AMBON, LaskarMaluku.com – Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease mengerahkan 300 personel gabungan untuk menjaga perbatasan pasca bentrokan dua desa tetangga yakni Desa Tulehu dan Desa Tial, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku.
Kedua desa tetangga ini berada dalam wilayah pulau Ambon dan pelayanan administrasi negara dibawa dan dalam bimbingan dan asuhan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku.
Penempatan jumlah personil aparat gabungan ini guna mengantisipasi bentrokan lanjutan.
Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, AKBP, Yoga Putra Prima Setya, menjelaskan, peristiwa kekerasan berdarah itu, bermula ketika tiga pemuda Desa Tulehu, yakni JM, RO, dan AS, mendatangi Desa Tial dengan sepeda motor sekitar pukul 15.45 WIT. Saat melintasi di Dusun Salameti, ketiga pemuda tersebut disapa oleh seorang pemuda Desa Tial berinisial SL. Tak terima dengan teguran itu, mereka langsung turun dari motor dan menikam SL dengan senjata tajam.
“Melihat SL ditikam, warga Tial segera mengejar para pelaku dengan batu dan parang hingga ke dekat SMP Negeri 27, Dusun Naya, Desa Tial. Bentrokan pun tak terhindarkan, “jelas Kapolresta, AKBP Yoga Putra Prima Setya.
Sejauh ini kondisi keamanan di kedua desa tetangga itu, telah dikendalikan, hanya saja motif dibalik aksi kekerasan itu tengah didalami aparat keamanan.
Ratusan personel gabungan yang diterjunkan pasca bentrokan itu terdiri dari:
- 80 personel Polresta Pulau Ambon
- 70 personel Brimob Polda Maluku
- 61 personel Samapta Polda Maluku
- 22 personel Ditkrimum
- 11 personel Intelkam.
Selain itu, Kodim dan Denkav turut menurunkan dua SST masing-masing untuk mendukung pengamanan.
Blokade jalan yang sempat dilakukan warga Desa Tial pun akhirnya dibuka setelah intervensi aparat keamanan. “Jalan sempat diblokir, tapi sekarang sudah bisa dilalui,” tandas Yoga.
Kapolresta memastikan bahwa kondisi saat ini sudah aman dan terkendali. “Kami bersama Kapolda dan Gubernur Maluku sedang menuju ke TKP untuk bertemu tokoh agama dari kedua desa guna membahas penyelesaian insiden ini lebih lanjut,” katanya.
Bentrokan antara pemuda Desa Tial dan Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), pecah pada Senin (31/3/2025) sore.
Insiden ini mengakibatkan satu warga Tulehu meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka berat.
Korban bentrokan:
Berikut ini beberapa korban tewas maupun, luka-luka yang berhasil dilansir dari aparat keamanan masing-masing
- RO (Pemuda Tulehu) Meninggal dunia.
- SL (Pemuda Tial), luka berat, perawatan intensif, RS dr Leimena, Ambon.
- JM warga Tulehu
- AS (Pemuda Tulehu),
Keduanya sebelum dievakuasi aparat kemanan gabungan, dua pemuda Tulehu ini, sempat menjadi sandera masyarakat Desa Tial beberapa jam pasca ketegangan kedua belah pihak. Masyarakat desa Tial merasa marah dan kecewa lantaran pemuda dari desa Tulehu lebih dulu melakukan aksi penikaman terhadap warganya. Kondisi yang kemudian memperburuk situasi di kawasan itu.
AKBP, Yoga membenarkan, kalau ketiga pemuda Tulehu yang terluka sempat tertahan selama beberapa jam karena situasi yang memanas.
Upaya evakuasi oleh Polsek Salahutu sempat terhambat akibat massa dari Desa Tial yang masih berjaga dengan senjata tajam.
“Warga Tial ingin memastikan keselamatan SL di rumah sakit. Mereka mengancam akan membakar pemuda Tulehu yang tertahan di desa mereka jika terjadi sesuatu pada SL,” ujar Kapolresta, Selasa (1/4/2025).
Di saat bersamaan, sembilan warga Tulehu lainnya yang sedang bersilaturahmi ke kerabat mereka di Desa Tial turut diamankan ke rumah Penjabat Desa untuk menghindari amukan massa.
Setelah berhasil mengevakuasi sembilan warga Tulehu, aparat kepolisian akhirnya mengevakuasi tiga pemuda Tulehu yang terluka sekitar pukul 19.50 WIT, dibantu oleh Brimob Polda Maluku.
Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan terus berjaga untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Pihak kepolisian mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan menyerahkan penyelesaian kasus ini kepada pihak berwenang.
Kendati begitu, aparat kemanan setempat, khususnya Polsek Salahutu dinilai lalai dalam mencegah konflik internal antar desa. Apalagi Konflik itu, berlangsung ditengah masyarakat merayakan hari raya lebaran Idul Fitri 1446.H.
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran adalah momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, sejarah telah mencatat bahwa tidak semua Idul Fitri hadir dalam ketenangan dan kehangatan yang sama. Ada hari-hari raya yang diwarnai peristiwa tak biasa. Semisal peristiwa kekerasan yang memilukan antara sekelompok anak muda desa Tulehu dan pemuda desa Tial.
Momen Idul Fitri yang begitu meriah yang dirayakan masyarakat Tial kini berubah dari makna saling memaafkan diantara sesama berubah dalam sekejap menjadi penghilang nyawa manusia dan jadi manusia pembenci serta saling melukai diantara sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Konflik pemuda antar kedua desa ini sering dan berulang kali terjadi, tapi seakan dibiarkan. Lantaran proses penegakan hukum kurang begitu dimaksimalkan.
Yang menjadi pertanyaan sampai kapan kita merasakan, kedamaian Hakiki diantara orang Basudara, kalau dong bakalai terus menerus bagaimana orang luar datang investasi di Maluku, Katong musti sadar jangan mudah dihasut “Damai, itu Indah, Pesan LaskarMaluku.com (L05)