AMBON, LaskarMaluku.com – Lagu Mars Balai Bahasa Provinsi Maluku membahana dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Maluku, yang berlangsung di Gedung Pertunjukan Balai Bahasa Provinsi Maluku di Kawasan Nania Kota Ambon, Jumat (28/11/2025).
Mars Balai Bahasa Provinsi Maluku adalah lagu yang diluncurkan untuk menyemangati kinerja balai, dengan lirik yang menekankan tugas utama seperti mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.
Mars ini juga menyoroti prinsip kerja Balai Bahasa Provinsi Maluku yang “ARIKA” (Andal, Ramah, Inovatif, Kolaboratif, dan Akuntabel), serta visi untuk menjembatani pulau dan laut, meningkatkan literasi, dan memperkuat daya saing bangsa.
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tahun 2025 mengusung tema : “Dari Bibir Ibu Ke Hati Anak: Bahasa Daerah Tumbuh di Rumah, Bersemi di Nusantara”.
Tema ini dipilih untuk meneguhkan tekad dalam merawat keberlanjutan bahasa daerah dengan menekankan peran keluarga sebagai ruang pertama penanaman bahasa dan budaya.
“Dari bibir Ibu itu mengibaratkan bahwa yang pertama menggunakan bahasa daerah itu adalah orang tua kita, rumah kita. Kalau anak-anak belajar di sekolah, kemudian kalau kemarin ada belajar bernyanyi, belajar mendongeng, lalu belajar membaca dan menulis puisi, lawakan tunggal, menulis cerpen dalam bahasa daerah itu sebenarnya adalah memanfaatkan kemampuan anak-anak dalam bahasa daerah,” kata Kitty Karenissa, Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku disela-sela sambutannya, di Aula Balai Bahasa.
“Jadi di sini sebenarnya saya bertanya-tanya, ketika tadi saya mengajukan pertanyaan banyak anak yang disininya di tulis tunas bahasa ibu, belum mengangkat tangannya, khususnya untuk semua pertanyaan , berarti belum menjadi penutup aktif bahasa daerah. PRnya adalah kalau anak-anak nanti tidak mahir berbahasa daerah, maka bahasa daerah kita itu akan hilang, akan punah,” ujar Kitty Karenissa seraya menekankan kalau di provinsi Maluku ini, negara kita mencatat ada lima bahasa yang punah di seluruh Indonesia. Dari lima yang punah itu ada 3 bahasa dari Provinsi Maluku, bukan bahasa dari Papua, bukan dari NTT, tapi dari Maluku.
Dirinya mengajak anak-anak untuk berkomunikasi dengan orangtua di rumah menggunakan bahasa daerah sehingga bahasa daerah di Maluku tidak akan punah.
“Oleh sebab itu, kita ada di sini untuk mencoba mengingat kembali, apa yang sudah kita tinggalkan dan apa yang harus kita pertahankan, dan apa yang harus tetap kita pelihara khususnya yang berkaitan dengan bahan daerah. Kalau bukan kita penutur-penutur bahasa daerah di Maluku ini untuk melestarikan bahasa daerah, maka tidak ada orang yang mau belajar bahasa kita dan melestarikannya dan menggunakannya untuk anaknya di masa depan kelak,”ungkapnya.
Karenissa menambahkan, jika bahasa daerah hilang maka hilang juga kekayaan kita, kekayaan budaya, nilai-nilai baik apapun yang ada dalam internal kita kalau anak-anak kita tau, maka makanan tradisional bisa juga hilang, kemudian obat-obatan tradisional bisa juga hilang kalau kita tidak lagi menguasai bahasa daerah.
“Jadi banyak sekali kehilangan atau kerugian kita, kalau kita tidak menguasai bahasa daerah,”ujarnya.
Lantaran itu, Kitty Karenissa, mengajak anak-anak Maluku terutama peserta Festival Tunas Bahasa Ibu, untuk memulai dengan kata dasar sederhana semisal; warna, nama-nama bagian tubuh, angka-angka dan benda-benda yang ada disekitar kita, termasuk mengajukan pertanyaan kepada peserta yang datang dari kabupaten, SBT, MBD, Malteng dan kabupaten Aru yang bisa berdiskusi dengan tema-tema gunakan bahasa daerah.
Dan untuk menjawab pertanyaan ini, anak-anak dari kabupaten Aru yang terdiri dari 12 orang masing-masing anak terdiri dari (6) anak SD dan enam (6) SMP, mereka memiliki kemampuan berbahasa daerah, baik dalam diskusi kelompok dan atau bertutur perorangan khususnya bahasa daerah Tarangan dan bahasa Manombai atau (Ganabai) yang menjadi program revitalisasi Balai Bahasa Provinsi Maluku.

Revitalisasi 6 Bahasa Daerah
Pada tahun 2025 ini Balai Bahasa provinsi Maluku merevitalisasi enam bahasa daerah, yaitu Bahasa Hitu, di Kabupaten Maluku Tengah, Bahasa Seram (Seran) dan bahasa Elnama di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Bahasa Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) dan Bahasa Tarangan dan Bahasa Manombai atau Ganabai yang terdapat di Kabupaten Aru yang dikenal dengan penghasil mutiara ini.
“Pelaksanaan program ini telah mempertimbangkan karakteristik tiap-tiap daerah, mulai dari tingkat daya hidup bahasa yang umumnya berada pada kategori mengalami kemunduran dan atau terancam punah atau kritis hingga jumlah penuturnya yang terbatas serta sebaran wilayah tuturnya, “kata Ketua Koordinator Pelaksana Festival Bahasa Ibu di provinsi Maluku, David Rici Ricardo, seraya menekankan pada aspek kondisi tersebut, Balai Bahasa provinsi Maluku menerapkan RBD Model C, yang berbasis sekolah sebagai salah satu upaya dalam pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah.
Pada tahun 2025, kata David, total sekolah yang menjadi target revitalisasi di empat (4) kabupeten adalah 113 sekolah yang terdiri atas 96 sekolah dasar (SD) 17 SMP dengan perincian sebagai berikut: Kabupaten Malteng untuk bahasa Hitu, jumlah SD ada 20, SMP ada lima (5) SBT untuk bahasa Seram atau Seran dan bahasa Elnama jumlah SD 27, SMP enam (6); Kabupaten Aru untuk bahasa Tarangan Barat dan bahasa Manombai (Ganabai) jumlah SD 32, SMP 0 atau tidak ada, sedangkan kabupaten MBD untuk bahasa MOA jumlah SD 17, SMP enam (6) sekolah.

Puncak pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah, Mengusung tema “Dari Bibir Ibu ke Hati Anak: Bahasa Daerah Tumbuh di Rumah, Bersemi di Nusantara”.
Festival ini dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 29 November 2025, di Gedung Pertunjukan Balai Bahasa Provinsi Maluku. Akan dimeriahkan oleh penyanyi Maluku Ebeng Acom dan Gihon Marel, serta penampilan komika Ali Akbar.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kitty Karenissa didampingi Koordinator Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Maluku Tahun 2025: David Rici Ricardo, menyampaikan kegiatan ini menjadi wujud nyata keberhasilan program revitalisasi bahasa daerah yang telah dilaksanakan selama empat tahun terakhir.
“Tahun 2025, program tersebut, merevitalisasi enam bahasa daerah, yakni bahasa Hitu, Seram (Seran), Elnama, Tarangan Barat, Manombai (Ganabai), dan Moa yang melibatkan empat kabupaten pelaksana,” jelas Karenissa.
Program Revitalisasi Bahasa Daerah tahun ini melibatkan 262 pengajar utama, 954 guru terimbas, serta 5.112 siswa sebagai peserta langsung, yang memberikan dampak pembelajaran kepada 8.770 siswa lainnya. Pelaksanaan kegiatan tersebar di 113 sekolah di tingkat SD dan SMP melalui pembelajaran ekstra kurikuler sejak Agustus hingga Oktober 2025.
FTBI 2025 akan dikemas dalam format pertunjukan kolaboratif berjudul “Negeri Bahasa”, yang menampilkan integrasi enam bahasa daerah bersama Bahasa Melayu Ambon dan Bahasa Indonesia dalam bentuk drama,” ujar Kitty
Kegiatan akan dihadiri pejabat pusat, di antaranya Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum., Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, serta Dr. Adi Budiwiyanto, M.Hum., yang hadir mewakili Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, serta Anggota DPD RI Ana Latuconsina, termasuk turut dihadiri gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa.
Festival ini diharapkan memperkuat kembali penggunaan bahasa daerah sebagai identitas budaya.
“Saya ajak seluruh masyarakat Maluku untuk hadir dan memberi dukungan kepada para peserta sebagai generasi penerus pelestari bahasa daerah, sembari nyatakan ada kebijakan dari pemerintah kabupeten terkait pada hari-hari tertentu gunakan bahasa daerah,: seperti Kabupaten Malra, Pemerintah kota Tual, MBD dan Buru, “ungkap Kitty Karenissa. (L05)
