AMBON, LaskarMaluku.com – Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, SH.LL.M mengemukakan, Prosesi Jalan Salib hidup Oikumene sesungguhnya merupakan manifestasi dengan umat Kristiani dalam memaknai Jalan sengsara Yesus Kristus untuk menebus dosa umat manusia.

Proses ini tentu tidak hanya dipahami secara harafia dan terjebak pada ritual semata akan tetapi lebih dari itu hendaknya dipahami sebagai wujud nyata penyerahan diri total kepada Allah sang khalik yang membuahkan kemenangan atas maut dan pada akhirnya menghantarkan umat manusia terbebas dari belenggu dosa.
Oleh karena itu, dia mengajak umat Kristiani untuk memahami peristiwa ini dengan penuh penghayatan bahwa perjuangan menuju kemenangan pasti melalui jalan kesengsaraan.

LaskarMalukuLaskarMaluku

“Selaku gubernur Maluku, Saya merasa sangat bangga hadir bersama saudara semua di acara proses di Jalan Salib hidup saat ini. Kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i dan berbagai kalangan dan agama berbaur dalam setiap acara-acara keagamaan menunjukkan keharmonisan hidup yang baik yang patut kita pertahankan sebagai modal sosial yang berharga dalam memupuk kebersamaan orang bersaudara di bumi raja-raja, “Ujar Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, dalam sambutannya pada pembukaan acara Jalan Salib Hidup Oikumene (JSHO) yang dilaksanakan di pelataran Gereja Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Batu Meja Ambon, Sabtu (19/04/2025) pagi.

Jalan Salib Hidup Oikumene ini diprakarsai oleh Paroki Santa Maria Bintang Laut Ambon ini, ikut melibatkan para kaum muda dari Gereja Protestan Maluku (GPM) dan gereja dominasi lainnya di kota Ambon.

LaskarMalukuLaskarMaluku

Kegiatan ini untuk pertama kalinya kembali digagas dan dilaksanakan Tahun 2025 ini, dan di tahun pertama pemerintahan “Sapta Cita” Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa dan Abdulah Vanath sebagai Wakil Gubernur Maluku.

Pasca Covid-19 kegiatan ini tidak lagi didanai, dan terkahir, JSHO (Jalan Salib Hidup Oikumene-red) dilaksanakan pada tahun 2018 silam.

Kendati begitu di tahun pertama Kepemimpinan Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa SH,.LL.M mengharap
Kondisi keharmonisan yang melibatkan semua komponen beragama berbaur dalam Susana kebersamaan ikut menciptakan situasi aman dan damai di provinsi Maluku yang kita cintai bersama.

“Sebagaimana nasihat orang tua kita, ” Potong di Kuku Rasa di Daging’ Sagu Salempeng di Pata dua, Aleh Rasa Beta Rasa”

Pada kegiatan Prosesi Jalan Salib Hidup Oikumene tahun 2005 sebagai salah satu kegiatan menyongsong pasca Kristus, selaku wakil pemerintah pusat di daerah, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menekankan pada dua aspek terpenting yang hendaknya dimaknai dari prosesi JSHO, dimana Peristiwa Agung Yesus mengorbankan dirinya untuk sebuah tindakan penyelamatan bagi umat manusia.

Kedua kerukunan dan keharmonisan merupakan budaya orang Maluku yang tercermin dari ungkapan rasa kebersamaan dari filosofi kedaerahan.

“Perkenankanlah saya selaku gubernur Maluku menyampaikan beberapa hal sebagai berikut;

  • yang pertama saya mengajak umat Kristiani di Maluku untuk memaknai Jalan sengsara Yesus Kristus bahwa pengorbanan dirinya di kayu salib sebagai bukti cinta tiada batas bagi umat manusia, inilah contoh dan teladan yang paling Agung yang diberikan Yesus Kristus bagi dunia.
  • yang kedua kerukunan dan keharmonisan yang merupakan nilai budaya orang Maluku yang tercermin dalam ungkapan, sita Kaka walike, Ain ni Ain, Kidabela Kalwedo, Fanala Retemena Barsehe, Lolik Lalin fedekvena, Sake Mesa Nusa, Masohi, Ita Wotu nusa. Tidak hanya menjadi retorika semata. Namun sejatinya dalam kehidupan sehari-hari tentu dengan harapan tiada lagi konflik antar sesama antar desa dan antar kampung yang membawa-bawa nama kelompok suku dan agama di Provinsi Maluku’ Saya selaku gubernur Maluku bersama Bapak Abdullah Vanath selaku wakil gubernur Maluku bertekad mewujudkan Maluku yang maju sejahtera dan berkeadilan melalui Sapta cita demi pengentasan kemiskinan, pembangunan sumber daya manusia yang unggul pengembangan infrastruktur pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan lembaga sosial kemasyarakatan kiranya didukung oleh seluruh komponen masyarakat Maluku termasuk umat Katolik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini tak lupa Hendrik Lewerissa juga mengucapkan Proviciat kepada bapak Uskup Diosis Amboina para Pastores, secara khusus Pastor Paroki Santa Maria Bintang Laut Ambon beserta panitia dan pemeran atas terselenggaranya prosesi Jalan Salib hidup Oikumene Tahun 2025.

“Ingatkah bahwa anda semua menghidupkan cerita Injil dalam dunia zaman ini maka hayatilah peran itu sebagai jalan pertobatan diri, semoga kegiatan ini terus dikembangkan menjadi salah satu event wisata rohani di Kota Ambon dan di Provinsi Maluku, “

Mengakhiri sambutannya Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, SH,. LL.M atas nama pemerintah provinsi Maluku Mengucapkan Selamat Merayakan Paskah Kristus Tahun 2025 kepada Masyarakat Maluku.

Pembukaan prosesi JSHO diawali dari plataran Gereja Katradal di Baru Meja Ambon dimulai sekitar pukul 09.00 WIT dan melintasi sejumlah ruas jalan di kota Ambon dan akan berakhir di pelataran kompleks gedung Paus Johanes Paulus II (Catolik Center) SoakaCindan Benteng Ambon, sekitar pukul 14.30 hingga pukul 15.00 WIT akhir dari penyalinan Tuhan Yesus yang diperankan oleh Ronald Tharob sedangkan Sutradara dari kegiatan jalan Salib Hidup Oikumene JSHO Tahun 2025 ini dipercayakan kepada Markus Ukam Ohoirat.

Terdapat 14 Perhentian Jalan Salib saat prosesi berlangsung.

Mulai saat Yesus dijatuhi hukuman mati, Yesus memanggul Salib, Yesus jatuh pertama kali dan Yesus berjumpa dengan ibu-Nya.

Selanjutnya Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene, Wajah Yesus diusap oleh Veronika, Yesus jatuh kedua kalinya, Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya.

Berikutnya Yesus jatuh untuk ketiga kalinya, Pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus di salibkan. Yesus wafat di Kayu Salib, Yesus di turunkan dari salib dan Yesus di-makam-kan. (Andi Sagat)