WALIKOTA AMBON, RICHARD LOUHENAPESSY
LASKAR – Menyambut perayaan Natal Kristus, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy mengajak jajaran aparatur Pemkot Ambon untuk memberikan diri, berkorban, membangun persekutuan bersama atas tantangan zaman yang begitu menggelisahkan bagi perkembangan spiritualitas generasi Kristen milenial. 
Ajakan ini disampaikan oleh orang nomor satu di Kota Ambon saat gelaran acara Natal bersama keluarga besar Pemkot Ambon, Selasa (17/12/2019). 
Walikota mengingatkan, segala kritikan bahkan sampai kepada fitnah atas kinerja, tetapi hasil, prestasi terus ditorehkan oleh Pemkot Ambon. 
“Kritik harus dijawab dengan pengorbanan. Dan terhadap prestasi yang dicapai, itu sebagai bentuk pengakuan dari pengorbanan. Tanpa pengorbanan, tidak mungkin ada hasil,” tegasnya.
Sebagai orang tua, seluruh jajaran Pemkot Ambon agar mampu melihat perilaku anak dalam kesehariannya. Apalagi, terdapat sekitar 50 persen generasi Kristen milenial telah meninggalkan gereja.
Mengutip Dirjen Bimas Kristen Protestan, Prof Dr Thomas Pentury, Walikota Richard Louhenapessy menguraikan, berdasarkan hasil penelitian Kementerian Agama Republik Indonesia, melalui penegasan Prof Dr Thomas Pentury, bahwa 50 persen generasi Kristen milenial meninggalkan gereja.

Untuk itu, gereja harus bertanggung jawab menarik kembali anak-anak muda Kristen. “Gereja bukan dalam konteks sebagai institusi tetapi gereja dalam konteks persekutuan –, keluarga, ASN, non ASN, maupun pribadi per pribadi. Saya mengutip penegasan Dirjen Bimas Kristen Protestan ini agar menjadi perhatian kita bersama,” kata Richard Louhenapessy.
Diakui, pihak Bimas Kristen Protestan sendiri menyadari kalau upaya mengembalikan generasi Kristen milenial tersebut bukan semata-mata menjadi tugas gereja tetapi juga menjadi tugas dari Bimas yang kini dipimpin Prof Dr Thomas Pentury.  
Untuk itu, perlu dibangun diskusi, dicakapkan secara mendalam guna mencari akar persoalan. Sebab berdasarkan hasil penelitian yang dirilis Kemenag dalam buku “Dinamika Spritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia” terungkap tiga hal mendasar sampai bergesernya anak-anak muda Kristen dari gereja.
Mengutip hasil penelitian yang disampaikan oleh Dirjen Bimas tersebut, Walikota menguraikan, akar persoalan pertama adalah kesibukan anak sekolah. Tugas-tugas sekolah dan pekerjaan lain menyebabkan anak-anak saat ini lebih takut kepada para guru dari pada Tuhan.
“Persentasinya mencapai 21,4 persen, sehingga ke depan Prof Pentury bertekad untuk merubah kurikulum pendidikan,” katanya.
Akar persoalan yang kedua adalah program ibadah kaum muda tidak menarik, kurang kreatif mencapai 13,9 persen. Sedangkan akar persoalan ketiga yaitu anak-anak muda tidak punya teman sejati di gereja sebesar 11,2 persen. 
Walikota mengakui, awalnya dia berpikir hal ini hanya terjadi di Eropa, dimana kursi gereja kosong, terdapat beberapa saja, dan gereja terbuka dari pagi, tetapi dijadikan semacam monumen pariwisata.
“Akan tetapi justru fakta membuktikan ada gejala sedang terjadi di Indonesia. Ingat kita punya anak-anak, kita akan menjalani kehidupan hari tua masing-masing. Suami istri sibuk bekerja, waktu untuk anak hampir tidak ada. Bukan tidak mungkin besok kita akan ditempatkan oleh mereka di Panti Ina Kaka,” katanya.
Masih menurutnya, data juga menunjukan generasi Kristen milenial Indonesia yang meninggalkan gereja, diketahui 80 persen berada di usia 19 tahun. Sedangkan khusus daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) berada pada usia 15 tahun.
Anak-anak muda merasa kegiatan-kegiatan gereja tidak menarik, tidak kreatif. Pula, mereka merasa tidak dipercaya, diskonek dengan pemimpin gereja, benturan persepsi, pola pikir dan lain-lain.
Richard Louhenapessy mengatakan apa yang disampaikan ini bukan untuk kepentingan diri semata tetapi bagi kepentingan bersama. 
“Jadi hasil riset ini sangat penting. Bukan basa basi, bukan formalitas. Penting diberikan kepada keluarga dan mari kita beri waktu, berkorban, mendidik, membina anak-anak kita,” pungkasnya, sambil berharap sekaligus mengucapkan kepada seluruh jajaran Pemkot guna menyiapkan diri menyambut Natal Kristus dan selamat menyongsong Tahun Baru. (L01)