AMBON, LaskarMaluku.com – Pihak Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboin merasa dilecehkan dengan tindakan yang dilakukan oknum anggota Propam Polda Maluku Bripka Kolohuwey bersama istrinya, Rabu (27/9/2023) yang secara semena-mena menyerang salah satu guru kelas I SD Xaverius Ambon, ibu Lidia Toisuta serta menuding guru tersebut melakukan suntik vaksin rubela kepada anak mereka yang nota bene siswa SD Xaverius.
Tindakan tidak terpuji yang dilakukan istri Kolohuwey yang juga anggota Bhayangkari Polda Maluku ini sangat mencoreng citra sekolah Xaverius. Apalagi tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap Ibu guru Lidia Toisuta ini sudah beredar luas di media sosial.
Lantaran itu, pihak Yayasan telah menempuh jalur hukum dan telah melaporkan masalah ini ke SPKT Polda Maluku untuk ditindaklanjuti.
Ketua Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboina, RD Agus Arbol membenarkan jika pihaknya telah menempuh proses hukum kepada orang tua murid yang melakukan tindakan kekerasan fisik dan kekerasan verbal kepada salah satu guru di SD Xaverius.
Langkah ini ditempuh kata Romo Arbol, untuk membuktikan sebuah kebenaran dari peristiwa yang terjadi pada yayasan yang dipimpinnya.
“Prinsipnya kita mendukung proses hukum di kepolisan, apakah sekolah bersalah atau orang tua siswa yang benar, tetapi ini kan kekerasan verbal dan pencemaran nama baik sekolah, karena sudah viral dan untuk mengembalikan kan sudah susah. Kita dirugikan dan sangat dirugikan, ini sangat disayangkan. Penegakan hukum harus ditempuh. Prinsipnya Yayasan mendukung proses hukum karena kekerasan kepada siapa saja tidak dibenarkan, “tandas Romo Arbol, Jumat (29/9/2023) malam di aula Xaverius Ambon.
Menurutnya, perilaku dari orang tua yang ngamuk di sekolah dan mempertontonkan kekerasan dihadapan guru serta dilihat oleh anak-anak didik, merupakan sebuah bentuk perbuatan serta upaya untuk merusak citra pendidikan di yayasannya.
Romo Arbol mengatakan, sebagai orang tua harus memiliki pengetahuan mengenai kegiatan vaksin yang dilakukan pihak sekolah.
“Bahwa kegiatan yang dilakukan sekolah selama ini bekerjasama dengan mereka yang punya profesi, para dokter dari puskesmas. Para guru tidak mungkin memberi suntikan vaksin kepada anak, dimana akal sehat kita sebagai orang tua,” sesal Romo Arbol, kepada media ini usai kegiatan Kebangunan Rohani Katolik (KRK) yang dilaksanakan di Aula Xaverius Ambon Jumat (29/9/23) malam.
Orang tua murid, cenderung lebih menonjolkan sikap emosionalnya dan tidak memberikan ruang untuk pihak yayasan memberikan penjelasan.
“Kita sangat menyesali tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua murid kepada guru. Maksud baik tetapi kalau caranya tidak baik maka tentu tujuan tidak bisa tercapai. Jadi mungkin maksudnya orang tua baik, tetapi cara mereka menyelesaikan dengan guru itukan tidak baik, ada kekerasan verbal kata-katanya kurang terpuji, dan tindakannya juga mencederai anak-anak,” sesal Romo Arbol seraya menambahkan kegiatan vaksin ini sudah diumumkan di whastapp grup dan tidak ada komplein dari orang tua selama ini karena pihak sekolah hanya memfasilitasi program dari pemerintah melalui Puskesmas.
Bukan saja itu, orangtua tersebut mengambil anak keluar dari kelas tanpa permisi dari guru dan wali kelas juga merupakan tindakan yang tidak terpuji, anak mereka di kelas IV juga diambil keluar, padahal kelas IV tidak melaksanakan vaksinasi.
“Anak-anak di kelas yang menyaksikan bisa menimbulkan trauma, dan kalau anak-anak ini bisa bicara pasti mereka juga protes karena tindakan mengeluarkan anak dari kelas secara paksa,”kata Romo Arbol yang juga Sekretaris Umum Keuskupan Amboina ini.
Pj Walikota Sayangkan Sikap Orangtua Murid
Sementara itu Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Watimena menyayangkan sikap arogansi dari orang tua murid yang mengamuk di Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboina ini.
Menurut Bodewin, apa yang dilakukan pihak sekolah melaksanakan imunisasi terhadap anak, demi kebaikan imunitas anak.
“Apa yang pemerintah perbuat itu untuk kebaikan’ Imunisasi ini bukan kita suntik racun yang disuntik justru untuk membangun imunitas terhadap penyakit tertentu, termasuk Rubela, “tanda Pj Walikota.
Bodewin Watimena menegaskan, apa yang menjadi kebijakan pemerintah untuk melakukan imunitas terhadap anak-anak perlu mendapat dukungan orang tua, bukan justru menciptakan keonaran yang berdampak pada ketakutan pada anak didik. (L05)