AMBON, LaskarMaluku.com – “Betapa Laut Adalah Kamu” adalah buku puisi kedelapan yang ditulis Dino Umahuk, setelah sebelumnya menulis Metafora Birahi Laut (Februari 2008) hingga ” Laut Maluku Lekuk Tubuhmua (2016).
Laut memang selalu menjadi tema utama bagi Dino dalam kedelapan buku puisinya, yang menurut Dino sendiri, boleh-lah disebut sebagai karya dengan laut sebagai ibu.
Tema laut begitu akrab dengan penyair kelahiran 1 Oktober 1974 Capalulu Maluku Utara ini. Karya-karyanya kental mengangkat suasana alam Maluku dengan pasir putihnya yang menghampar, dan biru lautnya yang membentang.
Betapa Laut Adalah Kamu sendiri merupakan tahap lain dari perjalanannya setelah mencari jati diri dalam tujuh antologi sebelumnya. Bagi Dino, buku yang terakhir ditulisnya ini merupakan ikrarnya untuk setia kepada laut, tanah asalnya.
“Betapa Laut Adalah Kamu” merupakan pernyataan ikatan saya menemukan laut dan saya tetap akan berada di sana,” ujar Dino, dalam peluncuran buku di Terra Caffe, Ambon, Sabtu (13/7/2024).
Akademisi FKIP Universitas Pattimura Falantino Latupapua yang hadir sebagai pembicara dalam peluncuran tersebut melihat di Betapa Laut Adalah Kamu, Dino mampu keluar dari struktur formal dan pengaruh kuat Chairil Anwar dan penyair Maluku Dominggus Willem Syaranamual, sehingga Dino tampil dengan gayanya sendiri, namun di sisi lain juga tetap kental dengan gaya kesusastraan tanah asalnya.
“Puisi Dino Umahuk adalah puisi-puis yang berhasil secara keterbacaan, bahkan bagi para pembaca awam,” ujar Falantino.
Personil grup band KAK5 ini menjelaskan, Dino mampu menjaga orkestrasi dan memainkan irama serta nada dalam setiap puisi yang ditulisnya.
Dengan kemampuan yang dimiliki, Dino layak menjadi contoh bagi para penyair muda tidak hanya di Maluku, tetapi di Indonesia untuk menulis puisi.
“Betapa Laut Adalah Kamu, mampu menghasilkan daya ungkap yang lebar tapi juga baru, serta lokalitas yang sangat kuat, serta detail yang sangat kecil namun menjadi ringan di tangan pembaca,” pungkasnya.
Sementara itu Penulis Weslly Johanes mengatakan, konsistensi dan tekad untuk terus menulis adalah sesuatu yang abadi dan menyala dalam dirinya, termasuk berdialog dengan laut.
“Pertanyaannya adalah laut macam apa yang kita temukan ketika membaca antologi Betapa Laut adalah Kamu. Dan manusia macam apa yang betah dibikin oleng dan mabuk oleh laut dari tahun ke tahun,” ujar Wesly.
Penulis antologi puisi “Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi” bersama penyair Theoresia Rumthe ini menjelaskan, membelah laut dengan pena sebagai penyair adalah ketabahan dan konsistensi Dino dalam melahirkan karya-karya puisinya.
“Dino juga memakain laut sebagai gambaran keberadaan manusia. Dan yang menjadi puncak dari eksistensialis manusia dalam karya puisi di buku ini adalah puisi Batapa Kamu Adalah Laut,” pungkasnya. (L02)