AMBON, LaskarMaluku.com – Pemilik lahan di Dati Alinong Dusun Siwang Negeri Urimesing, meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Maluku khususnya Bidang Cipta Karya PUPR agar segera menata dan memperbaiki pipa-pipa yang rusak atau yang berkarat.
Permintaan dari pemilik lahan ini setelah kondisi pipanisasi dari proyek sarana dan prasarana air bersih yang bersumber dari APBDP tahun 2020 ini, terdapat banyak pipa berkarat dan yang diambil masyarakat sebagai besi tua.
“Sebagai pemilik lahan kami minta ke pihak Cipta Karya supaya segera menata dan memperbaiki pipa di bak penampungan air bersih yang disalah satu bak yang dikerjakan oleh pihak kontraktor terkait,” ungkap Andre Watimena kepada media ini di Dati Alinong, Dusun Siwang, Kamis, (14/3/2024) sore
Andre Wattimena adalah pemilik dan pewaris Dati Alinong, Dusun Siwang yang lahannya dipakai untuk pembangunan bak penampungan air bersih tersebut.
Menurut dia, proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih yang ditempatkan pada lahannya ini, apabila tidak diperbaiki maka lambat laun, mengalami kerusakan parah.
“Jadi kalau ada biaya pemeliharaan maka sebaiknya segera diperbaiki sebab jika tidak proyek bernilai milyaran rupiah itu tentunya mubasir,”kata Wattimena mengingatkan kepada pihak pelaksana proyek sembari menjelaskan kalau awal proyek ini dilaksanakan atau dikerjakan, tidak ada kompensasi kepada pihaknya, hanya karena kepentingan banyak orang maka pihak keluarga bersedia menempatkan bak penampungan air bersih itu untuk dibangun.
Karena hampir semua masyarakat di kawasan Gunung Nona, dimulai dari pemancar RCTI, Kesya, Dati Alinong sampai di Farmasi atas Kudamati mengalami krisis air bersih.
“Jadi awalnya ada pembicaraan dengan pihak kontraktor pelaksana bahwa bak penampung selesai dikerjakan salah satu kran menjadi pemilik lahan. Hingga bak selesai, bak penampung ini tidak terurus lagi, dan terkesan Cipta Karya mengabaikan tanggungjawabnya, “jelas Andre Wattimena.
Sementara disisi lain, masyarakat dikawasan yang disebutkan sangat membutuhkan air bersih.
Ia kemudian mencontohkan apabila masyarakat memesan mobil tangki air untuk sampai ke farmasi atas hingga Kesya dan pemancar RCTI dan sekitarnya harus mengeluarkan biaya kurang dari Rp 250 hingga Rp 300.000. Dan beban ini bisa dikurangi apabila bak penampungan yang sudah ada sebaiknya dibenahi supaya difungsikan untuk kepentingan kepenuhan air bersih ke masyarakat. Tentu dengan pola swakelolah masyarakat.
Dirinya menuturkan kendala di bak penampungan ini karena pipahnya patah akibat tertimpah pohon. Ini kondisi yang terjadi di lapangan, disamping tidak ada perhatian dari Dinas PUPR dalam hal ini Cipta Karya.
Kendala berikutnya adalah pada bak ini dia menggunakan panel Surya, jika panas terik matahari baru air bisa berjalan, tetapi jika terjadi musim hujan seperti saat sekarang ini, maka aktivitas air ke rumah warga terhenti maka solusi berikutnya adalah harus gunakan aliran listrik. Ini dimaksudkan supaya baik musim panas atau musim hujan air bersih bisa dialirkan ke masyarakat.
Menurut salah satu warga yang mengelola air bersih ini kalau bak yang dikerjakan oleh sub kontraktor pa Iwan Tuhumury, air bersihnya sudah sampai ke masyarakat hanya kendalanya adalah bak penampung air bersih ini gunakan panel Surya.
“Jadi kendala di bak ini yaitu dia gunakan penelitian Surya, jadi air bisa tertampung pada bak dan mengalir kemasyarakat, apabila pada musim panas, tetapi sebaliknya pada musim hujan air terhenti. Maka alternatif berikutnya harus gunakan listrik supaya pada saat musim hujan maupun panas masyarakat bisa nikmati air bersih, “pinta Etes de Fretes.
Menurut dia, bak yang dikerjakan oleh PT Risky Pratama tahun 2020 silam, oleh masyarakat yang gunakan jasa dari bak penampungan ini hampir kurang lebih 100 kepala keluarga.
“Jadi jaringan pipa sudah tersambung sampai ke masyarakat dan mereka sudah nikmati air bersih hanya kendalanya di tadi itu, kalau musim hujan panel Surya tidak berfungsi, alat ini hanya berfungsi disaat musim panas, “urai de Fretes.
Untuk itu dirinya mengharapkan dari Cipta Karya supaya mengkaji kembali melalui proposal yang diajukan guna perbaikan saluran pipa yang rusak saat ini, sehingga dua bak penampung ini bisa difungsikan kembali.
Sementara itu, kepala bidang Cipta Karya PUPR Provinsi Maluku, Nur Madras, sepertinya berusaha untuk menghindar dari persoalan yang ditemui di lapangan.
“Proyek ini saya tidak tahu nanti saya koordinasikan dulu dengan PPK dan PPATKnya, “ujar Nur kepada media ini, melalui pesan singkatnya, Kamis (14/03/24) dinihari sekitar pukul 5.58 WIT.
Bahkan dari koordinasi terakhir ibu Nur kemudian menyuruh media ini untuk menemui Sekretaris Dinas PUPR, Rivai Notanubun.
Pada pertemuan singkat ini, Rivai mengatakan pihaknya akan membuat rilis guna menjawab pertanyaan awak media soal proyek pembangunan sarana prasarana air bersih tersebut.
“Nanti kami buat rilis soal proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Dati Alinong Dusun Siwang, Negeri Urimesing Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon ini, “ujar Rivai Notanubun singkat.
Meski begitu, dirinya juga sangat menyangkan sikap ibu Nur yang seharusnya menjawab semua kegiatan proyek ini usai pertemuan dengan Komisi III DPRD Provinsi Maluku di Karang Panjang Ambon Rabu (13/03/24) kemarin. (L05).