Malra, LaskarMaluku.com – Gerakan moral dan sosial mulai menguat di Kepulauan Kei, khususnya di Kei Besar, menyusul meningkatnya keresahan masyarakat terhadap operasi tambang PT Batu Licin. Pemuda Katolik, salah satu elemen strategis dalam struktur sosial muda-mudi di wilayah tersebut, menyampaikan kecaman keras terhadap aktivitas pertambangan yang dinilai destruktif bagi lingkungan hidup dan mengancam keberlanjutan budaya lokal.

Aktivitas pertambangan PT Batu Licin disebut telah merusak keseimbangan ekologis di kawasan Kei Besar. Wilayah hutan yang selama ini menjadi penyangga kehidupan masyarakat adat mengalami degradasi masif, sementara laut dan sumber air mulai tercemar akibat limbah eksploitasi tambang. Isu ini bukan sekadar persoalan ekonomi, melainkan menyentuh ranah eksistensial masyarakat Kei Besar.

Kecaman disampaikan secara terbuka melalui seruan nasionalis bertajuk #SaveKeiBesar, yang dikeluarkan oleh perwakilan Pemuda Katolik. Dalam pernyataan sikap tersebut, mereka menegaskan bahwa eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan prinsip keberlanjutan dan hak masyarakat adat adalah bentuk pelanggaran moral dan ekologis yang serius.

Aksi PT Batu Licin dinilai mencederai nilai-nilai hidup masyarakat Kei Besar yang sangat bergantung pada kelestarian alam. Tanah, hutan, dan laut bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi merupakan bagian integral dari identitas dan spiritualitas lokal. Kehadiran tambang dianggap memutus hubungan sakral antara manusia dan alam.

Pemuda Katolik menilai bahwa pendekatan perusahaan terhadap masyarakat lokal penuh dengan ilusi kesejahteraan. Janji-janji kemakmuran yang dihembuskan sejak awal operasi tambang tidak sejalan dengan realitas di lapangan. Yang terjadi justru perampasan ruang hidup dan krisis ekologis yang makin dalam.

Dalam konteks ini, mereka mengajak seluruh elemen masyarakat, baik di dalam maupun luar Kei Besar, untuk tidak tinggal diam. Kesadaran kolektif menjadi kunci utama untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Gerakan #SaveKeiBesar bukan sekadar simbol, melainkan panggilan untuk bertindak melindungi warisan leluhur.

Penolakan juga mencerminkan kegelisahan atas lemahnya pengawasan dan regulasi pemerintah terhadap perusahaan tambang. Kurangnya transparansi dalam proses perizinan dan minimnya konsultasi publik memperparah ketegangan antara masyarakat dan korporasi.

Pemuda Katolik juga menyerukan pengawasan ketat terhadap setiap aktivitas tambang. Mereka mendorong masyarakat untuk aktif melaporkan pelanggaran lingkungan, serta mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk meninjau ulang izin operasi PT Batu Licin secara menyeluruh.

Sementara itu, upaya pendidikan dan advokasi tengah digalakkan oleh jaringan muda Katolik di wilayah tersebut. Fokus utama mereka adalah membangun kesadaran ekologis, memperkuat solidaritas adat, dan menyusun strategi hukum untuk menempuh jalur konstitusional dalam melawan eksploitasi.

Dampak aktivitas tambang ini juga menyentuh dimensi sosial yang lebih luas, seperti migrasi paksa, konflik internal masyarakat, serta ancaman terhadap kearifan lokal. Situasi ini menjadi tantangan besar dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan hidup komunitas Kei Besar.

Melalui gerakan ini, Pemuda Katolik menempatkan diri sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan kedaulatan masyarakat adat. Mereka percaya bahwa menjaga tanah leluhur dari perusakan bukan hanya tanggung jawab generasi saat ini, tetapi amanah sejarah bagi masa depan.

Langkah selanjutnya, Pemuda Katolik akan melakukan konsolidasi dengan organisasi masyarakat sipil, tokoh adat, dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya adalah membangun aliansi luas yang mampu memberi tekanan moral dan hukum terhadap perusahaan dan pemerintah.

Isu eksploitasi di Kei Besar telah menjadi sorotan regional dan berpotensi berkembang menjadi isu nasional. Jika tidak ditangani dengan serius, konflik ekologis ini bisa bertransformasi menjadi krisis sosial yang sulit dikendalikan.

Gerakan #SaveKeiBesar menjadi panggilan bagi semua pihak yang masih peduli pada keadilan lingkungan dan hak-hak masyarakat adat. Kei Besar bukan hanya milik masyarakatnya hari ini, tetapi juga milik generasi yang akan datang.
Seruan keprihatinan yang berasal dari Pemuda Katolik dan PMKRI itu beredar luas, di media-media sosial, Selasa (10/6/25).

Sosok pengusaha asal Batulicin Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau yang akrab dikenal sebagai Haji Isam menjadi sorotan publik karena perusahaannya mengeruk sumber daya alam di Ohoi Nerong.

Ketua Presidium PMKRI Cabang Ambon Jho Renyaan, meminta Dinas Energi Dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku, terbuka terhadap material yang digali PT Batu Licin milik Haji Isam

Permintaan tersebut dikemukakan menyusul maraknya protes yang dilontarkan masyarakat Malra, terhadap aktivitas penambangan tanah urukan dan batu di Ohoi (Desa) Nerong, Kecamatan Kei Besar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra).

Ketua Presidium PMKRI Cabang Ambon Jho Renyaan, SH meminta Dinas Energi Dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku, terbuka terhadap material yang digali PT Batu Licin milik Haji Isam

“Untuk meminimalisir setiap stigma masyarakat yang terhadap operasional PT Batu Licin, kami meminta Dinas ESDM Maluku terbuka dan jujur kepada masyarakat terkait material yang digali di Ohoi Nerong,” pinta Jho Renyaan kepada Media LaskarMaluku.com Rabu, (11/6/25).

Haji Ismail dikenal sebagai salah satu konglomerat di Indonesia yang membangun kekayaan dari nol. Lahir pada 1 Januari 1977 di Bone Sulawesi Selatan, ia berasal dari keluarga sederhana. Di masa mudanya Haji Isam bekerja sebagai tukang ojek dan sopir pengangkut kayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesuksesannya dimulai saat ia mendapat peluang di dunia pertambangan batu bara melalui seorang pengusaha Tionghoa dari Surabaya. Dari sinilah i mulai membangun kerierny hingga mendirikan PT Jhonlin Baratama. Perusahaan ini kemudian berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. Pengusaha satu ini termasuk dekat dekat presiden Prabowo Subianto dan mantan presiden ketujuh Republik Indonesia.

Belakangan ini Andi Syamsuddin Arsyad yang dikenal dengan sebutan Haji Isam menjadi sorotan publik ketika turut mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan delegasi Japan – Indonesia Association (JAPINDA) dan The Jakarta Japa Club (JJC) yang berlangsung pada Jumat 6 Desember 2024 lalu.

Haji Isam duduk di barisan para menteri yang hadir mendampingi Presiden Prabowo.

Kerusakan lingkungan disana, telah mendapat perhatian serius dari sejumlah tokoh masyarakat Maluku Tenggara. Mereka juga mendesak agar kedua dinas ini bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan disana. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM provinsi Maluku, dihubungi melalui ponselnya samasekali tak merespon media ini, termasuk enggan menjawab pertanyaan yang diajukan media LaskarMaluku.com. demikian halnya dengan Kadis Lingkungan Hidup DLH provinsi Maluku.

Masyarakat Maluku Tenggara di Ambon mengancam bakal akan menduduki dua instansi ini, apabila dua dinas ini tidak tranparansi soal isin pengoperasian PT Batulicin.(Andi Sagat).