LASKAR – Keuskupan Amboina akhirnya mengeluarkan pernyataan sikap menyikapi bentrok yang terjadi di Maluku Tenggara yang menewaskan 2 warga, 29 rumah dan sekolah terbakar, Sabtu (12/11/2022) malam.
Pernyataan tertulis tertanggal 13 November 2022, dengan nomor 06/Sekum-KA/SPS/XI/2022 ditandatangani Sekretaris Umum Keuskupan Amboina RD Agustinus Arbol, menerangkan bahwa setelah menyimak dengan penuh arif dan bijaksana terkait bentrokan yang terjadi di Elat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, maka atas nama kemanusiaan dan keadilan, Pimpinan Keuskupan Amboina menyatakan sikap sebagai berikut:
Pertama, Mengutuk dengan keras segala bentuk provokasi dan tindakan kejahatan yang merusak tatanan hidup masyarakat.
Kedua, Meminta pihak Kepolisian dan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Pemda) untuk memproses serta menghukum semua oknum yang terlibat melakukan kejahatan, dan tindakan provokasi.
Ketiga, Meminta pihak aparat TNI-Polri untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat.
Keempat, Mengajak para tokoh agama, adat, budaya, pemuda dan masyarakat untuk membantu aparat TNI- Polri ikut menjaga keamanan agar situasi terkendali dan kondusif.
Demikian Surat Pernyataan Sikap ini disampaikan dengan harapan situasi dapat kondusif dan tidak
terulang kembali kejadian ini. Tuhan memberkati kita semua.
Sementara itu, Puluhan warga terluka dalam bentrokan antarwarga desa Bombai dan Elat Kecamatan Kei Besar, kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu (12/11/2022).
Kepala Bidang Humas Polda Maluku, Kombes Pol. M. Roem Ohoirat menyatakan sebanyak 34 orang terluka dalam pertikaian tersebut. “Total jumlah korban luka dari kedua desa sebanyak 32 orang. Dua anggota polisi juga terluka,” kata Roem seperti dikutip dari sentraltimur.com.
Dua anggota polisi yang terluka yakni Brimob BKO Yonif C Pelopor Tual inisial Brigpol MV terkena panah di bagian paha dan anggota Polsek Kei Besar Brigpol SIL terkena panah di pinggang.
Konflik warga merenggut dua nyawa dan puluhan orang terluka. “Dua warga meninggal dunia,” sebutnya.
Pertikaian juga menghanguskan 29 unit rumah warga di desa Elat dan dua bangunan sekolah. Massa merusak dan membakar gedung SMA dan SMP Kei Besar. “Sejumlah rumah warga terbakar dan ada dua sekolah yang juga dirusak dan dibakar,” katanya.
Bentrokan terjadi secara sporadis sehingga membuat aparat yang bertugas di lapangan kewalahan.
“Dua personel setingkat peleton telah dikerahkan ke lokasi bentrok untuk mencegah bentrokan kembali meluas,” ujar Roem.
Dia memastikan kondisi di dua desa yang bertikai sudah sepenuhnya dikendalikan aparat keamanan. “Sampai saat ini situasi sudah terkendali. Aparat sudah ada di lapangan dipimpin Kapolres dan Wakapolres,” katanya.
Bentrok kedua desa ini dipicu sengketa batas wilayah. Konflik pecah ketika warga desa Bombai dan desa Ohoi Ngudru berupaya memasang sasi atau larangan adat di perbatasan desa Elat. (L02)