AMBON, LaskarMaluku.com – Sekretaris dan anggota Komisi IV DPRD Provinsi Maluku melakukan lawatan ke Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Ambon.

Dalam lawatan itu, mereka diterima oleh ibu Lanny Laturiuw.  Pelaksana Tugas (plt) Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ambon.

Lanny Laturiuw menggantikan Plt sebelumnya, Ibu Leonora Wemay, M.Pd, tanggal 18 Juni 2025 lalu.

Laturiuw sebelumnya menjabat di SMA Kristen YPKPM Ambon.

Kehadiran Sekretaris Komisi dan anggota Komisi IV DPRD Provinsi Maluku untuk mengecek persiapan sekolah unggulan itu, dalam upaya Rombel (Rombongan Belajar):

Meskipun bukan istilah untuk ruangan, “rombongan belajar” sering dikaitkan dengan penataan ruang kelas, terutama dalam hal pengaturan tempat duduk dan penempatan siswa.

Kebijakan tersebut ditempuh setelah para orang tua siswa yang mendaftar pada tahun ajaran baru, 2025/2026 melebihi ketentuan. Padahal panitia penerimaan pada tahun ajaran baru kali ini,  membatasi “rombongan belajar” hanya sembilan rombel.

Kebijakan itu ditempuh, semata-mata untuk kepentingan efektivitas proses belajar mengajar pada sekolah unggulan itu.

Dari hasil pengecekan ruang kelas yang terdapat pada SMA Negeri 1 atau SMANSA ini, Komisi IV DPRD Provinsi Maluku mengecek langsung kondisi ruangan dimana terdapat rombel yang bisa menampung siswa lebih dari ketentuan normal dan terdapat ruang kelas rombel yang tak memenuhi daya tampung.

Ini artinya ada ruang kelas yang hanya bisa menampung 35 siswa dan ada kelas yang bisa dipaksakan untuk menampung 35- 40-an siswa keatas.

Pada tahun ajaran 2022/2023 SMANSA membuka 13 Rombel, ditahun ajaran 2023/2024 penerimaan siswa membludak dan dipaksakan membuka 15 rombel.

Khusus untuk tahun ajaran 2025/2026 ini misalnya’ SMA Negeri 1 Ambon tengah diupayakan untuk menambah lagi tiga (3) rombel menjadi 12 rombongan belajar, hanya saja upaya ini tentu diperlukan komitmen bersama dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi dan  Komisi IV yang membidangi masalah pendidikan, kesehatan, sosial dan kemasyarakatan.

Proses pengecekan dan persiapan penambahan Rombel pada SMA unggulan ini, bersamaan dengan kehadiran “Tim Pusat Penguatan Karakter (PusPeKa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)”.

Kemendikdasmen memiliki tugas menyelenggarakan sub-urusan pemerintahan di bidang pendidikan dasar dan menengah, yang merupakan bagian dari urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

Tujuannya adalah untuk membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan negara dan melaksanakan fungsi lain yang diberikan.

Kehadiran PusPeKa Kemendikdasmen dalam rangka pemantauan dan Evaluasi Implementasi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan sederajat di Kota Ambon. Tim itu beranggotakan lima (5) orang.

Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Welem Daniel Kurnala SH, M.Si dalam pertemuan terbatas itu, mengharapkan kepada Kemendikdasmen memberikan perhatian penuh terhadap persoalan pendidikan di provinsi Maluku.

“Kami berterima kasih atas kunjungan tim Kemendikdasmen di kota Ambon, tapi kami juga berharap ada perhatian serius pemerintah pusat terhadap persoalan pendidikan di provinsi Maluku,” pinta Welem Daniel Kurnala selaku Sekretaris Komisi IV dan yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DPW Perindo provinsi Maluku.

Dalam pembicaraan terbatas di ruang Plt Kepsek SMA Negeri 1 Ambon, ikut dihadiri oleh anggota Komisi IV, Sukri Waelissa fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sona III daerah pemilihan (dapil) Maluku Tengah (Malteng), sementara ibu Erna Latumakulita, staf pada Bidang SMA, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi Maluku.

“Rekomendasi rombel ini telah disetujui tapi kami dari Komisi IV mengharapkan harus ada suratnya supaya jangan kita disalahkan, “kata Kurnala.

Plt Kepsek SMA Negeri 1 Ambon, Lanny Laturiuw, mengakui kalau beberapa ruangan tertentu dibutuhkan  renovasi sebagai bagian dari upaya pembentukan karakter siswa SMA yang dipimpinnya, beberapa ruangan itu antara lain; ruang Mushollah, ruangan OSIS, ruang Bimbingan Konseling (BK) yang biayanya di taksir mencapai puluhan juta rupiah.

“Ketika saya di SMA Angkasa yang lebih duluan saya bangun adalah Mushollah karena membina karakter itu, harus yang pertama, “saya punya pengalaman membangun awalnya membangun karakter siswa karena jika terjadi sesuatu yang berdampak pada siswa misalnya’ yang pertama diarahkan kepada pembinaan karakter, ” ujar Lanny Laturiuw, Rabu (16/7/25)

Menyikapi beberapa ruangan yang memerlukan proses renovasi ini, disambut baik oleh anggota Komisi IV, Sukri Waelissa. Ia bersedia untuk menanggulanginya, asalkan proses perhitungan bajetnya secara wajar.

“Untuk kekurangan renovasi beberapa ruangan tersebut, saya minta tolong dihitung bajetnya berapa, nanti kita yang tanggungjawab saja, ” pinta Sukri Waelissa dalam pertemuan terbatas itu.

Semua proses perhitungan anggaran untuk biaya renovasi itu, diaminkan PLT Kepsek untuk dirincikan dalam ajuan anggaran rehabilitasi nantinya, termasuk persetujuan penambahan tiga rombel yang selanjutnya akan dikomunikasikan kemudian dengan PLT Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku sebagai bentuk persetujuan.

“Satu ruangan bisa menampung lima puluh siswa, itu ukuran kelas besar, cuma ukuran kelas ternyata tidak sama, ada ukuran kelas yang 8 x 9 m ada yang tidak sampai cuma 7 x 8 m jadi menampung 50 siswa tidak bisa, 40 juga tidak bisa itu kalau dipaksakan jadi yang besar 40, ukuran ruangan kecil 36 siswa, ” urai Kepsek Lanny Laturiuw.

Kendati begitu, dirinya optimis sekolah unggulan yang dipimpinnya ini kedepan semua siswa dipersiapkan khusus untuk menggunakan sistem teknologi dalam proses belajar nanti.

Impian tersebut tentu dengan menata sistem internet hingga penggunaan Chromebook dalam proses belajar siswa nantinya

Jadi apabila memperbesar megabyte jaringan Upgrade maka diperlukan mekanisme untuk melatih sejumlah guru untuk memperoleh sertifikat dan jika ini telah terpenuhi maka diikuti dengan pengaktifan I.d. belajar siswa.

Aktifkan untuk akun Id belajar lalu syaratnya mesti ada 60 Chromebook pada rombel. Jadi harus ketemu orang tua untuk bicarakan penggunaan Chromebook kedepan dalam proses belajar

diharuskan, harus punya chromebook tinggal dirasionalisasi setiap siswa untuk memiliki Chromebook.

Penggunaan Chromebook dimaksud untuk siswa tidak lagi belajar menggunakan buku ajar melainkan belajar sistem online. Siswa ke sekolah tidak lagi bawa buku ajar tapi bawa Chromebook.

Chromebook adalah jenis laptop yang menggunakan sistem operasi Chrome OS, yang dikembangkan oleh Google. Chromebook dirancang untuk bekerja dengan aplikasi web dan penyimpanan cloud, dengan sebagian besar data dan aplikasi tersimpan secara online, bukan di perangkat itu sendiri.

Walau begitu terdapat aturan baku tentang rombongan belajar (rombel) untuk SMA dalam Dapodik 2025, sebagaimana diatur dalam Permendikbudristek Nomor 47 Tahun 2023 dan Petunjuk Teknis Pembentukan Rombel, menetapkan bahwa setiap SMA atau bentuk lain yang sederajat paling sedikit memiliki 3 rombel dan paling banyak 36 rombel.

Masing-masing tingkat (kelas X, XI, XII) paling banyak terdiri dari 12 rombel. Selain itu, ada batasan jumlah siswa per rombel, yaitu maksimal 36 siswa. Dapodik 2025 juga akan memvalidasi jumlah peserta didik per rombel dan jumlah rombel paralel.

Penjelasan lebih rinci:

Jumlah Rombel: SMA harus memiliki minimal 3 rombel dan maksimal 36 rombel.

Jumlah Rombel per Tingkat: Setiap tingkat kelas (X, XI, XII) maksimal memiliki 12 rombel.

Jumlah Siswa per Rombel: Satu rombel SMA/SMK maksimal berisi 36 siswa.

Validasi Dapodik: Aplikasi Dapodik 2025 akan memvalidasi jumlah peserta didik per rombel dan jumlah rombel paralel untuk memastikan kesesuaian dengan aturan.

Penerimaan Siswa Baru: Sekolah tidak boleh menerima siswa melebihi daya tampung yang terdaftar di Dapodik, dan daya tampung ini akan dikunci oleh pemerintah daerah saat pengumuman pendaftaran.

Penting bagi sekolah untuk memperhatikan aturan ini saat melakukan pembaruan data di Dapodik 2025, terutama dalam hal pembentukan rombel dan validasi jumlah siswa per rombel. (Andi Sagat)