AMBON, LaskarMaluku.com – Sejumlah Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pecinta Alam (APA) Maluku, kembali menggelar aksi demonstrasi di kantor DPRD Provinsi Maluku, pada pukul 11.30 WIT, Rabu (28/52025).

Aksi ini adalah menindaklanjuti hasil unjuk rasa dari mahasiswa Cipayung kota Ambon beberapa waktu lalu terkait dengan kematian Firdaus Ahmad Fauzi, pendaki asal bogor (27) hilang sejak turun dari puncak gunung binaiya pada 26 April 2025.

Firdaus hilang di gunung Binaiya selama 21 hari, ditemukan tewas di sungai Yahe Maluku Tenggah. Jasadnya di temukan oleh Tim SAR Relawan Pencita Alam Maluku. Setelah melakukan penyusuran sungai dari hulu ke hilir. Firdaus dilaporkan hilang sejak Sabtu (26-04-2025) setelah terpisah dari rombongannya saat berada di jalur pendakian gunung binaiya di Nasapeha.

Dalam aksinya, mahasiswa aliansi pecinta alam Maluku ini, meminta dan mendesak DPRD Provinsi Maluku, agar Kepala Balai Taman Nasiona (BTN) Manusela, Dani Rahadi, di Copot dari Jabatannya.

Koordinator aksi, Maldin Salampessy, dalam.orasinya, menyatakan, Kepala balai Taman Nasional (BTN) Manusela, Dani Rahadi, dalam pengambilan keputusan menghentikan pencarian dalam situasi darurat dikawasan konservasi dalam area pertangungjawabannya. Dinilai tidak tepat sebagai seorang pemimpin.

“Untuk itu,kepala Balai TN memiliki tangunggjawab moral dan admistratif terhadap keselamatan semua pihak yang berada di wilayah kerjanya,” tandas Salampessy.

Lanjut Salampessy, Usaha penghentian dalam pencarian dengan dalil Standar Opresional Prosedur (SOP) diangap tidak mencerminkan sikap kemanusiaan dan toleransi sebagai indetitas orang maluku,” sambungnya.

Menurutnya, maka penghentian pencarian yang lakukan oleh Balai Taman Nasional dianggap terlalu dini tanpa kepastian yang jelas, hal ini merupakan kelalaian dalam menjelangkan tugas, apalagi menyangkut nyawa orang.

Dari uraian singkat di atas, maka kami Aliansi Pecinta Alam Maluku dengan ini menyatakan sikap sebagaimana tetuang dalam poin tuntutan sebagai berikut.

  1. Pencopotan Kepala Balai Taman Nasional Manusela atas kelalaiaan dan buruknya manajeman tanggap darurat
  2. Evaluasi menyeluru terhadap sistem keselamatan dan SOP pendakian di seluruh kawasan Taman Nasinal Manusela
  3. Permintaan maaf terbuka dari Kepala Balai Taman Nasional Manusela kepada kelurga korban dan pulik
  4. Pembentukan tim independent untuk ivestigasi menyeluruh terkait perestiwa ini
  5. Penyelesaain konflik pemanfaatan ruang hidup antara masyarakat adat dengan Balai Taman Nasional Manusela

“Itulah tuntutan kami yang dapat kami sampaikan dihadapan DPRD Maluku, agar dapat ditindalanjuti sebagaimana yang tertangkap dalam dalam tuntutan kami,” ujar Salampessy.

Setelah orasi para mahasiswa APA Maluku tersebut, diterima oleh Ketua komisi II DPRD Maluku, Irawadi, didampingi Wakil ketua komisi III, Rovik Akbar Avifudin dan anggota komisi II, Alhidaya Wajo, yang berlansung diruang komisi II DPRD Maluku, untuk menyampaikan tuntutan mereka ke DPRD Maluku.

Dihadapan DPRD, mereka juga menjelaskan, terlepas dari itu bahwa bukan baru satu kali atau Firdaus bukan orang pertama yang meninggal di wilayah tapi sebelum Firdaus Ahmat Fauzi ada tiga orang sebelumnya ada abang Paul di 1987, Fitra di 2014, Hamba Amelia di 2017 dan terakhir adalah Firdaus Fauzi di 2025.

“Ini bukan kali kali pertama kali pertama ini merupakan kesekian kalinya dan lagi-lagi pada taman nasional manusia kemudian gagal menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang kemudian dipercayakan oleh negara dalam menemani miliar konservasi,” pungkasnya.

Oleh karena itu, kami meminta pencopotan kepala.BTN Manusela segera ditindaklanjuti atas kelalaian dan buruknya manajemen tangkap darurat.

Sementara itu, Ketua komisi II DPRD Maluku, Irawadi, mengatakan, terkait dengan kasus almarhum Firdaus Ahmad Fauzi ini di Gunung binaya kami komisi II telah Menindaklanjuti sebagaimana yang sudah disampaikan oleh teman-teman aliansi Cipayung plus Kota Ambon

“Setelah penjelasan dari pihak Balai Taman Nasional manusela itu ada hal yang mestinya kita tindaklanjuti. Jadi kemarin kesimpulannya baru sementara belum tuntas,” ujar Politisi Demokrat, Dapil Maluku Tengah ini.

Dijelaskan, jadi tim pencarian kemarin itu dari apa namanya gabungan kemudian tidak bersinergi yang baik makanya kita akan undang, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah. Kemudian Sar, yang melaksanakan pencarian itu cuma setengah hari saja, ya 6 hari 6 jam kemudian pulang.

“Jadi kita akan panggil lagi itu sesuai dengan penjelasan dari nasional kemarin dan nanti kita menyusuikan, karena agenda kita ini apalagi kita baru masuk ke masa sidang III. Dan ini nanti kita agendakan ya kita tunggu informasinya nanti,” tandas Irawadi. (L04).