Share
LASKAR – Event Walikota Se-Asia Pacific atau Asia Pacific Cities Summit (APCS2019) di Kota Brisbane, Australia, dibuka oleh Walikota Brisbane, Adrian Schrinner, di Gedung Convention Center, Senin, (8/7/2019) dan direncanakan berakhir Jumat, 11 Juli mendatang.
Walikota dari pelbagai negara-negara Asia Pacific, seperti Korea, China, Jepang, India, Malaysia dan Indonesia hadir. 
Untuk Indonesia, diantaranya, Walikota Bogor, Arya Bima; Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina serta sejumlah Walikota lainnya dari Provinsi Sumatera, Kalimatan, NTB dan lainnya mewakili Komisariat Wilayah Apeksi di Indonesia. 
Sejumlah masalah yang dihadapi setiap kota dibahas sekaligus dicari solusi pada forum-forum diskusi terpisah, yang telah diatur panitia. Narasumber atau pemateri APCS terdiri dari orang-orang hebat dengan segudang pengalaman sukses yang telah diraih. 
Diantaranya, Marc Randolph mantan CEO Nettflix. Dalam materinya yang dibawakan pada pembukaan APCS dihadapan para Walikota Se-Asia Pacific mengatakan, Inovasi ada resikonya.
“Jika kita mau berinovasi tentu harus siap mengambil resikonya,tetapi perlu ada toleransi atas resiko itu,” paparnya.
Inovasi, lanjut dia, bisa dimulai dari ide-ide(gagasan),yang sederhana hingga kompleks. “Seperti ungkapan William Goldman: ‘Nobody knows anything’.  So, Take a Risk and Do Something –, Jadi, ambil resiko dan lakukan sesuatu,” kutip Marc. 
Dikatakan, melatih diri untuk rasa sakit, sudah pasti rasanya tidak nyaman. Melatih diri menemukan ide, baik ide lama maupun ide baru, akan terasa sama, yakni: tidak nyaman. 
“Caranya,  Brainstorming idea, Analysis idea. Bisa coba-coba ide dan focus pada ide-ide tertentu. Untuk mencoba ide bisa saja terjadi kegagalan, tetapi harus terus diulang untuk mendapatkan pembaruan dalam menyempurnakan ide dimaksud,” ujar Marc.
Sementara Greg Clark nara sumber lainnya dalam paparannya dengan topik: Kota dan Inovasi mengatakan, Kota dengan resiko, urbanisasi, karbon atas perubahan iklim dan lain-lain, harus mendorong inovasi.
“Jadi Pemda Hadir untuk bukan saja menyelesaikan permasalahan. Tetapi juga untuk inovasi, kerjasama guna mewujudkan perubahan teknologi,” terang Greg.
 Dikatakan, revolusi industry 4.0 merupakan era digital untuk layanan, seperti kota dengan transportasi atau mobilitas yang digital.
“ Industri 4.0 Kota Digital. Kedepan industry 5.0 Kota Automatisasi dengan teknologi, smart city, sustainable city dan sebagainya,” ujar Greg.
Ditambahkan, ada juga teknologi layanan masyarakat, seperti integrasi ruang kota yang keterkaitan dengan kota-kota di sekitarnya.
  
Karena itu, Greg bertanya, kenapa harus kota berinovasi? 
Menurut dia, perubahan itu terjadi terus menerus dan masyarakat mengharapkan layanan yang baik.
“Seperti zero carbon cities 2050. Kota dengan ekonomi sharing. Jadi semua warga memberikan sumbangan untuk pembangunan ekonomi,” katanya. (L01)