan, ada dua hal penting yang dihadirkan dalam perayaan Kamis Putih, pertama, ritus pembasuhan kaki, yang kita kenal sebagai satu perayaan pembasuhan kaki. Karena pada saat malam terakhir Yesus membasuh kaki para murid-nya.

“Karena masih dalam situasi pandemic jadi malam ini kita tidak melakukan pembasuhan kaki,”ungkap Romo seraya menambahkan,  dengan membasuh kaki, maka Yesus mau memperkenalkan tentang identitas kemuridan. Sang guru melakukan pembasuhan kaki kepada para murid berarti pelayanan.

Pastor Paroki menambahkan, hal kedua, pengenangan malam perjamuan terakhir (lahirnya ekaristi). Disini Yesus mewujudkan kasih yang efektif bagi umatnya. Kasih yang sempurna, yang membutuhkan pengorbanan. Ketika dalam perjamuan terakhir Yesus mengatakan “Inilah tubuhku, inilah darahku” maka secara langsung Yesus telah menyerahkan diri untuk para muridnya lewat pengorbanannya di Kayu Salib.

“Kasih yang sempurna itu membutuhkan kurban, dan kurban yang sempurna itu tertuang dalam ekaristi. Ekaristi adalah peristiwa kurban Kristus,”ungkap Pastor.

Sementara itu, Ketua Dewan Paroki Edy Laiyan menyapaikan ucapan terima kasih kepada TNI-Polri, Satpol PP, Legium Chisti Paroki yang telah menjaga keamanan dan kenyamanan dalam perayaan Misa Kamis Putih.

Perayaan Misa Kamis Putih di Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Olilit Barat berlangsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. (L03)