JAKARTA, LaskarMaluku.com – Hari keempat Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 di Jakarta Kamis, (6/11/2025), difokuskan pada penyusunan rencana tindak lanjut pastoral berbasis sinodalitas.
Setelah melalui refleksi, diskusi, dan masukan dari berbagai narasumber sejak hari pertama, para peserta diarahkan untuk merumuskan langkah konkret yang akan dijalankan di wilayah masing-masing.
Rencana Pastoral Disusun Berdasarkan Regio Peserta SAGKI 2025 dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan regio agar hasil perumusan selaras dengan konteks sosial, ekonomi, dan pastoral di tiap daerah.
Setiap regio diharapkan dapat mengidentifikasi hingga tiga isu pokok yang dianggap paling penting dan mendesak untuk ditanggapi Gereja di tingkat lokal.
Proses perumusan tidak hanya berfokus pada pengenalan fenomena sosial, tetapi juga menggali akar persoalan yang mendasarinya. Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong Gereja untuk memberikan tanggapan yang lebih mendalam dan transformatif, bukan sekadar reaktif terhadap gejala di permukaan.
SAGKI 2025 Menekankan Gereja Berjalan Bersama Mencari Solusi atas Persoalan Bangsa
Para peserta juga diajak melakukan refleksi menyeluruh terhadap kondisi internal Gereja. Dalam proses ini, mereka diharapkan menyadari kelemahan-kelemahan internal yang mungkin turut berkontribusi terhadap keberlanjutan berbagai persoalan sosial.
Melalui kesadaran tersebut, muncul dorongan untuk membangun gerak bersama yang berlandaskan iman, keadilan sosial, serta semangat sinodalitas, semangat untuk berjalan bersama dalam mendengarkan, berdialog, dan bertindak secara kolaboratif.
Pendekatan Konkret dan Kolaboratif Rencana tindak lanjut yang disusun mencakup beberapa aspek utama: program konkret, fondasi iman, arah transformasi, potensi dan peluang lokal, serta mitra kolaborasi yang dapat mendukung pelaksanaannya.
Pendekatan ini juga memudahkan proses monitoring dan evaluasi (monev) dari tingkat keuskupan hingga komunitas basis dan keluarga.
Selain kelompok regio, sejumlah kelompok diskusi tambahan juga dibentuk untuk membahas isu-isu khusus yang belum terwakili sebelumnya.
Dinamika ini mencerminkan keterbukaan Gereja terhadap inspirasi Roh Kudus yang bekerja secara spontan di tengah umat.
Arah Pastoral Gereja Katolik Indonesia Seluruh hasil diskusi kemudian dipresentasikan dalam sesi pleno untuk memperkaya arah pastoral Gereja Katolik Indonesia ke depan.
Melalui proses sinodal yang dijalankan secara partisipatif ini, Gereja diharapkan semakin siap berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan, menghadirkan wajah yang misioner, dialogis, dan transformatif di tengah masyarakat.
“Melalui proses sinodal ini, Gereja diharapkan semakin siap berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan, menghadirkan wajah yang misioner, dialogis, dan transformatif di tengah masyarakat,” ujar Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Keuskupan Ketapang sekaligus Ketua Komisi Kepemudaan KWI seperti dilansir.

Malam Keakraban
Malamnya dilanjutkan dengan malam keakraban yang berlangsung meriah dan penuh sukacita. Para peserta yang terdiri dari para uskup, romo, suster, bruder, serta umat awam larut dalam suasana kebersamaan dan kegembiraan.
Acara malam itu menjadi momen istimewa setelah rangkaian sidang yang padat. Setiap regio tampil menampilkan berbagai atraksi kesenian khas daerah, mulai dari tari-tarian, nyanyian rohani, hingga drama singkat yang mengundang tawa dan tepuk tangan meriah dari seluruh peserta.
Suasana semakin semarak ketika panitia menyelingi acara dengan kuis interaktif yang memancing antusiasme peserta. Beberapa peserta bahkan berebut menjawab pertanyaan ringan seputar gereja dan budaya lokal.
Kemeriahan malam keakraban semakin lengkap dengan penampilan band Amigos yang menghibur dengan lagu-lagu rohani dan populer, membuat banyak peserta ikut bernyanyi dan bergoyang bersama.
Malam kebersamaan itu menjadi gambaran nyata semangat sinodalitas, berjalan bersama dalam sukacita dan persaudaraan sejati. (L02)
