LASKAR – Agenda besar yang digagas Yang Mulia Mgr Seno Ngutra saat kunjungannya ke sejumlah kabupaten/kota di Maluku dengan mengikutsertakan para tokoh lintas agama bertujuan untuk melihat dan menyaksikan dari dekat keharmonisan umatnya dari dekat.

Dalam keterangan pers, Selasa (13/9/2022) di ruang kerjanya, Uskup Seno Ngutra mengatakan, tokoh agama di Provinsi Maluku harus melakukan tindakan nyata yakni melakukan kunjungan pastoral.

“Bahwa para tokoh agama terutama ditingkat provinsi, sekarang saatnya sudah tidak lagi banyak bernarasi, namun harus lebih banyak melakukan tindakan nyata dan tindakan nyata itu saya inginkan adalah dalam bahasa kristiani kami sebut sebagai pastoral atau kunjungan kehadiran” tandas Bapa Uskup.

Disetiap kunjungan Kanoniknya, Uskup mengaku selalu menggandeng semua tokoh agama di provinsi baik Muslim, Kristen Protestan, Hindu, maupun Budha.

 “Jadi dalam kunjungan itu saya mengajak ketua sinode, ketua MUI, Ketua Walubi dan Parisada Hindu untuk kita berjalan bersama-sama, dan tidak hanya menemani saya dalam perjalanan perdana saya untuk mengunjungi umat Katolik, tetapi ada maksud lain yang sebenarnya lebih dari sekedar kunjungan itu,”ungkapnya.

“Kita boleh berbicara banyak tapi kalau tanpa kehadiran kita maka orang tidak akan percaya, sehingga saya inginkan berjalan bersama para tokoh agama untuk beberapa tujuan, yakni pertama, kami ingin memberikan contoh teladan kepada masyarakat terutama jemaat apapun itu, di akar rumput bahwa kita ditingkat provinsi aman-aman saja dan itu diharapkan bisa menular ke masyarakat akar bawah untuk melihat contoh dan teladan persaudaraan keakraban para pemimpin agama,”tutur Uskup Seno Ngutra seraya menambahkan, kehadiran kami itu memberikan nuansa moderasi beragama. Jadi moderasi beragama itu saya selalu mengatakan bahwa tidak cukup kita berdiskusi dari hotel ke hotal atau dari tempat yang satu ke tempat yang lain, tetapi harus dengan tindakan nyata yakni kehadiran tadi. Maka moderasi beragama itu terwujud jika kita hadir ditengah-tengah umat diakar rumput, karena itu kita para tokoh agama hadir untuk memberikan kesejukan dan kedamaian, tetapi juga membuka sekat-sekat yang selama ini mungkin masih ada diantara umat beragama.

Temu anak dan remaja lintas agama di Paroki MBL-Benteng, Minggu (11/9/2022)

Kegiatan Anak Remaja Lintas Agama

“Sehingga disitulah kita ingin mereka saling menyapa sebagai saudara di provinsi kepulauan ini. Dan bukan hanya para tokoh agama yang dikutsertakan tetapi mereka yang diakar rumput saya ajak di setiap kunjungan. Jadi setiap kali turun di semua kabupaten/kota pasti saya membawa para tokoh agama dan ada kegiatan anak dan remaja lintas agama sebagai investasi masa depan” tutur Uskup Seno.

Bahwa kegiatan anak dan remaja lintas agama ini adalah investasi masa depan Maluku dan ini sebuah pembelajaran berharga dari peristiwa masa lampau.

“Kita telah dibebani atau terluka dengan peristiwa 22 tahun silam yang memporak-porandakan dan menciderai kemanusian kita di Maluku. Karena itu, kita tidak hanya perlu menyesal bahwa itu pernah terjadi, tetapi harus ada langkah konkrit dan langkah konkrit itu adalah yang tadi saya katakan bahwa kita menggagas pertemuan anak remaja lintas agama” tutur Uskup Seno Ngutra.

Dalam kunjungan ke Maluku Tengah belum lama ini

Dirinya mencontohkan, kunjungan Kanoniknya di Buru Selatan (Bursel) dan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) serta Kota Ambon, Khusus untuk Bursel, dimana selama kabupaten itu berdiri, kemarin itu baru pertama kali kegiatan yang melibatkan semua anak lintas agama.  

Demikian halnya di Kota Ambon para anak lintas agama ini mereka bertemu bersama, bernyanyi dan bergoyang bersama.

“Disitu anak-anak ini berpikir tidak ada perbedaan, mereka menghargai perbedaan dan saya mengharapkan ini yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini” tandas Uskup yang ditahbiskan Tahta Suci Vatikan di Gereja Katradal Ambon pada tanggal 23 April 2022 lalu.

Dikemukakan Uskup Seno, proses makna hidup bertoleransi sebaiknya ditanamkan sejak dini bahwa mereka tahu bahwa ada teman-teman beragama Muslim, Protestan, Hindu dan Budha serta Katolik, lalu mereka saling menghargai maka kedepan kita tidak akan susah lagi untuk membangun moderasi beragama atau toleransi beragama.

Uskup mengkritik intoleransi yang terjadi di Celigon Jawa Barat (Jabar) saat ini.

“Dan bagi saya ini adalah cara untuk kita melawan intoleran seperti yang sekarang terjadi di Cilegon dengan tidak diijinkan Gereja dibangun disana” Ungkap Uskup Seno Ngutra”.

Meski demikian, Uskup Penggagas Toleransi Beragama ini mengajak pihak terkait di Kabupaten Celigon untuk belajar toleransi di Provinsi Maluku.

“Saya selalu mengatakan yah datanglah belajar di Maluku tentang bagaimana caranya kita menganggap orang lain sebagai saudara,”pungkas Uskup Seno Ngutra. (L05)