AMBON, LaskarMaluku.com – Kecamatan Nusalaut menjadi perhatian publik setelah sekelompok dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Ambon melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat yang berfokus pada penguatan kompetensi Bahasa Inggris pemuda setempat.
Kegiatan ini hadir sebagai upaya menjawab kebutuhan nyata masyarakat dalam menghadapi perkembangan sektor pariwisata yang kian pesat.
Dengan potensi alam dan budaya yang kaya, Nusalaut membutuhkan sumber daya manusia yang siap berinteraksi dengan wisatawan, khususnya dalam hal komunikasi dasar berbahasa Inggris.
Program yang berlangsung di enam negeri, yaitu Abubu, Akoon, Ameth, Leinitu, Sila, dan Titawaai, mendapat sambutan hangat dari para pemuda. Mereka menunjukkan antusiasme tinggi mengikuti setiap sesi pelatihan, mulai dari pengenalan kosakata sederhana hingga simulasi pelayanan wisata.
Meski Negeri Nalahia tidak dapat mengikuti pelatihan karena agenda pemuda yang bersamaan, mereka tetap terlibat melalui kontribusi konten untuk pocket guide wisata berbahasa Inggris yang menjadi salah satu luaran kegiatan.

Pelatihan dirancang dengan metode pembelajaran aktif, termasuk dialog praktis, latihan percakapan, hingga roleplay yang meniru situasi nyata di lapangan.
Para peserta diberi kesempatan memerankan peran sebagai pemandu wisata, penjual suvenir, maupun pengelola homestay. Pendekatan ini terbukti efektif membuat peserta lebih percaya diri, terutama bagi mereka yang sebelumnya merasa canggung saat harus berbicara dalam Bahasa Inggris di depan orang lain.
Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan kemampuan yang sangat signifikan. Jika sebelumnya sebagian besar peserta hanya memahami kosakata dasar, setelah pelatihan mereka mampu menggunakan ungkapan sederhana dan menjelaskan objek wisata dengan lebih lancar.
Para fasilitator juga mencatat bahwa peserta menjadi lebih aktif, berani bertanya, dan lebih cepat memahami instruksi dalam Bahasa Inggris, sebuah perubahan positif yang menjadi indikator keberhasilan program.
Tim pengabdi yang diketuai oleh Juvrianto Chrissunday Jakob menerangkan bahwa selain peningkatan kemampuan bahasa, kegiatan ini juga mendorong kolaborasi antar negeri.

Menurutnya, para pemuda terlibat langsung dalam penyusunan pocket guide dan nantinya booklet wisata bilingual yang akan mempromosikan atraksi dan potensi budaya di seluruh negeri di Kecamatan Nusalaut. Keterlibatan ini bukan hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga memperkuat rasa kepemilikan dan kebanggaan terhadap kekayaan lokal masing-masing negeri.
“Kegiatan pengabdian ini tidak berhenti pada pelatihan saja. Tim pengabdi berencana melanjutkan program dengan publikasi artikel ilmiah, pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk produk pocket guide dan booklet, serta pemberitaan melalui media massa sebagai bentuk diseminasi informasi,”kata Juvrianto kepada media ini, Jumat (21/11/2025).
Juvrianto menambahkan upaya ini diharapkan dapat memperluas dampak program dan menginspirasi daerah lain untuk menerapkan pendekatan serupa dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
Dengan berbagai capaian tersebut, kegiatan ini menjadi bukti bahwa pemberdayaan pemuda melalui pelatihan Bahasa Inggris dapat menjadi langkah strategis dalam memperkuat pariwisata lokal.
“Kemampuan berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara menjadi modal penting bagi pemuda Nusalaut untuk berperan aktif sebagai duta wisata daerah mereka. Harapannya, keberhasilan ini dapat menjadi pijakan awal menuju pengembangan pariwisata Nusalaut yang lebih terarah, ramah wisatawan, dan berkelanjutan,” Tutup Juvrianto yang juga Dosen Politeknik Negeri Ambon ini. (*/L02)
