AMBON, LaskarMaluku.com – Politeknik Negeri Ambon (Polnam) sebagai Perguruan Tinggi vokasi terus meningkatkan inovasi-inovasi di bidang teknologi, khususnya teknologi terapan, yang fungsinya untuk menjembatani teknologi-teknologi hasil riset yang telah dibuat oleh para peneliti di internal Polnam sehingga bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Salah satunya menghasilkan teknologi tepat guna bagi masyarakat dari aspek pengusaha kelapa, parut kelapa.

“Teknologi dan inovasi yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik wilayah sehingga pendekatan riset itu tepat guna,”demikian dijelaskan Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon, Dr.Pieter Frans kepada media ini, Kamis (21/11/2024) di ruang kerjanya.

Dikatakan, untuk Maluku jarak dari rumah ke dusun jaraknya jauh dan tidak terjangkau fasilitas pendukung. Dan mesin parut kelapa yang dibuat oleh pabrik semuanya menggunakan listrik.

Oleh sebab itu Politeknik Negeri Ambon membuat inovasi tepat guna yakni alat parut kelapa menggunakan penggerak hasil modifikasi alternator mobil.

“Alat parut kelapa ini menggunakan tenaga baterai sebagai sumber dayanya. Hal tersebut sejalan dengan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan emisi gas yang kini sedang digencarkan oleh pemerintah,”ungkap Frans, seraya menambahkan, dengan dukungan program pemerintah dalam menciptakan energi baru terbarukan, inovasi ini membuka potensi besar untuk pengembangan lebih lanjut, termasuk pengisian baterai dengan tenaga surya.

Frans memberi gambaran, dengan alat parut kelapa tenaga surya ini memberikan efisiensi bagi petani dengan membawa pulang kelapa yang sudah diparut.

“Ibarat kasarnya bahwa dia tidak mampu pikul kelapa 20 buah dari dusun ke rumah, tetapi dengan mesin ini, dia bisa langsung bawa pulang seratus buah yang sudah diparut. Itu bahasa teknologi kami di situ untuk menjawab tepat gunanya kebutuhan,”jelasnya.

Alat parut kelapa yang diserahkan di Desa Tawiri belum lama ini. (dok-humas pemkot)

Alat parut kelapa ini sendiri dikembangkan oleh Ketua Tim Pelaksana PIM2B Polnam, Ridolf Richard Kermite, bersama dua rekannya, yakni Cley Jalakua dan Semuel Holle.

Ketika diminta tanggapannya mengenai pendidikan vokasi, Pieter Frans pun menjelaskan, pendidikan vokasi ini tentang pendidikan yang prakteknya diaplikasikan atau divokasikan ke industri, sehingga hasilnya nyata.

“Pendidikan vokasi ini dilakukan di SMK dan di Politeknik. batasannya ialah kalau di SMK, dia melakukan praktek dan dia vokasi ke industri sama juga dengan Politeknik membuat praktek dan vokasinya ke industri yang namanya Link and Match sama-sama. Namun yang berbeda di antara berdua ini adalah di SMK tidak melakukan riset vokasi, sementara di Politeknik melakukan riset vokasi. Bedanya di situ,”jelas Frans.

Lantaran itu, Polnam terus melakukan riset dan inovasi-inovasi yang menghasilkan sesuatu kreatif produk.

Frans menambahkan, dalam tahun ini pihaknya mencoba menjawab tantangan kepulauan gugus pulau di Pulau Nusalaut.

“Nah, di sana kita memahami dulu karakteristik pulau itu dan desa dan atau negeri yang ada di sana. Dan akhir tahun ini ada satu naskah akademik keluar, apa yang menjadi kebutuhan di Pulau Nusalaut, lalu pendekatan teknologi tepat guna apa yang cocok untuk di sana,”jelasnya seraya menambahkan, kalau gambaran ini sudah ada naskahnya terlegalitas, sehingga pada saat itu terjadi, maka rencana pengembangan ataupun rencana desa itu akan terukur berdasarkan naskah yang kita punya, karena di situ bukan lagi kita bicara skala keinginan, tetapi skala kebutuhan. Karena ada tantangan di situ adalah Tata Kelola Dana Desa yang memang menjadi sorotan bagi pemerintah.

“Kami berharap bahwa Tata Kelola Dana Desa ini lebih terarah dan terukur bila digunakan dengan teknologi tepat guna. Itu merupakan arah kebijakan untuk kami politeknik dalam rangka pembangunan untuk Nusalaut sekaligus merupakan pijakan bagi pemerintah desa untuk mengarahkan pembangunan desa,”tutup Frans. (L02)