Share
RD.Yopi Sorlury 
LASKAR – Umat Paroki Hati Kudus Yesus Olilit Baru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, hari ini Minggu (14/06/2020) bersama umat Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. 
Roti dan anggur yang telah diberkati menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Yesus adalah Roti Hidup yang turun dari Surga untuk dunia. Karena Roti itu satu maka kita bersama-sama merupakan satu tubuh. 
Dengan makan roti kehidupan dan minum darah keselamatan kita kenangkan dengan rasa syukur bahwa Yesus telah mengurbankan diri-Nya sehabis-habisnya. Persekutuan dengan Kristus hendaknya menjadikan kita pribadi yang siap dipecah dan dibagi.
Dalam khotbahnya RD.Yopi Sorlury mengatakan, makanan mana yang turun dari surga?, makanan mana yang Allah kasih di padang gurun dan roti itu tidak memberikan hidup kekal. Tetapi yang dikatakan Yesus dalam bacaan injil, Roti Tubuh Kristus itu roti yang dari surga. Itu adalah tubuhNYA sendiri yang memberikan kehidupan kekal.
Dikatakan, beberapa bulan terakhir, umat tidak menerima dan makan tubuh Kristus di gereja, karena pandemi Covid-19, umat diharuskan untuk mengikuti perayaan ekaristi secara online di rumah masing-masing.
“Dari rumah kita mengikuti komuni batin, hanya doa dan harapan kita, semoga komuni batin itu sungguh-sungguh menjawab kebutuhaan umat tentang Tubuh Kristus,”ungkap Sorlury sembari menambahkan, manusia itu terdiri dari dua komponen yakni jiwa dan tubuh atau badan.
Sebab menurut Sorlury represi itu bukan kebutuhan badan tapi kebutuhan jiwa, kebutuhan psiloginya, rohaninya.
prosesi komuni
“Nah untuk konsep kebutuhan rohani pertanyaannya waktu rohani anda lapar maka makanannya apa, makanannya adalah Tubuh Kristus, Firman Allah. Kita beberapa bulan mengikuti misa dari rumah secara online tidak terima Tubuh Kristus pasti kita merasa tidak lengkap. Jadi bagi saya Tubuh Kristus musti punya pengaruh dalam hidup sehari-hari,”ungkapnya.
Perayaan Ekaristi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus di Gereja Olilit dilaksanakan dua kali dan tetap menggunakan protokol kesehatan dalam upaya mncegah dan memutus mata ranti penyebaran Covid-19. 
Umat diwajibkan menggunakan masker, mencuci tangan dan mengukur suhu sebelum memasuki gedung gereja serta posisi duduk diatur sehingga menjaga jarak antar umat yang satu dengan yang lainnya. (L03)