NusaDua, LaskarMaluku.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, disingkat SKK Migas kembali mencatatkan prestasi penting dengan meraih peringkat Gold Rank pada ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2025.
Gold Rank” dalam Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada perusahaan karena memiliki laporan keberlanjutan yang sangat baik.
Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang dinilai berhasil mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan (aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial) dengan baik sesuai standar internasional.
Penghargaan ini memperkuat bukti konsistensi lembaga tersebut dalam menerapkan prinsip keberlanjutan di tengah upaya meningkatkan produksi minyak dan gas nasional.
Penghargaan yang diselenggarakan oleh National Center for Corporate Reporting (NCCR) ini menjadi indikator utama kualitas transparansi dan pelaporan keberlanjutan sebuah organisasi, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan tata kelola. Tahun 2025 ini, ASRRAT diikuti 82 peserta dari Indonesia, Bangladesh, dan Filipina.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan bahwa keberlanjutan merupakan fondasi jangka panjang industri migas, bersandingan dengan target peningkatan produksi nasional.
“SKK Migas dan Kontraktor KKS sedang berjuang keras untuk meningkatkan produksi dan lifting migas nasional. Namun upaya-upaya keberlanjutan tetap kita jadikan prioritas karena Rencana Strategis kita tidak hanya memuat peningkatan produksi, tetapi juga mendukung komitmen Indonesia mencapai target net zero emission,” kata Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto.
Djoko menambahkan bahwa capaian Gold Rank tahun ini diharapkan menjadi pemicu komitmen lebih kuat dalam memperluas inisiatif keberlanjutan lintas sektor operasi hulu migas.
“Penghargaan ini diharapkan memicu semangat SKK Migas dan Kontraktor KKS untuk terus melakukan terobosan baru dalam memperjuangkan isu-isu keberlanjutan di dalam kerangka operasi hulu migas,” ujarnya.
Sustainability Report yang menjadi penilaian ASRRAT disusun dengan mengacu pada standar Global Reporting Initiative (GRI). Laporan ini menjadi rujukan utama bagi organisasi dalam menunjukkan kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) serta akuntabilitas program lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Tahun 2025 menjadi tahun ketujuh SKK Migas meraih Gold Rank, menandai konsistensi lembaga tersebut dalam menyampaikan laporan keberlanjutan yang komprehensif dan berstandar internasional. Para juri yang terlibat merupakan akademisi tersertifikasi yang menilai kualitas data dan kredibilitas pelaporan.
Komitmen pengurangan emisi menjadi salah satu fokus SKK Migas. Industri hulu migas disebut telah menjalankan berbagai langkah pengurangan emisi karbon, termasuk efisiensi energi, penurunan emisi metana, hingga upaya zero flaring. Implementasi teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) juga menunjukkan kemajuan signifikan.
“Industri hulu migas sudah melakukan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon, misalnya meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi metana, meminimalkan flare gas hingga zero flaring serta implementasi proyek CCUS seperti Ubadari Tangguh dan Abadi Masela,” kata Djoko.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar, dan secara regulasi telah tersedia kerangka yang mendukung pelaksanaan proyek CCS/CCUS di sektor migas.
“SKK Migas sudah menerbitkan Pedoman Tata Kerja yang menjadi acuan jelas bagi proyek CCS dan CCUS di sektor hulu migas Indonesia agar proyek berjalan efisien, aman, dan akuntabel,” kata Djoko.
Namun ia mengingatkan bahwa keberhasilan implementasi CCS/CCUS tidak bisa dicapai hanya oleh satu pihak. Diperlukan dukungan lintas pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, hingga akademisi.
“Meskipun iklim regulasi sudah sangat mendukung, mewujudkan proyek CCS/CCUS yang nyata tetap membutuhkan kolaborasi kuat dari semua pemangku kepentingan,” pungkasnya.
Penghargaan Gold Rank ASRRAT 2025 menegaskan kembali posisi SKK Migas sebagai lembaga yang tidak hanya fokus pada produksi migas, tetapi juga pada keberlanjutan jangka panjang yang menjadi tuntutan global sekaligus komitmen nasional dalam transisi energi.(L05)
