AMBON, LaskarMaluku.com – Wakil Rektor IV Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr. Ruslan Tawari, memberikan apresiasi atas langkah Bupati Seram Bagian Timur (SBT), Fahri Alkatiri, yang meluncurkan program hilirisasi sagu di wilayahnya.

Apresiasi ini disampaikan Tawari saat diwawancarai Kamis (28/8/2025). Menurut Dr. Tawari, kebijakan tersebut bukan hanya relevan dengan kebutuhan ketahanan pangan, tetapi juga memiliki dimensi identitas budaya, ekologi, serta peluang ekonomi yang sangat strategis bagi masyarakat Maluku.

“Keputusan Bupati SBT untuk mendorong hilirisasi sagu patut diapresiasi dan bahkan harus dijadikan role model bagi seluruh kabupaten/kota di Maluku. Sagu bukan sekadar pangan lokal, ia adalah identitas masyarakat Maluku yang sarat nilai historis, sosial, dan budaya. Karena itu, mengangkat sagu ke dalam kebijakan hilirisasi berarti mengangkat martabat masyarakat Maluku itu sendiri,” ujar Dr. Tawari.

Ia menjelaskan, hilirisasi sagu tidak boleh dipandang sebatas industrialisasi komoditas pangan, melainkan sebuah upaya sistematis untuk mengintegrasikan kearifan lokal dengan pendekatan sains, teknologi, dan kebijakan pembangunan daerah. Melalui hilirisasi, sagu dapat diproses menjadi beragam produk turunan bernilai ekonomi tinggi, seperti tepung, pakan, bioetanol, hingga produk makanan modern yang mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.

Lebih jauh, Dr. Tawari menekankan bahwa kebijakan tersebut sejalan dengan tuntutan global untuk mengembangkan pangan berkelanjutan (sustainable food). Sagu, yang tumbuh subur di Maluku, memiliki ketahanan ekologis tinggi dibanding komoditas pangan lain seperti beras atau jagung. Dengan kebutuhan air yang relatif rendah serta ketahanan terhadap perubahan iklim, sagu berpotensi menjadi komoditas masa depan dalam menjawab tantangan krisis pangan dan perubahan iklim.

“Maluku memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif dalam hal sagu. Jika hilirisasi dijalankan secara terstruktur dengan melibatkan petani, peneliti, dan sektor swasta, maka sagu bisa menjadi pilar ekonomi baru di daerah ini. Kita tidak hanya bicara soal konsumsi lokal, tetapi juga positioning Maluku dalam peta pangan nasional dan global,” paparnya.

LaskarMaluku

Menurutnya, penting bagi pemerintah daerah lain di Maluku untuk meniru langkah SBT, karena hilirisasi sagu adalah bentuk keberpihakan pada masyarakat lokal. Apalagi, sagu bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan simbol eksistensi masyarakat Maluku yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

“Kalau daerah lain abai terhadap sagu, maka kita sedang membiarkan identitas dan kearifan lokal kita terkikis oleh modernitas yang tidak berpihak pada masyarakat. Karena itu, langkah SBT harus ditindaklanjuti oleh seluruh kabupaten/kota di Maluku,” tegas Dr. Tawari.

Unpatti sendiri, lanjutnya, siap mengambil peran aktif melalui riset terapan, inovasi produk berbasis sagu, hingga penguatan kapasitas petani dan UMKM lokal. Perguruan tinggi, menurut Dr. Tawari, memiliki tanggung jawab moral dan akademik untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam memastikan hilirisasi berjalan bukan sekadar sebagai jargon politik, tetapi menjadi gerakan nyata yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Hilirisasi sagu hanya akan sukses bila didukung oleh riset yang kuat, teknologi pengolahan yang tepat guna, serta adanya keberpihakan kebijakan pada petani. Dengan cara itu, kita tidak hanya melestarikan identitas budaya, tetapi juga menjadikannya sebagai kekuatan ekonomi baru yang mampu memberi kesejahteraan nyata bagi rakyat,” pungkasnya. (L06)

LaskarMaluku