LASKAR – Pendidikan berkeadilan merupakan salah satu isu yang diharapkan dapat segera diselesaikan di sejumlah besar kabupaten/kota di provnsi Maluku.

Tidak hanya isu kesempatan sekolah bagi seluruh masyarakat tetapi pemerataan kualitas pendidikan juga masih perlu diperbaiki. Dan untuk menunjang semua upaya itu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unpatti menciptakan program “FKIP Mengajar”.

Program ini diciptakan untuk membantu mewujudkan pendidikan berkeadilan; yaitu terobosan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar guru di Bumi Maluku.

Program “FKIP Mengajar” bertujuan untuk mengeleminir kesenjangan pendidikan yaitu pada tahap peningkatan kualitas belajar mengajar para guru.

Demikian dijelaskan Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unpatti, Prof. Dr. Izaak Hendrik Wenno, S.Pd., M.Pd kepada media ini, disela-sela Inagurasi FKIP yang digelar di Tribun Olahraga Unpatti Ambon, Senin, (26/9/2022).

Menurutnya, kegiatan ini telah dilaksanakan dan mengikutsertakan sejumlah besar dosen pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam memberikan penguatan proses belajar mengajar para guru sekaligus mendongkrak peningkatan kualitas pendidikan diberbagai kabupaten/kota di Provinsi Maluku.

“Jadi, terdapat beberapa variable yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Maluku;  Variabel dimaksud antara lain, jumlah guru yang masih sangat kurang dan yang belum merata, sarana prasarana dan yang terpenting adalah sarana pendukung berupa kelistrikan dan telekomunikasi,”jelasnya.

Wenno menambahkan, variabel yang berpengaruh adalah pemerataan pendidikan sarana dan prasarana. “Jangkauan merupakan salah satu indikator penting di Provinsi Maluku karena ini tidak pernah diperhatikan,”katanya seraya mencontohkan, jarak yang cukup jauh antara tempat tinggal dan sekolah sangat memakan waktu yang panjang untuk mencapai sekolah.

Indikator lainnya, sambung Wenno adalah sarana dan prasarana dalam indikator ini bukan soal gedung yang mewah tetapi yang paling penting sarana dan prasarana dapat memacu dan memotivasi anak untuk belajar, misalnya ruang kelas yang standar yang memiliki meja dan kursi

Masih menurut Wenno, variabel yang sangat penting dan sangat berpengaruh adalah pemerataan pendidikan, dimana di Maluku jumlah guru sangat kurang.

Olehnya itu, dirinya meminta keseriusan Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota di Maluku untuk memperioritaskan proses pemerataan guru.  “Jangan sampai guru hanya tertampung di kota kabupaten dan kecamatan saja,“ingatnya.

Menurut Weno, jika persoalan pemerataan guru ini tidak diperhatikan maka mutu pendidikan akan rendah. “Karena ada sekolah yang gurunya cuma satu atau dua saja dan bagaimana dia bisa mengajar dari kelas satu sampai kelas 6 seorang diri,”tanya Wenno.

Contoh lain untuk SMP pada pelajaran tematik, dibutuhkan satu mata pelajaran satu guru dan untuk SD minimal 6 orang.

Wenno mengatakan, Maluku memiliki jangkauan yang sangat luas karena merupakan daerah yang dikelilingi oleh laut sehingga untuk mengembangkan pendidikan di Maluku harus dengan cara yang berbeda dengan daerah lain.

Ketika ditanya mengenai sistem pendidikan yang berbasis kepulauan, Wenno menjelaskan, “Kita harus orientasi pada karakteristik daerah kepulauan dan kita punya materi pembelajaran juga harus konteks wilayah kepulauan dan bukan universal.  Jika berbicara soal kemampuan intelektual, maka guru-guru di Maluku sangat hebat, Hanya saja tidak pernah ter-update dengan sistem pendidikan abad 21,”ungkapnya.

Masih menurut Wenno, kalau soal IQ guru di Maluku sangat baik jika dibandingkan dengan daerah lain, hanya saja keterlambatan mengakses pengetahuan dan teknologi karena jangkauan yang luas.

“Misalnya di Kota Ambon sudah melaksanakan kurikulum K13, namun di daerah-daerah yang lain di Maluku belum bisa menerapkan itu ditambah lagi konsep merdeka belajar,”jelas Guru Besar FKIP Universitas Pattimura ini.

Untuk itu dirinya berharap perlu menyatukan presepsi baik sekolah maupun dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi, karena sebagian daerah di Maluku masih terisolasi karena jika kita mau mengembangkan pendidikan secara digitalisasi tetapi masih ada daerah-daerah yang belum ada listrik ini menjadi persoalan contohnya di Kepulauan Aru Selatan dan Aru Utara dimana banyak desa-desa yang belum ada listrik.

“Ini juga ada di Maluku Tenggara dan Maluku Tengah, Seram Bagian Barat (SBB) dan Seram Bagian Timur (SBT) khususnya di daerah pegunungan,” ungkap Wenno.

Sementara untuk uji kompetensi guru (UKG) masalah yang dihadapi adalah penguasaan IT. Oleh sebab itu kita dorong untuk guru terbiasa dengan digitalisasi karena sekarang semua serba digitalisasi mereka punya uji pengetahuan juga dengan digitalisasi.

Jika semua guru di daerah sudah menguasai IT maka sudah tentu peringkat kualitas pendidikan di Maluku bisa meningkat dari rangking 32 menjadi rengking diatas 20, hanya saja dibutuhkan perhatian serius dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota.

“Saya melihat kemampuan mengajar guru-guru kita sangat hebat, mereka punya kemampuan mengelaborasi yang sangat luar biasa dan hanya mereka tidak ter-update dengan perkembangan yang ada, “tandas calon Rektor Unpatti yang satu ini.

Untuk diketahui saat ini, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura telah memiliki tenaga pengajar sebanyak 268 orang; terdiri dari guru besar bergelar profesor 19 orang, DR berjumlah 98 orang dan sarjana srata dua (S2) berjumlah 151 orang. (L05)