Audiensi Paus Fransiskus dengan Uskup, Imam, Religius, dan Katekis
JAKARTA, LaskarMaluku.com – Usai berjumpa Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, di Istana Merdeka pada Rabu, 4 September 2024, Paus Fransiskus bertemu dengan para uskup, imam, diakon, orang-orang yang dibaktikan, seminaris, serta katekis di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta.
Pada kesempatan ini, beberapa perwakilan dari yang hadir menyampaikan ungkapannya (testimonium) kepada Bapa Suci. Mereka adalah Rm. Florens Maxi Un Bria, Pr, Sr. Rina Rosalina, MC, Nikolas Wijaya, dan Agnes Natalia.
Sambutan selamat datang disampaikan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C.
“Kami bersyukur karena Bapa Suci telah menunjukkan kasih sayang dan kebaikan seorang bapa dengan mengunjungi kami. Perjalanan yang panjang tentu sangat melelahkan, tetapi kami sangat gembira karena Bapa Suci berkenan bersama kami, tetap tersenyum untuk kami, dan memberi kami berkat,” bukanya.
Menurut Mgr. Anton, kehadiran Paus Fransiskus memberikan harapan, tidak hanya untuk umat Katolik Indonesia, yang terdiri dari 37 keuskupan dan satu ordinariate militer, tetapi juga bagi bangsa indonesia yang beragam. “Terima kasih, Bapa Suci, karena tahun ini akan mendirikan keuskupan baru, Keuskupan Labuan Bajo, yang akan diresmikan pada November depan,” ucap Mgr. Anton, seperti dilansir UTUSAN.
Ia berharap kehadiran Paus Fransiskus makin menguatkan iman untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan dan ajaran Gereja demi membangun persaudaraan yang sejati, yang diwujudkan dalam sikap belarasa, terutama kepada masyarakat yang berada di lapisan paling bawah.
Testimonium pertama disampaikan Rm. Florens Maxi Un Bria, Pr dari UNIO Indonesia (UNINDO), asosiasi imam-imam diosesan (praja) seluruh Indonesia.
“Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa kunjungan Paus ke Indonesia merupakan tanda yang jelas kehadiran sukacita Ilahi bagi bangsa Indonesia dan sebuah berkat bagi kami para imam keuskupan bersama dengan para imam kongregasi dan kaum hidup bakti yang berjalan beriringan bersama-sama melayani umat dari Gereja partikular di Indonesia,” ucap Rm. Maxi.
Ia menyebut Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan banyak gereja yang telah mendapat perhatian dan perlindungan, baik dari Paus maupun pemerintah.
“UNIO Indonesia siap untuk berjalan bersama dengan Paus Fransiskus, para kardinal, para uskup, para imam, bruder dan suster dari semua kongregasi serta umat Allah dalam membawa sukacita dan damai bagi masyarakat Indonesia dan dunia,” tutup Rm. Maxi.
Selanjutnya, Sr. Rina Rosalina, MC mengucapkan terima kasih yang mendalam atas kunjungan Paus Fransiskus yang menginspirasi dan memperkuat komitmen kepada Tuhan.
“Terlepas dari luasnya wilayah Indonesia, kami merasa bersatu dalam karya kami, didukung oleh Gereja dan Konferensi Waligereja Indonesia. Kami merasa diundang untuk berjalan bersama dalam ziarah kami dan tanggung jawab kami untuk menjawab undangan ini untuk berjalan bersama dan bergandengan tangan,” tutur Pemimpin Regional komunitas Suster Misionaris Claris di Indonesia ini.
Bergandengan tangan tidak hanya di tingkat komunitas, jemaat, maupun Gereja lokal, tetapi juga dengan Bapa Suci dan seluruh Gereja.
“Namun, kami menghadapi tantangan dalam mengakses dan memahami dokumen-dokumen dari Roma karena hambatan jarak geografis dan bahasa. Terkadang, dokumen-dokumen tersebut baru dapat dipelajari dalam bahasa Indonesia dalam waktu yang lama. Belum lagi semua persyaratan yang harus dipenuhi, izin dan kontribusi yang harus diserahkan kepada Vatikan dalam proses penerjemahan,” ungkap Sr. Rina.
Oleh karena itu, beberapa dokumen yang telah diterbitkan belum dapat dibaca dalam bahasa Indonesia. “Kami berharap hal ini dapat menjadi perhatian Bapa Suci, agar kami di negara yang jauh ini dapat menyatukan diri dan selaras dengan Gereja Universal untuk berjalan bersama dalam sinodalitas,” pungkas Sr. Rina.
Setelah Sr. Rina, Nikolas Wijaya, guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Regina Pacis Bogor, berterima kasih atas kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia. “Ini sungguh menyemangati kami para katekis yang berkarya di negeri yang penuh keragaman ini,” ujar anggota Komisi Kateketik (KomKat) Keuskupan Bogor ini.
“Syukur kepada Tuhan, karena Bapa Suci selalu menggunakan istilah jembatan sebagai analogi kehadiran Gereja di tengah masyarakat. Secara khusus, dalam Ensiklik Fratelli Tutti, Bapa Suci mengatakan, ‘Seperti Bunda Maria, kita harus menjadi Gereja yang melayani, keluar dari sakristi, dan membangun jembatan dialog.’ Sebagai katekis, kami senantiasa mengingatkan murid-murid kami akan pesan Ensiklik,” kata pria 31 tahun ini.
Nikolas lantas meminta Bapa Suci mendoakan para katekis agar dapat menjadi jembatan yang menyatukan banyak orang untuk membangun jembatan-jembatan lain. “Melalui berbagai jembatan dialog, kami dapat selalu menampilkan wajah Kristus dengan penuh belas kasih,” tutupnya.
Terakhir, Agnes Natalia, guru Pendidikan Agama Katolik SMA St. Ursula Senior Jakarta menyatakan Paus Fransiskus adalah orang yang memiliki kepedulian yang besar terhadap kelestarian alam dan kaum lemah, miskin, tersingkir, dan difabel (KLMTD).
Kepedulian Paus Fransiskus terhadap alam dan orang miskin, sebut Agnes, dapat dilihat dalam pernyataan yang disampaikannya dalam audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus pada Rabu, 5 Juni 2013 untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Pada saat itu ia mengatakan, “Membuang-buang makanan sama saja dengan mencuri makanan dari meja orang miskin dan lapar.” Kata-kata ini mirip dengan ensiklik apostolik pertamanya, Laudato Si’, pada 24 Mei 2015 tentang tentang ibu pertiwi sebagai rumah bersama.
Ia juga menunjukkan perhatian dan kepedulian yang besar terhadap para penyandang disabilitas dengan mengatakan bahwa semua orang indah di mata Tuhan. Pernyataan itu disampaikannya saat menyambut anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dari Sonnenschein Ambulatorium, St. Pölten, Austria, yang datang ke Vatikan pada Senin, 21 September 2020.
“Bapa Suci benar-benar mewakili Santo Fransiskus dari Asisi, yang diambilnya sebagai nama pelindung kepausannya, dalam tindakannya,” komentar Agnes yang juga katekis Paroki Blok Q.
Setelah mendengarkan semua ungkapan itu, Paus Fransiskus lantas memberikan tanggapan. “Moto yang dipilih untuk Kunjungan Apostolik ini adalah Iman, Persaudaraan, Belarasa. Saya pikir ini adalah tiga kebajikan yang dengan baik mengungkapkan perjalanan Anda sebagai Gereja dan karakter Anda sebagai sebuah bangsa yang beragam secara etnis dan budaya. Pada saat yang sama, Anda memiliki ciri khas berupa upaya yang melekat untuk mencapai persatuan dan hidup berdampingan secara damai, seperti yang tercermin dalam prinsip-prinsip tradisional Pancasila,” tutur Paus Fransiskus.
Pada akhirnya, Paus Fransiskus mengatakan, “Saya memberkati Anda dan berterima kasih atas semua kebaikan yang Anda lakukan setiap hari. Saya akan berdoa untuk Anda dan saya memohon, tolong, doakan saya juga. Terima kasih.” (*/L02)