AMBON LaskarMaluku.com – Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Maluku menyelenggarakan kegiatan Sekolah Kebangsaan di Aula Seminari Tinggi St. Fransiskus Ambon, Sabtu (8/11), pukul 10.00 hingga 16.00 WIT.

Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Ambon dan sekitarnya, dengan tujuan memperkuat wawasan kebangsaan serta membangun semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.

Tiga narasumber utama dihadirkan dalam kegiatan tersebut, yaitu RD. Dr. (Can.) Ignatius S. S. Refo, M.A., RD. Dr. Costan Fatlolon, M.A., dan Ir. Richard Uffie, M.T..

Sekretaris ISKA Provinsi Maluku Jozie Wokanubun kepada media ini menjelaskan, selain diskusi tematik, kegiatan ini dikemas secara interaktif melalui berbagai games dan role play yang relevan dengan tema kebangsaan, sehingga peserta tidak hanya menerima materi, tetapi juga mengalaminya secara langsung melalui simulasi nilai-nilai Pancasila dan kehidupan berbangsa.

Kontribusi Katolik bagi Indonesia

Dalam paparannya berjudul “Bagaimana Indonesia Jika Tanpa Katolik”, Romo Ignatius S. S. Refo menegaskan bahwa meskipun umat Katolik hanya berjumlah sekitar 2% dari total penduduk Indonesia, kontribusinya terhadap bangsa sangat signifikan.

“Kita tidak pernah merasa minder dengan jumlah yang kecil. Sejarah mencatat, umat Katolik selalu memberi kontribusi positif bagi kemajuan bangsa,” ujar Romo Igo.

Pancasila dan Demokrasi di Tengah Disrupsi

Sementara itu, RD. Dr. Costan Fatlolon, M.A., dalam materi bertajuk “Pancasila, Demokrasi, dan Tantangan Era Disrupsi”, menekankan pentingnya penguatan nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan sosial yang cepat.

“Jangan takut untuk berbeda. Pancasila justru mengajarkan bahwa perbedaan adalah kekuatan yang menunjukkan kualitas manusia yang lebih baik,” ungkapnya.

Ia juga mengutip pemikiran filsuf Jürgen Habermas tentang perlunya penguatan institusi demokrasi sebagai fondasi bagi keberlanjutan sistem politik yang adil dan inklusif.

Refleksi atas Realitas Politik Dewasa Ini

Sementara Ir. Richard Uffie, M.T., dalam presentasinya bertema “Menimbang Ulang Kebangsaan Kita dalam Realitas Politik Dewasa Ini”, menyoroti berbagai tantangan kebangsaan di tengah kemunduran moral dan politik.

“Bangsa kita tengah menghadapi banyak kemunduran dan tantangan. Karena itu, mahasiswa harus berani bersikap kritis dan mengembalikan semangat kebangsaan seperti yang dicontohkan para pendiri bangsa,” tegasnya.

Temuan Lapangan dan Kolaborasi Lintas Organisasi

Melalui survei interaktif selama kegiatan, peserta mengidentifikasi lima ancaman terbesar terhadap kehidupan kebangsaan, yaitu:

Perpecahan dan disintegrasi,

Korupsi,

Narkoba,

Terorisme, dan

Intoleransi.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan Presidium Pusat ISKA, yakni Prasetyo Nurhardjanto, alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI tahun 2013.

Sebagai bentuk sinergi lintas generasi, acara ini dilanjutkan dengan kegiatan bersama Pemuda Katolik, mitra organisasi ISKA di Ambon dan Maluku pada umumnya.

Pesan Ketua DPD ISKA Maluku

Dalam sambutan penutupnya, Ketua DPD ISKA Provinsi Maluku, Dr. Andreas Ratuanak, S.H., M.H., menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bentuk nyata keterlibatan ISKA dalam pembangunan karakter bangsa.

“Sekolah Kebangsaan ini merupakan kontribusi konkret ISKA bagi bangsa. Kami berharap kegiatan ini mampu membuka wawasan kebangsaan yang lebih luas bagi para mahasiswa dan memperkuat semangat nasionalisme generasi muda,” ujarnya.

Tentang ISKA

Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) merupakan organisasi cendekiawan Katolik yang berkomitmen untuk menghadirkan nilai-nilai iman dan kebangsaan dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya.

Melalui program-program pendidikan dan advokasi publik, ISKA terus berperan aktif dalam memperkuat keutuhan bangsa serta memperjuangkan keadilan sosial berdasarkan Pancasila. (L05)