AMBON LaskarMaluku.com– Gelombang kritik terhadap program MBG (Makan Bergizi Gratis) semakin deras setelah sejumlah siswa di Maluku mengalami keracunan massal. Video yang viral di media sosial memperlihatkan kejadian di salah satu sekolah di kota Ambon, anak-anak lemas, muntah-muntah, bahkan harus mendapatkan perawatan medis. Peristiwa ini langsung memantik respon keras dari Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Maluku, Ode Abdurrachman.
Dalam pernyataannya, Ode menegaskan bahwa carut-marut pelaksanaan MBG adalah bukti nyata lemahnya perencanaan dan pengawasan pemerintah, terutama pelaksana programnya.
Laporan beberapa media mainstream tentang fakta di lapangan, terakhir tentang Puluhan siswa dari beberapa sekolah di kabupaten dan kota Ambon sendiri. Faktanya mereka mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Dan Dugaan kuat penyebabnya berasal dari kualitas makanan yang buruk dan tidak higienis, mulai dari penyimpanan, distribusi, hingga pengawasan penyedia.
Ini karena Lemahnya Koordinasi di mana Penanganan medis di lapangan terlambat, dan koordinasi antar sekolah, dinas pendidikan, serta dinas kesehatan dianggap tidak berjalan optimal.
Pernyataan Ketua IGI Maluku, Ode Abdurrachman saat dihubungi media ini menyatakan bahwa;
- Keprihatinan dan kecaman Keras
“Sebagai pendidik dan akademisi, saya sangat prihatin. Program MBG yang seharusnya menyehatkan justru menjadi bencana. Anak-anak bukan kelinci percobaan. Jika negara tidak siap, jangan sekali-kali mengorbankan generasi penerus.” - Evaluasi Total
“Program ini jelas dikerjakan setengah hati. Dari pemilihan vendor, proses pengadaan, hingga pengawasan distribusi makanan—semua harus dievaluasi total. Jangan sampai ada lagi korban.” - Transparansi Penyelidikan
“Saya mendesak pemerintah provinsi dan kabupaten membentuk tim independen untuk menyelidiki kasus ini. Hasil investigasi harus dibuka secara transparan kepada publik agar jelas siapa yang harus bertanggung jawab.” - Kompensasi untuk Korban
“Anak-anak dan keluarganya berhak mendapat perlindungan hukum dan kompensasi penuh. Jika ada unsur kelalaian, maka pihak sekolah maupun penyedia harus bertanggung jawab secara hukum.” - Hentikan Sementara Program
“Lebih baik MBG dihentikan sementara sampai ada jaminan standar kebersihan dan keamanan yang ketat. Jangan biarkan anak-anak jadi korban kebijakan yang tergesa-gesa.”
Ode juga menyerukan agar orang tua, guru, dan masyarakat aktif melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemerintah di sekolah.
“Pendidikan bukan ajang pencitraan, tetapi ruang tumbuh yang aman bagi anak. Kita harus berani bersuara jika melihat ada ketidakberesan,” tegasnya.
Sebagai Penutup ketua IGI Maluku menyatakan bahwa Tragedi keracunan massal akibat program MBG ini menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah dan pusat. Harusnya negara wajib menjadi jaminan keselamatan anak-anak di sekolah. Jika tidak maka program ini hanya akan menjadi potret kegagalan sistemik yang menyakiti generasi muda. (L05)