AMBON LaskarMaluku.com – Sebagai negara yang baru merdeka, pasca Referendum Kemerdekaan Pada 30 Agustus 1999, PBB menyelenggarakan referendum kemerdekaan di Timor Timur. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih, dan 3/4-nya memilih untuk merdeka.

Timor Leste Merdeka dari Indonesia pada 20 Mei 2002. Sebelumnya, Timor Leste dikenal sebagai provinsi Timor Timur dan merupakan bagian dari Indonesia saat itu.

Kini sebagai negara berdaulat, pemerintahnya, berpikir keras untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Timor Leste.

Berbagai kebijakan strategis dilakukan yaitu memberikan pendidikan gratis kepada para lulusan siswa terbaik,  jenjang pendidikan SMA dengan peringkat sepuluh besar terbaik.

Mereka yang lulus itu, diisyaratkan untuk mengikuti proses pendidikan vokasi, selain jalur pendidikan khusus lainnya.

Pendidikan vokasi merupakan program pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang siap bersaing secara global. Pendidikan vokasi menekankan pada keterampilan dan pengetahuan praktis untuk profesi atau keahlian tertentu.

Cerita dibalik suksesnya sejumlah mahasiswa Timor Leste yang menempuh pendidikan di Politeknik Perikanan Tual Maluku Tenggara ini, patut untuk ditiru oleh generasi anak-anak di sebelas kabupaten-kota yang ada di Provinsi Maluku.

Ditengah kondisi perekonomian negara yang tidak stabil dan kondisi kurang terciptanya lapangan kerja baru saat ini, maka cerita dibalik suksesnya sejumlah mahasiswa Timor Leste ketika lulus dari Politeknik Perikanan Tual menjadi inspirasi.

Apalagi, sejumlah mahasiswa ini kini telah menjadi orang-orang sukses dengan bayaran gaji yang fantastis. Sejumlah dosen bangga akan hal ini, karena penghasilan mereka jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gaji para dosen di Indonesia khususnya para pengajar di Politeknik Perikanan Tual. Bagaimana tidak, gaji mereka ada yang diatas tiga puluh juta.

Cerita dibalik suksesnya putra-putri Timor Leste ini menjadi inspirasi dari tulisan ini.

Direktur Politeknik Perikanan Tual, Jusron Rahayaan,S.Pi.M.Si mengungkapkan, program pendidikan vokasi yang diikuti oleh 24 mahasiswa Timor Leste di Politeknik Perikanan Tual atas nota kesepakatan kerjasama antara pemerintah Timor Leste dan pemerintah Indonesia.

Ketika Sanana Gusmao menahkodai negara yang baru lepas dari kecengkraman Indonesia kala itu (Timor Timur provinsi ke 27 red), Sanana bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu meminta dukungan pemerintah Indonesia khususnya pendidikan vokasi ini.

Waktu itu Presiden SBY meminta Dirjen untuk menunjuk beberapa politeknik terkemuka di Indonesia untuk menunjang program pendidikan vokasi dimaksud. Institut Teknologi Bandung (ITB) ditunjuk sebagai ketua tim dan membawahi sejumlah politeknik negeri di Indonesia termasuk Politeknik Perikanan Tual Maluku Tenggara menjadi salah satu yang dipercayakan mendidik para mahasiswa asal Timor Leste.

“Jadi waktu itu perikanan dan kelautan itu, kita masuk tim, terus pertanian itu dari Kupang, Politeknik Pariwisata itu dari Bali, dan Politeknik Engineering sipil Bandung (Polban) dan politeknik manufaktur Sipil itu dari Polmas Bandung.

Lalu tim penyusun rencana kurikulum dan akademik vokasi disitu. Sedangkan tim DID untuk konstruksi pembangunan itu ITB Bandung dan kita ke Timor Leste kurang lebih hampir satu bulan, tapi pulang pergi dua kali.

“Dari situ, wakil menterinya berminat sekali untuk mengirim lulusan terbaik SMA dari Timor Leste dari rengking 1-10, untuk disebarkan sesuai minat dan rencana pengembangan calon pengelola dan dosen ke lima politeknik yang disebutkan untuk mengambil program diploma dan sarjana yang berhubungan dengan bidang dimaksud, “urai Juron Rahayaan merincikan.

Jusron Rahayaan adalah Direktur Politeknik Perikanan dan Kelautan Tual yang kini sementara menyelesaikan Program Pendidikan Doktoralnya pada Fakultas Perikanan Kelautan Unpatti Ambon.

Periode pertama proses pendidikan pada Politeknik Perikanan dan Kelautan Tual, pemerintah Timor Leste mengirimkan 14 siswa dan periode kedua 10!siswa

Pemerintah Timor Leste tahap pertama mengirim 14 orang ke Tual, periode kedua dikirim 10 orang. Jadi 24 orang dua periode, dan mereka kirim yang berkualitas karena melalui seleksi. Ternyata di negara yang baru pisah dari Indonesia itu gunakan empat (4) bahasa.

“Jadi bahasa Internasionalnya bahasa Inggris, bahasa Tetun, bahasa Portugis dan bahasa Indonesia., disana bahasa Indonesia bisa diajarkan dari SD sampai SMP jadi ketika datang kuliah disini, mereka tidak kaku dengan bahasa Indonesia karena disana ada kurikulumnya,”jelas Rahayaan.

“Jadi mereka kuliah disana masing-masing mereka kuliah tepat waktu semua, “ujar Jusron Rahayaan, kepada Laskar Maluku.com usai membawakan materi pada  kegiatan Bootcamp Media Massa dengan Tema “Optimasi Pemberitaan Untuk Peningkatan Citra Pendidikan Vokasi”

Tampil sebagai narasumber selain Jusron, pemateri lain dari Politeknik Negeri (Polnam) Ambon, Dr Alvin dan dari unsur Pers, Saswati Matakena.

Masih menurut Jusron, bidang ilmu yang ditekuni oleh para mahasiswa asal Timor Leste ini sangat variatif, ada yang masuk di bidang budidaya pengolahan perikanan tangkap, dan belajar kompetensi tambahan itu, misalnya belajar selam, last dalam laut, belajar mengemudi kapal dan masih banyak lagi, sehingga ketika kembali ke negara asal mereka bekerja pada bidang sektor yang telah ditekuni.

Rahayaan menceritakan salah satu mahasiswa bernama Corneles Amaral saat ini bekerja di sektor swasta, yayasan internasional dengan penghasilan diatas 30 juta setiap bulan.

“Dia bekerja untuk monitoring pendataan dan rehabilitasi sistem dibawah air. Dia seorang mahasiswa yang tekun belajar dan mewakili mahasiswa Politeknik dalam konferensi Internasional kemarin dan penulisan paper terbaik, “kata Jusron.

Cerita dibalik suksesnya anak-anak Timor Leste ini, sebaiknya dia menjadi inspirasi bagi anak-anak daerah Maluku, untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Sudah waktunya anak-anak usia sekolah sudah harus melirik pendidikan vokasi, ada SMK dan juga untuk Perguruan Tinggi ada Politeknik yang ada di sejumlah kabupaten/kota.

Pasalnya, Pendidikan vokasi menekankan pada keterampilan dan pengetahuan praktis untuk profesi atau keahlian tertentu.

Jangka waktu pendidikan vokasi antara 1-4 tahun tergantung jenjang yang dipilih. Contoh pendidikan vokasi adalah SMK dan Politeknik dan satuan pendidikan vokasi ini bersinergi dengan dunia usaha maupun dunia industry, sehingga lulusan pendidikan vokasi sudah langsung terjn pada dunia usaha dan dunia industri sesuai dengan keahlian masing-masing. (Andi Sagat)