AMBON, LaskarMaluku.com – Calon Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath mengklarifikasi viralnya potongan video pernyataan dirinya yang kemudian dipolitisir seakan-akan dirinya membuat pernyataan yang mendiskreditkan kepemimpinan atau pemimpin-pemimpin Muslim yang memalukan.

Kepada pers, Rabu (13/11/2024) di Swissbel Hotel, Vanath mengatakan, pernyataan itu konteksnya berbeda. “Saya sedang tidak berbicara sebagai narasumber dalam sebuah diskusi atau sebuah seminar yang membahas tentang tema Islam, tetapi saya sedang berkampanye sebagai calon Gubernur Wakil Gubernur,”jelasnya.

Menurutnya, pernyataan itu memang ditujukan kepada Gubernur sebelumnya. “Jadi gubernur sebelumnya itu saya bandingkan dengan gubernur-gubernur terdahulu. Sebelumnya itu ada pak Assagaff ada pak Karel. Nah dalam Pilkada serentak 2024, di lapangan kita dipertemukan dengan isu SARA, dimana ada dua kandidat calon Gubernur beragama Kristen dan satu Calon Gubernur beragama Muslim. Karena itu banyak yang mulai menghasut masyarakat untuk memilih calon Gubernur Muslim,”sesal Vanath.

Mantan Bupati Seram Bagian Timur (SBT) dua periode ini mencontohkan,  dibeberapa tempat di Seram Selatan itu para pemuka-pemuka agama di mimbar khotbah disaat Jumaat itu mulai menyuarakan tentang isu agama, ini kan tidak baik untuk pendidikan demokrasi di Maluku.

“Saya merespon itu dan mengatakan bahwa kita pernah punya Gubernur bernama Karel Albreth Ralahalu beliau itu bukan Muslim dan ternyata beliau itu dimana tempat saya tanyakan kepada masyarakat kenal tidak sama Gubernur yang bernama Pak Karel, semua orang menjawab dengan antusias, kami kenal itu Gubernur kami beliau orang baik, pak Karel begitu dicintai oleh rakyat Maluku tanpa pandang suku dan agama,”jelas Vanath.

Kemudian itu dilanjutkan dengan Gubernur Pak Bib Assagaff, kehidupan harmoni itu begitu baik, birokrasi tidak ada diskriminasi. Ada keseimbangan antara Islam dan Kristen.

“Kok di giliran Gubernur berikutnya malah terjadi diskriminasi, sementara Pak Karel Ralahalu dan pak Said Asagaff begitu mengedapankan soal etika, moral. Sedangkan Gubernur yang kemarin ini begitu tidak akhlak, bisa memaki-maki masyarakat di ruang-ruang publik, bisa mengajak anak mahasiswa untuk berkelahi, tidak masuk kantor, diundang rapat di DPRD selama 5 tahun tercatat cuma 4 kali dia hadir,”cetus Vanath seraya menambahkan, lebih gila lagi dia melakukan pinjaman utang sebanyak 700 milliar itu tanpa persetujuan DPRD, itu memalukan sebagai generasi muda, politis Maluku yang beragama Islam, malu dan itu tidak patut di contohi, itu tidak bisa dijadikan teladan.

Disitulah konteks pembicaraannya kenapa ada pernyataan ini pemimpin yang memalukan. Jadi konteksnya itu bukan menggeneralisir masalah pimpinan Islam, tetapi Gubernur Islam yang tidak bisa diteladani.

“Oleh karena itu saya dan Pak Hendrik berkomitmen jika rakyat Maluku memberikan kepercayaan bagi kami berdua untuk menjadi gubernur dan Wakil Gubernur, maka kami akan menempati rumah dinas dan wajib untuk setiap hari masuk kantor sehingga merubah mindset berpikir orang selama ini bahwa Gubernur Maluku Muslim tetapi tidak menempati rumah dinas dan ke kantor seenak maunya. Ini tidak memberikan teladan. Makanya kami harus merubahnya,”janji Vanath. (L06)