AMBON, LaskarMaluku.com – Biro Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Amboina telah merencanakan berbagai pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan lahan tidur. Baik itu lahan milik masyarakat maupun lahan tidur milik Keuskupan Amboina yang tersebar di Maluku maupun Maluku Utara.

Upaya ini dilakukan sebagai bagian dari strategi perencanaan pengembangan ekonomi masyarakat juga untuk sebuah kemandirian dan  pewartaan iman.

Demikian yang dikemukakan Wakil Ketua PSE Keuskupan Amboina, Pastor Carol Yamrewav MSC disela-sela istirahat makan siang, hari ke-empat Musyawarah Pastoral (Muspas) yang berlangsung di Gonzalo Viloso Karpan Ambon, Kamis (19/1/2023).

Kalau melihat tema Pastoral Keuskupan membangun gereja yang berjalan bersama terutama dalam membangun Keuskupan yang mandiri kedepan, dibutuhkan sebuah kemandirian dalam bidang Ekonomi. Tentu PSE,  dan melalui Biro Pengembangan Sosial Ekonomi mencoba untuk mengembangkan lahan-lahan tidur milik Keuskupan.

“Jadi lahan tidur milik Keuskupan itu ada diberbagai Kabupaten kota lebih dari seribu hektar, ini yang akan dikembangkan tentunya, dengan memperhatikan tiga hal besar yakni pertanian, perikanan dan pengembangan ekonomi kemandirian berupa usaha kecil dan  menengah,”jelas Carol Yamrewav MSC yang juga sebagai Biro pengembangan Sosial ekonomi KA ini.

Dalam kaitan dengan pengembangan pertanian misalnya kita kembangkan tanaman-tanaman komoditi yang sangat produktif atau yang sangat bernilai karena selama 13 tahun duduk di PSE, komoditi yang terbaik di Keuskupan kita ini terutama pala, kemudian cengkeh dan yang lainnya.

Berabad-abad lamanya Portogis dan Spanyol menjelajah dunia hinga tiba di Provinsi Maluku, hanya tujuan rempah-rempah yaitu komoditi unggulan berupa Pala dan Cengkeh.

Dikatakan, komoditi pala yang penanaman dan pemeliharaannya cukup mudah ketimbang cengkeh, kelapa dan lainnya. Meski begitu, upaya pengembangan komoditi berupa cengkeh, kelapa, dan lainnya tentu akan diupayakan untuk mendukung pengembangan ekonomi umat di Keuskupan Amboina (KA), namun komoditi pala yang menjadi prioritas pihaknya.

“Dimana-mana ada tanah Keuskupan, jadi tanah Keuskupan Amboina yang cukup besar ada di Osuri  Halmahera Utara, mencakup 50 sampai 100 Hektare dikhususkan untuk penanaman komoditi pala,”jelasnya.

Proses pengembangan serupa juga Lanjut Carol, diusahakan di Pulau Seram khususnya di wilayah Seram Bagian Barat (SBB) hampir 100 hektare yang juga dimungkinkan untuk penanaman cengkeh dan pala.

Dua komoditi ini kata  Pastor Yamrewav akan menjadi komoditi andalan pihak Keuskupan Amboina pada perencanaan mendatang karena prospeknya cukup cepat.

Dalam upaya tersebut, tentunya umat mana yang punya komoditi pala, cengkeh, kelapa, kopi, ubi-ubian tentu saja misalnya masyarakat Pulau Kesui khususnya Karlomin, Wunin kemudian di Pulau Teor, diminta kepada para pastor paroki untuk menyarankan umatnya untuk menanam sebanyak mungkin tanaman pala dan cengkeh.

“Tadi saya sempat komunikasi dengan pastor paroki, untuk ajak masyarakat mananam sebanyak mungkin, khusunya masyarakat di Pulau Kesui dan Teor untuk program menanam, “ajaknya.

Karena menurutnya akan diikuti dengan pengembangan koperasi tani yang dapat membeli dan menampung hasil tani setempat supaya dapat membantu masyarakat. Meski demikian harus diikuti dengan ketentuan dan kesepakatan harga yang bagus dengan masyarakat setempat.

Kemudian kita juga kembangkan jenis pertanian lainya sesuai dengan tradisi tanam masyarakat setempat. Misalnya disana mereka tanam talas, ubi, pisang dan lain-lain kalau di Tanimbar orang tanam Kombili dan kacang-kacangan di Kei juga seperti itu.

Pastor Carol mencontohkan, di Kei saat ini bersama-sama dengan pemerintah setempat mengembangkan pertanian dengan teknologi yang baik dengan meneruskan tradisi tanam yang ada disetiap kampung.

“Di Kei itu, tradisi tanam, dulu ratusan tahun menanam bawang di beberapa desa seperti Fatnoon, Abean, Yafaun itu, tradisi tanam dari dulu itu bawang dan itu kita sudah kembangkan disana sekarang kita naikan menjadi 50 Hektare,”ungkap Pastor Carol.

Jadi kita lagi kerjasama antara Credit Union dengan Dinas Pertanian dan Koperasi disana, kemudian tradisi tanam yang ada di Letvuan itu, dari dulu itu tradisi penanaman kopi itu sudah dikembang disana dan koperasi tani juga sudah sewa.

Jadi koperasi punya demplot kita sewa tanah umat kita buat demplot untuk penanaman kopi karena pengembaganya sekitar 150 hektare.

Kalau itu jadi maka dia menjadi pusat kopi yang bisa suplai ke seluruh wilayah Indonesia Timur bahkan bisa sampai kemana saja

Kenapa kita buat plening itu? Berdasarkan penelitian dari Dinas Pertanian bahwa penanaman dengan teknologi baru dan benih-benih baru dari luar itu tidak bertahan karena faktor iklim dan lain-lain; tapi karena tanaman yang sudah pernah ditanam ratusan tahun dan kita dapat kembangkan, misalnya di Karlomin apa yang bisa ditanam selain Pala dan cengkeh ditempat lain lagi seperti itu malah kita kembangkan malah lebih bagus dan kita kembangkan teknologinya.

Dan disitu kita dukung dengan dibangun kantor CU di Paroki-paroki supaya masyarakat itu kedepan dan juga Koperasi tani dan Koperasi Nelayan misalnya supaya masyarakat punya hasil dapat dibeli dan ditampung toh hasilnya pasti dirasakan masyarakat. itu tujuan pengembangan ekonomi masyarakat kedepan.

Kita berharap dalam perjalanan tiga sampai lima tahun kedepan itu bisa menghasilkan seperti itu jadi arah pengembangan kalau ini dari segi ekonomi jalan seperti ini punya dampak terhadap semua aspek lain, jadi pengembangan Pastoral, pewartaan dan pengembangan iman dan sebagainya dipermudan dan diperlancar karena pertumbuhan ekonomi yang baik. (andi sagat)