Share

LASKAR – Setiap daerah di Indonesia menyimpan keunikan tersendiri, seperti bahasa daerah, pakaian adat, makanan khas, maupun kebiasaan masyarakatnya. Maka daerah Pulau haruku yang merupakan bagian dari Provinsi Maluku Tengah juga memiliki tradisi yang unik yakni adat Maa’tenu atau atraksi Cakalele.

Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Ruruh A Setyawibawa bersama Forkopimda Provinsi Maluku dan Kabupaten Malteng menghadiri acara adat Maa’tenu atau atraksi Cakalele bertempat di Baileo Asari Negeri Pelauw, Pulau Haruku, Kab Maluku Tengah pada Kamis (08/12/2022).

Kegiatan itu juga  dihadiri oleh Kapolda Maluku, Irjen Pol Lotharia Latif, dan para pejabat Pemerintah Provinsi Maluku dan Kabupaten Maluku Tengah.

Setibanya di Pelabuhan Pelauw, Pangdam beserta rombongan disambut Sanggar seni dan budaya Haitanamalatu Negeri Pelauw kemudian menuju Rumah Bapak Raja Negeri Pelauw untuk melaksanakan silaturahmi dengan Bapak Raja, para Staf dan Saniri Negeri Pelauw. Dilanjutkan dengan peninjauan prosesi menyaksikan Ritual adat Cakalele.

Tradisi Ma’atenu atau atraksi Cakalele di Desa Pelauw telah berlangsung secara trun-temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam tradisi ini, para peserta akan memakai busana serba putih sambil membawa parang dan juga benda tajam lainnya. Kemudian Mereka menunjukkan kesaktiannya dengan mengiris dan menusuk setiap bagian tubuh dengan parang yang mereka bawah.

Peserta adat Cakalele  akan memotong atau mengiris tubuh peserta lainnya hingga parang yang mereka gunakan patah. Menariknya, dalam tradisi ini tak ada satu pun dari para peserta yang terluka, meski parang yang diguankan terlebih dahulu harus diasah ketajamannya. Tardisi tersebut biasanya dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, terakhir tradisi ini digelar di Desa Pelauw pada 2009 lalu.

Pada kesempatan itu Pangdam menyampaikan bahwa tradisi Cakalele merupakan salah satu tradisi di Maluku yang cukup terkenal maka dari itu kita  harus menghormati dan melestarikan termasuk adat-istiadatnya dan juga tradisinya seperti yang dilaksanakan saat ini.

“Kegiatan adat seperti ini agar tetap dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi agar bisa menjadi sebuah nilai budaya yang berguna bagi masyarakat Negeri Pelauw”, tutur Pangdam. (L04)