AMBON, LaskarMaluku.com – Umat Budha di Kota Ambon menggelar Hari raya Waisak Ke-2567 bertempat di Fihara Swarna GiriTirta gunung Nona Minggu (4/5/2023 ) pagi.
Ketua Walubi Maluku Wilhelmus Jauwerissa mengatakan tema Waisak tahun ini adalah menjaga moral dan menjaga keluhuran bangsa.
“Umat Budha senantiasa akan membuat suatu ritual prosesi di Borobudur, sebagaimana diketahui rencana Pemerintah ke depan. Borobudur adalah destinasi parawisata yang menjadikannya destinasi religius sebagai keyakinan Budha, sehingga secara internasional kita punya lokasi yang religius,”kata dia.
Dikatakan, Tahun 2023 ini semua difokuskan ke Borobudur, sehingga Borobudur tidak terlupakan karena menjadi bagian dari destinasi religious dan sejarah bangsa yang tidak terlupakan, sehingga orang dari luar negara bisa dating dan berdoa dalam rangka Tri Suci Waisak,”kata Jauwerissa kepada wartawan.
Menurutnya, hal itu dilakukan dengan harapan Borobudur menjadi satu tempat yang religius untuk menarik wisatawan berkunjung ke Indonesia.

Oleh karena itu, Jauwerissa menjelaskan penekanan di sini adalah masalah implementasi Budha Dharma dalam kehidupan sehari-hari.
“Sebagaimana kita tahu bersama bahwa dengan pengembangan teknologi, keterbukaan dan sebagainya, maka manusia telah merubah paradigma terlebih pada anak muda dan orang tua yang memanjakan anak-anak hingga moralitas dan etika itu sudah diabaikan sama sekali,”jelasnya.
Jauwerissa menambahkan generasi muda atau penerus yang dapat membangun kembali menjaga harkat dan martabat.

“Oleh karena itu dengan harapan di Waisak ini, kita dapat membangun kembali persatuan dan kesatuan demi perdamaian yaitu kembangkan moralitas etika, sesuai dengan keyakinan yang ada pada masing-masing,”tutupnya.
Apa Itu Hari Raya Waisak?
Secara etimologis, kata waisak berasal dari bahasa Pali, yakni wesakha. Berdasarkan laman resmi Universitas Gajah Mada, Hari Raya Waisak adalah hari besar umat Buddha untuk memperingati 3 peristiwa: hari lahir Sidharta Gotama (calon Buddha Gautama), momen Sidharta mendapatkan pencerahan ilmu, dan hari mangkatnya Buddha.
Hari raya ini memiliki julukan berbeda-beda di sejumlah negara. Sebagai contoh, orang Malaysia, Singapura, dan Sri Lanka mengenalnya dengan sebutan Vesak. Sementara itu, di India, Hari Raya Waisak disebut orang lokal sebagai Visakah Puja/Buddha Purnima.
Sejarah Hari Raya Waisak
Peringatan Hari Raya Waisak disebut sebagai penanda bagi kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha, Siddharta Gautama. Bagi detikers yang belum tahu, Buddha Gautama adalah guru dan memiliki pemikiran, bahwa kemewahan serta kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang.
Dalam perjalanannya, Siddhartha Gautama mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodh Gaya. Pohon tersebut saat ini menjadi tempat bersejarah bagi agama Buddha di India.
Buddha Gautama sendiri dikisahkan berkeliling sebagai seorang tunawisma. Ia juga dikisahkan belajar bermeditasi selama kurang lebih enam tahun lamanya.
Kemudian perjalanan kehidupan Buddha Gautama tersebut menjadi nilai dan sejarah penting bagi umat Buddha, seperti kelahiran untuk menuju pencerahan yang sempurna serta perjalanan kematian sang Buddha Gautama.
Adapun peringatan Hari Raya Waisak sendiri digelar oleh para Buddhist Defence Committe sebagai perlawanan pada misi penyebaran agama Kristen yang dibawa oleh para pasukan kolonial.
Perayaan ini dimulai pada 18 April 1885. Saat itu, peringatan Hari Raya Waisak dicetuskan sebagai bentuk pemersatu umat Buddha di seluruh dunia. (L06)