TIAKUR, LaskarMaluku.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Barat Daya membentuk tim internal stakeholder untuk mendukung implementasi proyek perubahan “Siapa Merasa” yang menargetkan penanganan 485 anak putus sekolah melalui kolaborasi pentahelix, Rabu (10/9/2025). Kepala Disdikbud Roberth Japeky menetapkan fokus jangka pendek di Pulau Letti dan Moa dengan pertimbangan efisiensi anggaran, sementara target jangka panjang adalah penanganan komprehensif di seluruh wilayah MBD.

Data Dapodik 2025 menunjukkan distribusi anak putus sekolah terbesar di tingkat SMA sebanyak 207 siswa, disusul SMP 136 siswa, SD 93 siswa, dan SMK 49 siswa, dengan penyebab utama perkawinan dini dan budaya kerja mencari uang cepat.

Proyek perubahan “Siapa Merasa” merupakan implementasi dari 10 milestone yang harus dicapai peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) sebagai bentuk akuntabilitas publik atas program yang dijalankan. Pembentukan tim internal menjadi milestone pertama yang strategis untuk memastikan dukungan struktural dalam implementasi program.

Pemilihan nama “Siapa Merasa” dirancang sebagai magnet psikologis untuk menarik keterlibatan masyarakat luas. Japeky menjelaskan bahwa secara moral, siapa pun yang merasa sebagai bangsa Indonesia dan orang Maluku Barat Daya seharusnya gelisah terhadap angka putus sekolah dan merasa bertanggung jawab menyelesaikan masalah ini.

Distribusi anak putus sekolah menunjukkan pola yang mengkhawatirkan, terutama di tingkat SMA yang mencapai 207 siswa. Kondisi ini disebabkan prevalensi perkawinan dini dan budaya kerja yang mengutamakan mencari uang cepat ketimbang menyelesaikan pendidikan. Fenomena ini mencerminkan tantangan struktural dalam mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan.

Meski secara struktural SMA dan SMK berada di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi, Japeky memilih mengambil tanggung jawab moral untuk menangani masalah ini karena menganggap mereka sebagai “anak-anak kami, saudara-saudara kami.” Sikap ini menunjukkan pendekatan holistik dalam menangani masalah pendidikan lintas kewenangan.

Kepala Disdikbud MBD Roberth Japeky menjelaskan latar belakang pembentukan tim. “Kami selaku peserta PKN untuk mengimplementasi rancangan proyek perubahan terdiri dari 10 milestone ini dimaksudkan untuk kegiatan ini dapat dipertanggungjawabkan kepada publik bahwa benar-benar kami sedang bekerja.”

“Adapun proyek perubahan kami ini lebih fokus pada strategi mengatasi anak putus sekolah melalui kolaborasi pentahelix di Kabupaten Maluku Barat Daya. Kami mengambil judul ini karena secara de jure data di Dapodik kami menyodorkan ada 485 siswa yang sudah putus sekolah pada jenjang SD, SMP, dan SMA cukup banyak dan ini menjadi kegelisahan kami,” ungkap Japeky.

Terkait filosofi nama proyek, Japeky menegaskan, “Proyek perubahan ini saya kolaborasi dengan ‘Siapa Merasa’ saya mengambil judul ini sebagai judul yang memiliki magnet untuk bukan saja dibaca tetapi bisa diimplementasi masyarakat secara luas akan benar-benar tertarik dan ikut terlibat.”

“Intinya bahwa secara moral siapa merasakan sebagai Bangsa Indonesia sebagai orang Maluku Barat Daya merasa gelisah terhadap angka putus sekolah dan merasa ini sebagai sesuatu yang harus kita sama-sama selesaikan maka semua orang akan terbangun moralnya untuk mendukung proyek perubahan kami ini,” lanjut Japeky.

Sementara Asisten III Setda MBD Yafet Lelatobur menyampaikan dukungan penuh pemerintah daerah. “Tim ini terbentuk supaya saling mendukung saling memberikan masukan karena pentahelix ini ada lima komponen di dalamnya. Sehingga apa yang diharapkan pada waktunya dalam tahapan-tahapan baik dalam tahapan awal, menengah dan tahapan akhir dalam semua prosesnya kami Pemerintah Daerah mendukung penuh untuk Proyek Perubahan ini.” pungkasnya. (L09)