AMBON, LaskarMaluku.com – Sebuah Lembaga Riset Singapura belum lama ini mengeluarkan hasil risetnya kalau “Daya Saing Ekonomi Maluku masih Sangat Rendah” 

Daya saing adalah kemampuan suatu komoditi untuk masuk dalam pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan dalam pasar tersebut.

Tentu hal ini dapat diukur dengan indikatornya yakni sejauh mana suatu perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar, tetap mempertahankan pendapatan dan meningkatkan kemampuan kompetitif.

Kondisi ini diperparah sebagai akibat dari berbagai kebijakan tidak tepat sasaran, sehingga berdampak pada menurunnya daya saing serta kemampuan untuk bertahan dalam persaingan berusaha.

Survey Password The City Of Singapore yang menyebutkan Provinsi Maluku berada dibawah daya saing berusaha itu, mengemuka pada diskusi panel dengan tema ”Maluku Dalam Bingkai Politik Nasional” yang berlangsung di lantai lima (5) gedung DPRD Provinsi Maluku belum lama ini.

Diskusi panel itu dipandu oleh Jozie Wokanubun, sebagai Sekretaris Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Provinsi Maluku, menghadirkan beberapa narasumber seperti Febry Calvin Tetelepta, Deputi I Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, R Wahyu Handoko, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) ISKA Pusat, Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma dan Ibu Mercy Tirayoh’ Produser dan Presenter  Kompas TV yang juga Wakil Ketua PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia).

Diskusi panel itu diselenggarakan bertepatan dengan dilantiknya tiga organisasi dibawah naungan Keuskupan Diosis Amboina yakni; Komisariat Pemuda Katolik, ISKA dan PWKI Provinsi Maluku.

Wasekjen ISKA R Wahyu Handoko berpendapat, menghadapi kondisi saat ini, baik ISKA, PK, PWKI, PMKRI dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) hendaknya meningkatkan kemampuan kompetitif dengan merancang berbagai program yang harus bersinergi dengan pihak lain.

Bagaimana stakeholder yang ada yang kita miliki atau yang ISKA miliki dia menjadi modal untuk berelaborasi dengan semua pihak.

Wahyu mengaku Maluku harus bersyukur punya pak Febri Tetelepta yang ada di staf kepresidenan, bayangkan kalau elaborasi itu bisa bersinergis maka hal bisa berjalan dengan baik.

Yang kedua adalah soal strategi manajemen, saya sangat percaya bahwa teman-teman cendikiawan Katolik atau ISKA kalau dari sisi teoritis bisa saling mencapai tapi sadarkah kita bahwa survei password the city of Singapore itu daya saing ekonomi Maluku itu masih rendah, masih sangat membutuhkan perhatian dari cendekiawan Katolik, tidak saja dari pemikiran tapi bagaimana kemudian saat pergerakan sama-sama elaborasi, ini bukan hanya tahap planning saja, tapi bagaimana kita belajar manajemen plain to check action.

“Jadi planningnya di buat kolaborasi dengan semua pihak. Disini kita tidak lagi bicara tentang agama, tapi kita bicara tentang sumber daya manusia unggul, bahwa kita berada pada suatu komunitas knowledge tapi berada pada lintas keberagaman. Jadi perencanaan yang akan disusun oleh teman-teman ISKA, PK, PWKI, WKRI, PMKRI, kemudian bagaimana bisa duduk bersama untuk melaksanakan startups elaborasi mana yang perlu kita perbaiki, mana yang perlu kita lanjutkan dan mana yang perlu kita perkuat lagi strategi stakeholder ya,”ungkap R Wahyu Handoko disela-sela diskusi panel tersebut.

Menurut Handoko, hal yang tidak kalah penting adalah kekuatan seorang pemimpin dalam mendrive sebuah organisasi (strong power leader) yang saling menopang.

“Jadi kepemimpinan yang tangguh, pemimpin yang kuat dari masing-masing Ormas Katolik ini. Jadi jangan sikut-sikutan, jadi intinya saling menopang. Ade-ade yang mau bergerak di lapangan sekedar mengkritisi kebijakan pemerintah saya kira baik juga, ade ade yang mau diskusi mengenai persaingan usaha yang baik, bagus juga. Ada juga yang sumber daya manusia dipraktikkan untuk kliring, SDM Maluku yang keluar negri melalui beasiswa perlu dikawal oleh ISKA. Kemudian sistem organisasi bertambah, kemudian adalah kecepatan, kita sering kalah dalam setiap pengambilan keputusan kalah cepat dengan entitas yang lain makanya kita sering jadi penonton,” urai Wahyu sembari menceritakan sebuah pengalaman berharga ketika kegiatan yang ada kaitannya dengan dunia usaha.

“Suatu pengalaman ketika beberapa kali saya mengadakan beberapa kajian soal anti korupsi bersama dengan para dewan pakar dan sebagainya. Kita juga berpikir tentang analisa kebijakan publik, terkait dengan daya saing usaha di Indonesia. Kita bersyukurlah kepada Pak Presiden Pak Jokowi jauh sebelum itu kita identifikasi hampir ada 3.000 permasalahan yang menghambat dunia usaha, nah dengan adanya OSS mudah-mudahan bisa menarik publik investasi masuk ke Maluku sepanjang pemerintah daerahnya juga aware, pemerintah daerahnya tidak merasa keberatan prinsip perijinan itu yang menjadi pintu masuk untuk investasi dari luar Maluku. Kalau perijinannya sulit ada begitu banyak hambatan maka para investor akan berpikir untuk masuk ke Maluku,”urai Handoko lagi.

Peningkatan kwalitas daya saing manusia melalui anak-anak muda sangat diperlukan dalam mengahadapi era globalisasi. Hal yang tidak kalah soal peningkatan SDM (sumber daya manusia) anak-anak muda.

Masih menurut Wahyu Handoko, ISKA pusat sering kali melakukan pelatihan dan workshop bertujuan untuk meningkatkan skill anak muda (millenial).

“Saya berharap di Maluku ini juga dibuat pelatihan-pelatihan workshop, aneka Konprensif skill yang membuat anak-anak muda itu lebih berkompeten lagi dan yang terakhir adalah sinergi kolaborasi, tidak bisa hanya ISKA saja, PK saja, PWKI saja, WKRI saja atau PMKRI saja tetapi kita harus bersama sama. Dibutuhkan orang-orang yang mau mengkritisi kebijakan- kebijakan yang tidak probisnis yang menghambat bisnis, kalau tidak begitu mohon maaf saja, pemerintah kita akan merasa fine-fine saja, merasa aman-aman saja.

“Saya 14 tahun di Asosiasi Pengusaha, bapak ibu bisa liat di google, kritik kita terhadap pemerintah pusat tidak pernah berhenti. Kita boleh mengkritik tapi jangan pada personal, tetapi pada kebijakan, kalau kebijakannya probisnis atau tidak, pro kesejahteraan atau tidak, itu boleh dikoreksi,” tutup R Wahyu Handoko yang juga berprofesi sebagai salah satu peniliti ini. (L05)