AMBON, LaskarMaluku.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena bertemu dengan masyarakat asal NTT yang bermukim di Kota Ambon Maluku.
Dialog dengan semangat rasa kebersamaan dan rasa persaudaraan sejati, dengan gagasan “Potong di Kuku, Rasa di Daging itu, menghadirkan beberapa pengurus teras tokoh Flobamora, baik dari kalangan akademisi seperti Prof Dr Maks Tukan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Drs F.F Tasso, M.Si, Ketua Flobamora Pulau Ambon, (Purn) Pol, Marianus Djati, Wakil Ketua Flobamora Provinsi Maluku, (Purn) TNI AD Masan Sonny, mantan sekretaris Flobamora, Matheus Masan Ama, S.Pd, para tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan sejumlah personil TNI-POLRI aktif yang bermukim di wilayah kota Ambon dan sekitarnya termasuk, para Politisi Golongan Karya (Golkar) provinsi Maluku, M Barkah Pattimahu, dan beberapa kader Golkar lainnya yang berasal dari kota Masohi Maluku Tengah, provinsi Maluku.
Pertemuan itu digagas di tengah, berlangsungnya Musyawarah Daerah (Musda) XI DPD Partai Golkar provinsi Maluku yang berlangsung di gedung Baileo Oikumene dan dilanjutkan di Swiss Belhotel Ambon hingga Minggu dinihari (9/11/25).
Melkiades menegaskan bahwa dirinya adalah gubernur bagi seluruh masyarakat NTT, baik yang berada di provinsi maupun yang merantau di daerah lain.
Ia mengemukakan, tugasnya bukan hanya memimpin NTT di dalam wilayah administratif, tetapi juga menjangkau dan mendengarkan warga NTT di perantauan, termasuk di Maluku.
Melkiades menceritakan kedekatan sejarah antara NTT dan Maluku. Bahwa hubungan panjang kedua daerah, termasuk kisah perantau Maluku yang telah menetap di NTT selama ratusan tahun dan sebaliknya.
Ia menuturkan kisah persahabatan pribadi dengan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa. Kedekatan itu, menurutnya, menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama pembangunan antarprovinsi di kawasan timur Indonesia. Apalagi Hendrik Lewerissa menjadi bagian dari masyarakat Flobamora karena warisan keturunannya dari Rote Nusa Tenggara Timur (NTT)
“NTT dan Maluku punya sejarah dan ikatan kultural yang kuat. Sekarang saatnya kita menjahit kembali cerita itu menjadi kekuatan bersama untuk membangun daerah,” kata Melkiades dalam dialog di lantai 7 Hotel Kamari Ambon pada Sabtu (8/11/25) malam.
Dalam paparannya, Gubernur Melkiades menekankan visi pembangunan NTT yang “maju, sehat, cerdas, sejahtera, dan berkelanjutan.”
Ia menjelaskan strategi pembangunan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat (APBN), daerah (APBD), investasi swasta, dan dukungan diaspora.
Gubernur juga menegaskan pentingnya etos kerja dan tanggung jawab sosial bagi perantau. Ia meminta warga NTT di Maluku untuk berkontribusi bagi daerah tempat tinggalnya tanpa melupakan akar budaya NTT.
“Yang pertama, bangunlah Maluku tempat kita hidup dan mencari nafkah. Tapi yang kedua, jangan lupa kampung halaman. Dua-duanya harus jalan bersama,” pintanya.
Dalam sebuah wawancara khusus, Wakil Ketua Umum Pemenangan Pemilu, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Emanuel Melkiades Laka Lena, sangat mengenal baik dengan mendiang Frengky Sahalatua.
Frengky Sahilatua adalah seorang musisi berdarah Maluku, yang lahir pada 16 Agustus 1953 di Surabaya dan dikenal sebagai penyanyi balada, aktivis sosial, serta politikus
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena mengaku, kalau Frengky Sahilatua, termasuk seorang musisi yang memiliki kepekaan terhadap masalah kebangsaan. Salah satu lagu yang diciptakan ketika bangsa Indonesia alami pergeseran nilai-nilai kebangsaan memudar kala itu, mendiang Frengky Sahilatua, sempat menelepon dirinya untuk bersama-sama menciptakan lagu ” Pancasila Rumah Kita”
Lagu ini terinspirasi dibenak sang musisi, ketika sebuah artikel yang mengulas tentang semangat kebangsaan pudar dan dimana-mana bermunculan keinginan beberapa daerah untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Gereja Katolik melalui beberapa tokoh nasional menggagas tumbuhnya semangat nasionalisme melalui dialog Pancasila. Tujuan dari dialog Pancasila ini, yaitu pada semangat segala suku bangsa berhimpun dan masuk dalam Pancasila. Ide dan gagasan besar ini dilansir di Harian Kompas pada tahun 2005. Frengky Sahilatua membaca artikel itu dan langsung menelpon, Emanuel Laka Lena, …Anfel kita ketemu saya ingin ciptakan sebuah lagu berjudul Pancasila Rumah Kita. Ide ini muncul dan disambut dengan baik oleh Lake Lena yang kala itu masih menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Jawa Tengah.
Berikut ini syair lagu Pancasila Rumah Kita.
Pancasila Rumah Kita,
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar selamanya.
Untuk semua puji namanya.
Untuk semua cinta sesama.
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa.
Untuk semua saling Membagi
Pada setiap Insan, sama dapat sama rasa
Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada setiap Insan, sama dapat sama rasa
Oh Indonesiaku, oh Indonesia.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengakui, selain lagu Pancasila Rumah Kita, mendiang Frengky juga menciptakan lagu “Aku Papua”
Lagu ini diciptakan karena gejolak sosial yang muncul di tanah Papua, dan pada lagu ini, mendiang Frengky Sahilatua, menaruh harapan besar pada masalah kebangsaan Indonesia dan disitu ikut tertulis nama Emanuel Melkiades Laka Lena karena kedekatan hubungan kekerabatan yang sangat luar biasa hingga pada akhir hayat Emanuel Melkiades Laka Lena tetap disamping sang musisi. Bahkan kala itu, ada ide dari beberapa keluarga agar Melkiades memikul marga Sahilatua, kenang sang gubernur NTT dari wawancara khusus itu.
Franky Sahilatua telah meninggal dunia pada tanggal 20 April 2011 karena kanker sumsum tulang belakang.
Sebelum permintaan wawancara dengan media kesayangan ini, dalam dialog dan tatap muka bersama Diaspora NTT – IKB Flobamora Maluku, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melkiades Laka Lena mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir sosial budaya yang lebih memuliakan kematian dibanding kehidupan.
Ia menilai masyarakat perlu lebih banyak membantu sesama yang masih hidup, misalnya dalam pendidikan dan kesehatan.
“Kadang kita baru berkumpul dan membantu ketika seseorang meninggal. Tapi waktu dia hidup, sekolah, atau sakit, kita jarang tengok. Mari mulai dari sekarang, kita muliakan kehidupan,” Imbuh Melkiades Laka Lena yang juga Wakil ketua Umum Pemenangan Indonesia Timur ini.
Kehadirannya di provinsi Maluku, ketika ikut mendampingi Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahalil Lahadalia.
Pertemuan di Ambon ini menjadi bagian dari rangkaian kunjungan kerja Gubernur NTT ke berbagai daerah luar provinsi untuk menjalin komunikasi dengan diaspora NTT dan memperkuat jejaring pembangunan nasional.
Terungkap dalam sesi tanya jawab, beberapa masyarakat Flobamora NTT di Maluku mengusulkan agar perlunya sarana perhubungan pelayaran kepal Pelni untuk melintasi jalur NTT – Maluku begitu pula sebaliknya.
Usai Dialog dan Tatap muka bersama Diaspora NTT ini diakhiri dengan lagi Flobamora.
Judul Lagu Flobamora merupakan akronim dari Flores, Sumba Timor, merujuk pada tiga gugusan pulau besar di wilayah Nusa Tenggara Timur, Bagian Timur Indonesia.
Lagu Flobamora bercerita tentang kerinduan seseorang akan kampung halamannya. Kerinduan yang amat besar terhadap orangtua, keluarga, teman-teman dan alam.
Flobamora tanah air, ku yang tercinta
Tempat beta di besarkan ibunda
Meski beta lama jauh di rantau orang
Beta ingat mama janji, pulang e
Biar pun tanjung teluknya jauh tapele nusa ku
Tapi slalu terkenang di kalbu
Ku u .. u .. u…
Anak timor main sasando
Dan ma nyanyi bolelebo
Rasa girang dan badendang, pulang e.
Dialog yang dilandasi “Potong di Kuku Rasa di Daging” ditutup dengan sesi foto bersama dan jamuan makan bersama. (Andi Sagat).
