AMBON, LaskarMaluku.com – Tanggal 1 Juni 2025 merupakan Hari Komunikasi Sedunia yang ke-59. Paus Fransiskus telah mengeluarkan pesan untuk hari Komunikasi Sosial ke-59 tersebut pada 24 Januari 2025 lalu, bertepatan dengan peringatan Santo Fransiskus de Sales, Santo pelindung para jurnalis.

Dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Paroki St Fransiskus Xaverius Katedral Ambon, Minggu (1/6/2025) Pastor Paroki RD Paul Kalkoy dalam homilinya membacakan pesan Paus Fransiskus yang berjudul “Bagikanlah Dengan Lemah Lembut Harapan Yang Ada Di Dalam Hatimu” diawali dengan bagaimana Paus melihat zaman ini yang ditandai dengan disinformasi dan polarisasi.

Ketika sedikit pusat kekuasaan mengendalikan data dan informasi dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Paus Fransiskus ingin menyampaikan bahwa pekerjaan sebagai Jurnalis dan Komunikator sekarang ini menjadi jauh lebih penting.

Keberanian sangat dibutuhkan untuk menempatkan tanggung jawab pribadi dan kolektif terhadap sesama sebagai pusat komunikasi.

“Melalui pesan ini, Paus Fransiskus mengundang Jurnalis dan Komunikator untuk menjadi “Komunikator Harapan” mulai dengan membarui karya dan misi menurut semangat Injil,”ungkap Pastor Paul Kalkoy.

Menurut Paus Fransiskus, saat ini komunikasi sering tidak menghasilkan harapan, tetapi justru sebaliknya, menciptakan ketakutan dan keputusasaan, prasangka, fanatisme dan bahkan kebencian.

Terlalu sering orang berkomunikasi dengan menyederhanakan realitas untuk memancing reaksi naluriah, dan dengan menggunakan kata-kata laksana pisau cukur, bahkan menggunakan informasi palsu atau yang sudah diputarbalikkan secara cerdik, untuk mengirim pesan yang dirancang untuk menghasut, memprovokasi atau menyakiti.

Menurut Pastor Paul Kalkoy, Paus Fransiskus memimpikan sebuah komunikasi yang membuat kita mampu menjadi sahabat seperjalanan bagi begitu banyak saudara-saudari kita untuk menyatakan kembali harapan dalam diri mereka pada masa pergulatan ini, sebuah komunikasi yang mampu berbicara ke dalam hati, tidak membangkitkan reaksi defensif dan kemarahan yang menggebu gebu, tetapi sikap terbuka dan bersahabat, juga tidak menjajakan ilusi atau ketakutan tetapi mampu memberikan alasan untuk berharap.

Pengharapan selalu merupakan sebuah proyek komunitas. Karena itu, Paus Fransiskus mendorong untuk menemukan dan menceritakan banyak kisah kebaikan yang tersembunyi di antara sudut-sudut peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dengan meniru para penambang emas yang tanpa lelah menyaring pasir untuk mencari serpihan kecil emas murni.

“Betapa indahnya mencari benih-benih pengharapan seperti itu dan menyebarkannya untuk membantu dunia kita tidak tuli terhadap jeritan orang miskin, tidak acuh tak acuh dan menutup diri”.

Pada bagian akhir Paus Fransiskus berpesan untuk merawat hati dan kehidupan batin dalam menghadapi perkembangan teknologi yang menakjubkan,  dengan bersikap lemah lembut dan tidak pernah melupakan wajah sesama.

Selain itu, selalu berusaha mempromosikan komunikasi yang dapat menyembuhkan luka-luka kemanusiaan, menjadi saksi dan promotor komunikasi yang tidak agresif, menceritakan kisah-kisah yang penuh harapan, peduli pada nasib sesama dan berusaha untuk bersama-sama menulis sejarah masa depan. (L02)