LASKAR – Batal menggunakan maskapai penerbangan Garuda Airlines, Komisi IV DPRD Provinsi Maluku setuju rombongam Jemaah Calon Haji (JCH) reguler Maluku yang berjumlah 494 ditambah 2 TPHD diterbangkan ke embarkasi haji Makasar.
Sebelummya Komisi IV lewat rapar koordinasi bersama Kanwil Kemenag, Biro Kesra Setda Maluku, pihak maskapai dan Panitia Penyelenggara Haji Daerah (PPHD) sepekat dan setuju diterbangkan dengan Garuda Airlines lantaran tawaran lebih murah dibandingkan, Lion dan Batik.
Namun apa yang disampaikan perwakilan dari Garuda yang hadir saat itu, terjadi miskomunikasi internal Garuda yang ternyata harganya jauh lebih besar dari yang ditawarkan pihak perwakilan Garuda Maluku.
Bahkan pesawat yang digunakan hanya menggunakan satu Flight dengan tiga keberangkatan, sehingga tidak efisen waktu dengan waktu yang ditentukan pihak embarkasi haji Makasar.
“Jadi Garuda itu sangat fatal, kalau rapat kemarin pihak perwakila Garuda sampaikan bahwa, Rp 1,8 miliar itu untuk tiga Flight, ternyata itu cuma satu Flight dan kalau tiga Flight biayanya itu sekitar Rp 5,4 miliar dan itu terlalu mahal untuk penerbangan dari Ambon-Makasar PP. Jadi itu sangat fatal koq bisa menyampakan Rp 1,8 miliar ke DPRD, Kanwil Agama dan Biro Kesra,”ujar anggota Komisi IV DPRD Maluku, Andi Munaswir kepada media ini,Senin(13/6/2022).
Munaswir yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Maluku ini mengatakan, pembatalan Garuda dan akhirnya diganti dengan maskapai penerbangan Lion Airlines setelah manager Garuda perwakilan Maluku datang menjelaskan secara detail besar biaya yang ditawarkan dan ternyata biayanya jauh lebih besar dari sebelumnya yang disampaikam yang mewakili Garuda saat rapat sebelumnya.
“Yang terbaik setelah Garuda itu adalah Lion Airlines, karena Sriwijaya itu kurang lebih Rp 2,5 miliar, jadi kita ambil yang termuarah yakni, Lion Airlines dengan nilai Rp 1,9 miliar PP,”jelasnya.
Awalnya jelas Munaswir, kenapa sebelumnya pilih Garuda, karena saat itu tawaran Lion Airlines lebih Rp 100 juta yang ditawarkan pihak Garuda, ternyata apa yang disampaikan perwakilan Garuda jauh beda kenyataan, sehingga lebih memilih yang lebih murah.
Apalagi yang ditawarkan Lion sistimnya carter dan sisa dari JCH menggunakan penerbangan reguler tapi tetap masih jenis penerbangan yang sama.
“Kalau pembicaraan dengan pihak Lion yang ditawarkan dua pesawat carter satu menggunakan pesawat reguler. Karena satu penerbangan kurang lebih 200 penumpang, sedangkan jemaah haji kita ada 496 orang, sehingga jemaah sisanya menggunakan pesawat reguler bersama dengan penumpang Lion lainnya,”ucapnya.
Disinggung soal subsidi Pemda Maluku lanjutnya, sudah tersedia karena sudah dibahas dalam pembahasa tahun sebelumnya, dengan jumlah 1000 lebih jemaah asal Maluku, dengan berpatokan kuota haji tahun 2019 kemarin.
“Kita sudah usulkan angggaran subsidi jemaah haji sesui kuota haji tahun 2019, tapi ternyata ada pemotongan dari Pemerintah Arab Saudi, sehingga sudah pasti ada anggaran lebih di APBD Maluku, “cetusnya. (L04)