AMBON, LaskarMaluku.com – Salah satu faktor yang membuat Provinsi Maluku trus terkungkung dalam belenggu kemiskinan karena kepemimpinan yang lemah dan pembuat kebijakan yang tidak fokus terkait pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).

Selain itu, kebijakan nasional yang tidak berkualitas dan kepentingan pusat yang selalu lebih diutamakan, membuat potensi kelautan dan perikanan yang melimpah, tidak mampu mensejahterakan masyarakat Maluku.

Demikian disampaikan akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Prof. Alex Retraubaun, dalam forum Business Matching dan Penguatan Ekosistem Kemitraan 2024 yang diselenggarakan Politeknik Negeri Ambon (Polnam) dan Politeknik Perikanan Negeri (PPN) Tual, Selasa (16/7/2024) di aula Polnam.

Retraubun menjelaskan, wilayah Maluku yang didominasi pulau-pulau, menyebabkan biaya pembangunan wilayah berciri kepulauan menjadi mahal.

“Laut selalu mendominasi wilayah karena dominasi pulau, kecil dalam struktur geografi wilayah, perikanan dan kelautan menjadi komoditas andalan, sumber daya alam tidak beragam, derajat keterbatasan sumber daya alam tinggi (ikan, hutan, kayu, tambang dll), peluang kerja sedikit, itu sederet faktor yang membuat Maluku tidak maju-maju, disamping faktor utama yang saya sebutkan di awal,” papar Retraubun.

Retraubun yang juga mantan Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjelaskan, karena sifat kekecilan (smallness) pada suatu pulau kecil, maka sejumlah masalah akan mengikutinya, seperti menciptakan ketergantungan yang besar terhadap luar.

“Ukuran yang kecil memiliki kelemahan yang besar. Ukuran yang kecil berkorelasi kuat dengan kerentanan (vulnerability). Ukuran yang kecil menimbulkan tantangan yang besar untuk mencapai sustainable development,” ujarnya.

Lantaran itu menurut Retraubun, jika Maluku ingin keluar dari belenggu kemiskinan, maka manusia Maluku harus menjadi manusia unggul berbasis potensi sumber daya alam (SDA) wilayah.

Disamping itu, diperlukan perubahan strategi secara radikal dengan berfokus pada komoditas kelautan dan perikanan. (L02)