AMBON, LaskarMaluku.com – Tiga universitas bekerjasama menggelar workshop perempuan dan fungsi keluarga dalam membangun ketahanan masyarakat pada 3 fase krisis (Konflik, Tsunami dan pandemi COVID-19).
Tiga Universitas tersebut yakni, Sylah Kuala, Universitas Pattimura dan CSEAS Kyoto University.
Workshop berlangsung di Ruang Auditorium Pasca Sarjana Unpatti, Sabtu (23/9/2023).

Sambutan Dr. Ir. Patrich Phill.Edrich. Papilaya, MSc. yang mewakili Rektor Unpatti mengatakan, tidak bisa di pungkiri bahwa keluarga yang kuat itu merupakan jaminan bagi bangsa yang kuat.
Dan keluarga yang kuat itu salah satu tonggaknya yaitu adalah perempuan, yang adalah ibu dari suatu keluarga.
Secara fisik memang perempuan itu lemah, tapi tenaga mereka secara mental lebih dasyat dari seorang laki laki.
“Dalam banyak kasus kita bisa melihat bahwa justru forum perempuanlah yang tampik lebih depan menyelesaikan persoalan,”ungkapnya.
Itu, kata Rektor membuktikan peran seorang perempuan luar biasa, walaupun dibilang bahwa orang perempuan ini lemah dengan banyak hal, tapi ternyata kondisi membuktikan tidak seperti yang di maksud.
Hari ini adalah hari yang berbahagia ada wanita-wanita hebat yang berkumpul disini untuk mendiskusikan hal-hal besar yang akan terjadi dibangsa ini khusunya di Provinsi Maluku ini, karena dimulai dari perempuan-perempuan yang luar biasa yang hadir di tempat ini baik yang memberi pengetahuannya pengalaman nya, maupun dari yang menjadi peserta, yang akan menjadi motivator, memberikan tutor kepada generasi muda,” ungkapnya.
Dirinya berharap, hari ini menghasilkan diskusi yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kehidupan keluarga, khususnya kaum perempuan.

Sementara itu, Koordinator Prodi Magister Ilmu Kebencanaan dan Ketua Divisi Pengembangan Penelitian Pendidikan Kebencanaan TDMRC, Banda Aceh, Rina Suryani Oktari mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari penilitian kerja sama dalam negeri yang di biayai oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Teknologi dengan mengambil tema perempuan dan fungsi keluarga dalam membangun ketahanan masyarakat pada 3 fase krisis.
Dijelaskan, penelitian ini memang skemanya pemilihan kerja sama dalam negeri, sehingga Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan Universitas Pattimura serta kerjasama juga dengan CSEAS Kyoto University.
“Sebenarnya latar belakang penelitian ini adalah kita saling memberikan inspirasi bagaimana ketahanan keluarga dalam hadapi fase krisis. Kenapa harus kota Ambon? karena sejak tahun 2018 pertama kali saya menginjakan kaki di Kota Ambon untuk lakukan penilitian waktu itu, penelitian tentang ketahanan masyarakat pesisir juga tapi lebih dari pada bahaya kenaikan muka air laut kemudian juga berkontribusi kepada tsunami.
Waktu itu pendanaannya dari USA, dari situ saya pertama kali kenal pak Ferat dan kemudian, Ibu Oki. Dari situ saya tidak tau kenapa atau saya makan apa tiba -tiba saya kembali ke Ambon, jadi rasanya saya sudah jatuh cinta dengan Ambon sehingga waktu saya mengusulkan penelitian saya selalu keingat dan pingin juga di Ambon. Ternyata kita mempunyai karakteristik yang sama, yaitu sama-sam alami konflik meskipun agak sedikit berbeda,” kata Rina Suryani menceritakan kisahnya tentang Ambon.

Ia mengatakan, tujuan dari penilitian ini menggali apa saja peran perempuan selama ini karena memang sering sekali perempuan itu di anggap sebagai kelompok yang rentan, lemah, padahal banyak sekali kontribusi-kontribusi yang luar biasa.
“Kita dengarkan hari ini oleh para narasumber. Kerja -kerja cerdas iklas aktivis perempuan ini untuk membangun ketahanan masyarakat dalam melewati 3 fase krisis ini. Sebelumnya kita sudah lakukan Workshop di kota Banda aceh kita juga mengundang aktivis perempuan yang banyak, mudah- mudahan dengan adanya kegiatan hari ini juga akan mencoba peran Perempuan yang bekerja di akar rumput. Serta harapan ini juga bisa semakin berkontribusi dan mungkin dari stakeholder terkait dapat mendukung peran dari aktivitas perempuan,” ucapnya. (L06)