AMBON, LaskarMaluku.com – Closing statement Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Murad Ismail-Michael Wattimena) saat Debat Pertama Pilgub Maluku Tahun 2024 yang digelar KPU Maluku, di The Natsepa Hotel Sabtu (26/10/2024) mendapat kecaman keras dari salah satu aktivis perempuan dan anak di Maluku.
Direktur Yayasan Parakletos Maluku, Elsye Syauta Latuheru, menilai, closing statement Paslon Nomor 2 merendahkan kaum perempuan.
Elsye Syauta Latuheru melalui video diakun tiktok dengan nama ongen.tifa.maluku berdurasi 1 menit 52 detik yang beredar, sangat menyayangkan closing statement Murad-Michael yang seakan melakukan pelecehan secara verbal terhadap perempuan.
“Saya dipercayakan tadi mengikuti debat Pasangan Calon Gubernur Maluku tahap pertama, sangat meriah dan baik, namun ada satu hal yang cukup membuat sedih, dimana pernyataan closing statement dari Pasangan Calon Nomor Urut 2 yang mengajak menusuk pilihan pada nomor dua tapi ada dengan sepenggal kalimat yang menurut saya, kalau ini ditanggapi cukup berdampak,”kata Elsye.
Menurutnya, diksi yang digunakan Murad-Michael dengan kata “yang di tengah” dan “sedap” pada closing statement mereka dapat diartikan negatif dan dinilai merendahkan perempuan.
“Salah satu pernyataannya adalah pilih nomor dua karena “di tengah itu sadap”. Itu bahasa yang menurut kami tidak etis, kenapa? Penekanan kalimat sedap itu kalau diartikan secara negatif itu seakan-akan merendahkan perempuan,”kecamnya.
Padahal kata, Elsye, debat Pilgub adalah ruang publik yang terbuka. Harusnya pemilihan diksi yang lebih baik dan sopan, karena ada aturan dalam melaksanakan debat harus sopan.
“Kenapa harus memilih kata-kata yang bisa membuat bias, membuat pandangan dan tafsiran yang bisa saja negatif,”tegasnya seraya menambahkan, perempuan janganlah disakiti dengan pandangan atau pernyataan seperti itu, sebab menurut kami tidak baik dan tidak memberikan edukasi.
“Jadi sekali lagi ini penyesalan kami bahwa ternyata di ruang publik Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Murad Ismail dan Michael Wattimena masih menggunakan kata-kata yang tidak etis untuk mengajak kita meramaikan pesta demokrasi ini,”sesalnya.
Padahal, sambung Elsye, debat Pilgub Maluku Jilid I sudah berjalan dengan baik, namun dirusak dengan pernyataan yang dinilai melecehkan perempuan.
“Semua proses debat kandidat semua sudah berjalan dengan baik, tapi ada riak kecil itu yang membuat saya sebagai perempuan juga merasa tidak nyaman, karena penyataan seperti itu bisa disalah tafsirkan dan melecehkan perempuan secara verbal,”tutupnya. (L02)