AMBON, LaskarMaluku.com – Sebentar lagi KPU Maluku akan menggelar debat kandidat kedua calon gubernur dan wakil gubernur Maluku.
Namun, ada hal menarik setelah debat kandidat pertama yang digelar di Hotel The Natsepa, Sabtu, (26/10/2024) lalu.
Melepaskan kepenatan pasca debat kandidat, pasangan calon nomor 1, Jefrry Apoly Rahawarin dan Mukti Keliobas bersama tim dan relawan ngopi santai di Café Ujung JMP di kawasan Desa Poka.
Café Ujung JMP memang sengaja dipilih untuk ngopi santai semata-mata untuk mengingatkan kembali perjuangan dan kerja keras serta suksesnya seorang mantan gubernur Maluku, dua periode, Karel Albert Ralahalu sehingga jembatan yang megah itu kini dinikmati masyarakat Maluku.
Di Café Ujung JMP, calon gubernur yang biasa disapa JAR melantunkan sebuah lagu Maluku, “Dari Ujung Halmahera sampai Tenggara Jauh, ” lagu ini kemudian ikut di nyanyikan bersama oleh tim pemenangan.
Suasana keakraban terjalin kala itu. Ada yang menarik dibalik suasana penuh kekeluargaan itu. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Provinsi Maluku, Benhur George Watubun, ST, teringat akan sebuah tembang lawas “Hari Kiamat” yang diciptakan tahun 1976 dan dipopulerkan oleh group Black Brothers Hengky Supit Cs.
Lantunan lagu “Hari Kiamat” oleh suara merdunya Benhur Watubun, seakan ada pesan yang ingin disampaikan, sebab dari narasi bait per bait ada nada kritikan positif kepada para pemimpin di negeri seribu pulau ini.
Namun sebelum mengulas lebih jauh sebaiknya mari kita simak lagu dengan judul, “Hari Kiamat”
“Di tepi jalan si miskin menjerit
Hidup meminta dan menerima
Yang kaya tertawa berpesta pora
Hidup penuh pamrih kecurangan~
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Itulah hidup semakin biasa
Seakan tak pedulikan lagi
Tiada kasih bagi yang lemah
Disiram banjiran airmata~
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Uhuhu..huhuhuhu..uu.. aaa..aa.
Namun ketika dimintai keterangan tentang pemilihan lagu “Hari Kiamat” Watubun menceritakan, Pertama, pilihan akan lagu sebagai bentuk kritikan kepada kepala daerah, yang telah meninggalkan banyak beban hutang daerah.
Kedua, pemimpin terdahulu meninggalkan kemiskinan berkepanjangan bagi masyarakat di Provinsi Maluku.
“Dan memang kita kemana-mana banyak masyarakat kita alami kemiskinan ekstrim lantaran kebijakan yang tidak populis,; apalagi pemimpinnnya tidak sinergis dengan dewan perwakilan rakyat, “jelas Watubun, sembari menyatakan kalau lagu “Hari Kiamat” saya nyanyikan untuk mengingatkan beliau.
Lagu itu kata Benhur Watubun yang saat ini dipercayakan masyarakat Maluku sebagai Ketua DPRD Maluku, menceritakan tentang peringatan dan nasib para pendosa, serta ajaran bahwa perbuatan manusia di dunia akan menentukan nasibnya di kehidupan selanjutnya.
“Lagu ini menggambarkan bagaimana si miskin meratap mengharapkan belas kasihan dari si kaya, dan tindakan yang diharapkan adalah si kaya menolong si miskin, “ujarnya mantap.
Kritikan Benhur Watubun sebagai bentuk respon atas eksistensi kepala daerah yang baru saja selesai melaksanakan tugasnya di bulan April 2024 lalu.
Pemimpin itu lanjut Benhur, suka dan gemar serta doyan menyanyikan lagu “Bento”
Lagu “Bento” karya musisi legendaris Virgiawan Listanto alias Iwan Fals merupakan salah satu singel yang masuk dalam album grup musik folk rock SWAMI bertajuk “Swami I” yang rilis pada 1989. Inilah liriknya:
“Namaku Bento, rumah real estate
Mobilku banyak, harta melimpah
Orang memanggilku, bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas sgalanya, asik!
Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik, oh bisa jalan
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah, karena aku
Yang penting asik, sekali lagi, asik!
Obral soal moral, omong keadilan, sarapan pagiku
Aksi tipu-tipu, lobi dan upeti, woo jagonya
Maling kelas teri, bandit kelas coro, itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru, datang padaku, sebut 3 kali namaku
Bento bento bento.. asik..
Lagu Bento, mengisahkan tentang rumah real estead, mobilku banyak’ harta berlimpah’, dan persetan dengan orang susah.
Kegemaran mantang Gubernur Maluku Murad Ismail menyanyikan lagu “BENTO” tersebut kata Watubun, terkesan kalau yang bersangkutan mempertontonkan harta kekayaannya tetapi disisi lain masyarakat Maluku banyak yang miskin.
“Jadi seolah mempertontonkan bagi rakyat di tengah-tengah suasana kemiskinan, pengangguran kian meningkat, kemudian banyak problem kesejahteraan yang tidak tertangani taruh lah seperti misalnya nasib guru, nasib pegawai, TPP yang tidak dibayarkan tepat waktu’ apalagi rakyat di kampung-kampung masih saja dalam suasana kebatinan hidup menderita karena berbagai ketimpangan-ketimpangan sosial yang mereka alami, “tegas Watubun.
Keengganan menyanyikan lagu Bento, yang dinyanyikan Iwan Fals, sebagai sebuah kritikan kepada para penguasa, yang mengabaikan hidup kesejahteraan masyarakat.
“Itu lagu bagus tapi sebetulnya lagu itu menunjuk dirinya sendiri dia mempertontonkan dia memiliki gaya hidup hedonisme, kekayaan yang berlimpah di tengah-tengah suasana kemiskinan yang masih di alami oleh rakyat Maluku, “ibarat ayam bertelur di lumbung padi, tapi mati karena kelaparan, “makanya saya merespon dengan menyanyi lagu “Hari Kiamat” ujar Wakil Rakyat dari dapil enam yang meliputi Kabupaten Maluku Tenggara, Kota Tual dan Kabupaten Aru itu.
Menurut BGW dirinya sangat tertarik dengan lirik, “Sadarlah kau cara hidupmu yang hanya menelan korban yang lain”.
“Syair lagunya kan jelas karena itu respon lagu tersebut sebagai bentuk verifikasi terhadap calon kepala daerah yang telah melaksanakan tugas yang meninggalkan beban”.
“Banyak hutang karena itu peringatan untuk sadar akan dosa-dosa yang telah dibuat kepada rakyat Maluku. Nah itu bentuk saya merespon dengan singkat sebagai bentuk peringatan kepadanya,”sindir BGW seraya mengingatkan akan masa kepemimpinan Murad Ismail dengan berbagai jejak digitalnya.
Perilaku Pemimpin ke Kantor Siang Hari
Selain itu kata Watubun, perilaku pemimpin yang tidak pernah masuk kantor tepat waktu, dan seenaknya suka ke kantor suka tidak, tidak menempati rumah dinas, kebiasaan mengeluarkan makian bahkan sampai mengundang masyarakat berkelahi ini bagian dari citra buruk pemimpin lima tahun lalu.
“Dan ini semua catatan-catatan kritis dari Fraksi PDIP Maluku dan Fraksi Golkar Maluku yang menolak LPJ Gubernur tahun 2023 lalu. Kedua Faksi ini merinci sikap dan perilaku pemimpin yang tidak layak menjadi teladan bagi ASN maupun masyarakat. Dan public Maluku tahu itu mantan gubernur kita Murad Ismail,”tegas Watubun.
Kendati diakhir LPJ Gubernur 2023 kemarin, Fraksi Partai berlambang pohon beringin itu menyatakan dengan tegas menolak keseluruhan penyampaian LPJ, tetapi diperhelatan kontestasi Pilgub Maluku, partai Flamboyan itu mendukung calon gubernur 2M.
Fenemona ini kata BGW memang terbalik dengan kondisi riil yang dialami anggota DPRD Maluku dari fraksi Golkar saat ini. Mereka umumnya terpilih kembali dan kala itu getol melakukan perlawan terhadap kepemimpinan duet Murad Ismail dan Barnabas Orno.
Keputusan Ketua Umum Golkar dalam menentukan sikap mendukung 2M, bertolak belakang dengan kondisi realita Maluku saat ini. Provinsi Maluku saat ini berada pada nadir terendah akibat indeks kemiskinan, tingkat pengangguran terus meningkat dari tahun ke tahun karena kurangnya tercipta lapangan pekerjaan.
Menekan Bathin
Kondisi Partai Golkar memberikan dukungan kepada calon 2M, dilihatnya sebagai produk untuk menekan batin dan jiwa para anggota fraksi. Ibarat mereka menjilat ludahnya sendiri.
Itu pilihan politik tetapi jika dilihat itu menjilat ludahnya sendiri. Bagaimana tidak saudara kampanyekan tentang hebatnya seseorang tapi dalam saat yang hampir bersamaan’ saudara menjilat kembali tingkah dan perilakunya yang tidak baik, kemudian membangun pencitraan.
“Fakta yang terungkap dalam keseharian kepemimpinan dia (Murad Ismail-red) tidak perlu saya narasi kan lagi, tapi itu rakyat tahu kok,”ujarnya seraya mengajak rakyat di sebelas kabupaten-kota, di Provinsi Maluku, “jangan memilih pemimpin seperti itu”.
Keinginan Watubun mengajak masyarakat untuk tidak lagi memilih calon gubernur yang bersangkutan lantaran diperiodisasi sebelumnya tidak bisa banyak berbuat, tentunya telah menjadi indikator bagi masyarakat untuk memberikan penilaian.
“Jangan kita berkamuflase itu tujuan saya, untuk mengingatkan dan menegaskan kembali pesan-pesan seperti itu, sekarang saatnya sadar diri dan mengingat kembali setiap perilaku-perilaku seperti itu; dia bilang teman-teman yang mendukung’ oh nggah’ saya itu bukan kampanye hitam, tapi saya berkampanye mengungkapkan sisi negatif daripada perilaku pemimpin kemarin. Berbeda dengan kampanye hitam (black campaign),! Kalau isterinya satu saya bilang isterinya tiga, itu saya memfitnah, jadi kampanye hitam itu lebih kepada memfitnah orang, kalau ini tidak memfitnah ini mengungkapkan fakta-fakta, mengungkapkan realitas yang dialami oleh rakyat Maluku jejak digital media sosial kan jelas,”ketusnya.
Menurut BGW, orang dihargai karena kinerjanya, intelektualitas diukur dari seberapa besar kemampuan melahirkan karya yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat Maluku.
Untuk itu, diakhir wawancaranya dengan LaskarMaluku.com Watubun mengajak masyarakat untuk berpartisipasi mensukseskan pemilihan kepala daerah di sebelas kabupaten kota di provinsi Maluku.
Berikutnya pilihlah pemimpin yang memiliki kerendahan hati, pemimpin yang mampu bersinergi dengan semua pihak. Dan calon pemimpin itu hanya ada pada calon gubernur dan calon wakil gubernur Maluku nomor 1, JAR-AMK. (LO5)