AMBON, LaskarMaluku.com – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Maluku resmi meluncurkan buku “1928 Muhammadiyah Maluku: Sejarah, Dinamika, dan Penggerak Muhammadiyah di Maluku” yang ditulis Ismail Borut, S.Pd., M.Pd., pada peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah, Sabtu (29/11/2025).

Peluncuran buku ini menjadi catatan penting karena untuk pertama kalinya sejarah panjang Muhammadiyah di Maluku ditulis secara komprehensif.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Maluku, Dr. M. Taib. Hunsouw dalam sambutannya mengatakan penerbitan buku tersebut menjadi momentum bersejarah bagi Muhammadiyah di Maluku.

“Dalam sejarah baru kali ini ditulis buku sejarah Muhammadiyah Maluku. Ini hadiah milad bagi seluruh warga Muhammadiyah di Maluku,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa dari penelusuran sejarah, gerakan Muhammadiyah telah hadir di Maluku sejak tahun 1928, atau 16 tahun setelah organisasi ini berdiri di Yogyakarta pada 1912.

Ia menyebut buku itu mengungkap banyak tokoh dan kontribusi Muhammadiyah yang sebelumnya belum tercatat secara utuh.

Dalam kesempatan itu, Hunsouw juga menyinggung sejumlah tokoh yang memiliki peran besar dalam perkembangan Muhammadiyah di Maluku, antara lain Hamid bin Hamid, Abdul Aziz, dan terutama Abdullah Soulissa.

“Abdullah Soulissa memiliki perjalanan panjang dalam kepemimpinan Muhammadiyah Maluku. Rumah Sakit Muhammadiyah berdiri di atas tanah hibah keluarga beliau. Kami akan mempertimbangkan pemberian nama rumah sakit dengan nama beliau,” katanya.

Ia mengapresiasi dedikasi penulis Ismail Borut yang disebutnya mengerjakan penelitian sejarah secara serius dan tekun.

Ia berharap buku ini dapat menjadi rujukan awal bagi penulisan episode lanjutan yang lebih mendalam.

Sementara itu, Penulis buku, Ismail Borut, S.Pd., M.Pd., menyatakan bahwa karya tersebut merupakan upaya untuk memperkaya literasi sejarah Muhammadiyah di Maluku, khususnya dalam konteks kebangsaan, sosial kemasyarakatan, dan pendidikan.

“Perjalanan Muhammadiyah di Maluku sangat panjang. Sejak berdiri tahun 1928, Muhammadiyah telah memberi banyak karya monumental bagi masyarakat,” ujar Ismail.

Ia menyebutkan sejumlah tokoh yang berperan besar dalam perjalanan tersebut, seperti Abdul Kadir Muhammad, Abdullah Soisa, dan Hamid bin Hamid. Tokoh-tokoh ini, katanya, berjuang dalam berbagai lini pembangunan, bahkan di antaranya berkontribusi sebagai pejabat publik.

“Abdullah Soisa adalah Bupati Maluku Tengah pertama, salah satu pendiri Kabupaten Maluku Tenggara, serta turut mendirikan Masjid Raya Al-Fatah Ambon. Karya-kerya monumental ini menjadi dasar untuk mendorong beliau sebagai pahlawan nasional dari Maluku,” terang Ismail.

Ia memastikan buku tersebut akan berlanjut ke episode selanjutnya untuk mengangkat lebih banyak tokoh dan dinamika Muhammadiyah di Maluku.

Peluncuran buku ini diharapkan mendorong generasi muda Maluku untuk menulis serta mendokumentasikan perjalanan para pendahulu, sekaligus memperkaya literasi sejarah di lingkungan Muhammadiyah maupun masyarakat luas.(L06)