Share
Bobby King Palapia
LASKAR AMBON – Sebagai bentuk keseriusan Belanda kepada Pemprov Maluku dalam hal kerja sama di bidang perikanan, belum lama ini konsultan asal Belanda melakukan studi kelayakan.
Studi kelayakan dilakukan dalam bentuk kajian teknis dan kajian biaya dalam rangka proses rencana pemba¬ngunan pelabuhan kontainer perikanan terpadu di Kota Ambon.
Kabag Humas Pemprov Maluku, Bobby King Palapia kepada wartawan kemarin meng¬ungkapkan, konsultan asal Belan¬da yang juga kontraktor Witteveen + Bos sudah melakukan studi kelayakan perikanan di Waai dan Batu Gong pada bulan lalu.
Menurut Palapia, konsultan asal Belanda tersebut sudah melaporkan  hasil studi kelayakannya kepada Pemprov Maluku pada Selasa (14/6).
Tim konsultan asal Belanda itu diterima langsung oleh Asisten I Sekda Maluku Bidang Pemerintahan Angky Renjaan, Kepala Bappeda Maluku, Anthon Sihaloho dan Kepala BPPKAD Zulkiflie Anwar .
“Kemarin ada rapat bersama, penyampaian hasil studi kelayakan perikanan yang dilakukan oleh salah satu konsultan dari Belanda pada bulan lalu,” katanya.
Dijelaskan, untuk di Waai studi yang mereka lakukan khusus pada salah satu pelabuhan kecil, sedangkan di Batu Gong, fokus studi bertempat di bekas pabrik kayu yang tidak lagi terpakai.
“Jadi konsultan itu mereka merasa perlu untuk hasil tersebut disampaikan ke Pemprov Maluku agar para pemangku kepentingan dapat memahami masalah keuangan, teknis, sosial, tata ruang dan lingkungan dari pembangunan pelabu¬han kontainer perikinan terpadu. Konsultan merasa sangat penting untuk menyampaikan atau mempresentasikan hasil study tersebut ke pemprov, karena sebelum mengambil keputusan pemprov harus dapat memahami efek atau masalah yang timbul bila pembangunan tersebut dilakukan,” jelas Palapia.
Untuk membangun pelabuhan kon¬tainer tambahnya, perlu pertimba¬ngan aspek topografi, geoteknik, resiko gempa, paparan angin, gelombang dan arus, serta ruang yang tersedia untuk pembangunan pelabuhan, termausk manuver lepas pantai juga penghalang pantai.
“Dari aspek sosial perlu adanya pertimbangan akan kondisi masyarakat, apalagi berdasarkan hasil study yang dilakukan, kedua lokasi tersebut dari aspek sosial, merupakan daerah yang masya¬ra¬katnya sangat sensitif,” tandasnya.
Berdasarkan kajian tersebut, lanjut Palapia, langkah awal yang harus dilakukan pemerintah menurut konsul¬tan Belanda, kedua lokasi tersebut yakni Waai dan Batu Gong harus dipertim-bangkan lagi, jika ingin membangun kontainer perikanan di sana.
Sebab katanya, untuk daerah Waai sedikit mengalami kesulitan pada masa¬lah pembebasan lahan, sementara untuk Batu Gong akses jalan menuju lokasi yang dimaksud dinilai sangat sempit.
“Itu permintaan mereka saat presentasi, namun kebijakan dari pemerintah provinsi nanti selesai lebaran baru tahu hasilnya,” pungkas Palapia. (LR)