Share
Sekretaris Lasqi Kota Ambon, Husein Tuharea
LASKAR – Sekretaris Lomba Seni Qasidah (Lasqi) Kota Ambon, Husein Tuharea menyesalkan cara penilaian dewan juri dalam pelaksanaan Lasqi tingkat Provinsi Maluku yang dinilainya merugikan kontingen Ambon.
Pelaksanaan event keagamaan yang berlangsung di Kota Ambon, 27-31 Oktober tersebut meninggalkan catatan kelam bagi para peserta, utamanya Kota Ambon. 
Dewan juri dituding tidak profesional dan terkesan memberikan penilaian secara subyektif. 
“Saya kira, beberapa dewan juri harus dievaluasi. Kerjanya tidak profesional karena memberi penilaian sangat subjektif,” sesal Husein Tuharea dalam rilis yang diterima LASKAR, Kamis (2/11/2017). 
Tuharea mengatakan, sebagai tuan rumah tentu saja pihaknya menerima apapun hasil penilaian dewan juri, asalkan didasarkan pada kualitas dan bukan berdasarkan sentimen. 
“Bagaimana mungin juara satu untuk kategori solois dewasa putri, bisa menjadi juara sementara yang bersangkutan lupa lirik. Ini kan aneh,” sesalnya. 
Selain itu, ada peserta yang sudah tiga kali juara Lasqi tingkat provinsi dan tidak pernah menjadi juara di tingkat nasional, namun masih terus diikut sertakan dalam ajang yang sama.
Mestinya, kata Tuharea, harus ada regenerasi khalifah, agar tidak monoton dan membosankan ketika dia bernyanyi. “Saya tidak melihat usaha dewan juri dalam hal ini,” ketusnya. 
Baginya, kontingen Kota Ambon yang berisikan khalifah-khalifah terbaik mulai dari kategori anak anak, remaja dan dewasa laki laki dan perempuan, mempunyai talenta menyanyi qasidah yang luar biasa, sudah tampil maksimal. “Sayang sekali mereka dikalahkan secara tidak adil,” kata Tuharea. 
Dewan juri, tuding Tuharea, mestinya memberikan penilaian secara paripurna termasuk dalam soal berbusana. “Mereka tidak memahami busana musimah pada event qasidah ini.  Peserta mengikuti lomba qasidah bukan lomba dangdut sehingga busana juga harus menjadi perhatian dewan juri,” ujarnya mengingatkan.
Masih menurutnya, pada kategori kolaborasi yang menampilkan atraksi ada peserta tidak memberikan nilai edukasi, akibat terdapat unsur kekerasan dan darah, tetapi diplot sebagai juara satu. 
“Kami sesalkan penilaian dewan juri karena terlalu subjektif. Oleh karena itu, wajar saja, jika beberapa tahun terakhir ini, para juara Lasqi untuk semua kategori di tingkat provinsi tidak bisa bersaing di tingkat nasional,” ungkapnya. 
Dia menganjurkan, secara keseluruhan, baik panitia maupun dewan juri harus dievaluasi. Apalagi, dengan tidak hadirnya kontingen dari Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Aru dan Kota Tual. 
“Saya khawatir, mereka tidak mengikuti lomba ini karena kecewa kepada dewan juri pada ajang Lasqi sebelumnya. Ya bisa saja mereka tidak hadir karena tercium yang keluar sebagai juara seperti sudah diatur,” tandasnya. 
Oleh sebab itu,  Husein Tuharea  yang juga wartawan CNN Indonesia ini mendesak, kedepan rekruitmen dewan juri lebih selektif agar mendapatkan juri berkompeten dan mampu memahami tupoksi.
Ini dimaksudkan agar para juara Lasqi tingkat provinsi bisa merebut juara di tingkat nasional, sehingga mengharumkan nama daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. (L1R)

BACA JUGA:  Perdana di Indonesia Timur, Ichiban Sushi Kini Hadir di Ambon