Share

LASKAR – Bupati Maluku Tenggara (Malra) M. Thaher Hunubun berjanji akan memberikan kemudahan investasi mulai dari perizinan sampai penyediaan lahan untuk program ‘seaweed estate’, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang ditargetkan mulai berjalan pada tahun 2022.

Karena menurut Bupati, program tersebut merupakan solusi untuk membuka lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan di Malra yang merupakan serambi depan di perbatasan maritim Indonesia bagian timur.

“Kami bergerak cepat untuk merespons niat baik pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan nasional, yang dalam RPJMN tahun 2020-2024 disebutkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang perlu dikembangkan,”ungkap Hunubun di Ambon, Minggu (17/10/2021)

BACA JUGA:  Proyek Gagal, Jembatan Dian Pulau-Tetoat Malra Bakal Dibongkar

Dikatakan, beberapa bulan terakhir sejumlah Menteri di Kabinet Indonesia Maju turun langsung untuk meninjau potensi dan persiapan program “seaweed estate” di Malra, seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Lantaran itu dirinya berharap kesiapan Pemkab Malra bisa lebih meyakinkan pemerintah pusat dan investor untuk mengoptimalkan potensi perikanan dan kelautan di daerah tersebut.

“Las areal yang dikembangkan untuk seaweed estate mencapai 500 hektare (Ha) yang berlokasi di Pulai Naik dan Pulau Hoat. Program tersebut diperkirakan akan menyerap tenaga kerja hingga 2.000 orang,”ujarnya seraya menambahkan, masyarakat di Malra sangat berharap program dari KKP ini bisa direalisasikan karena manfaatnya sangat banyak untuk buka lapangan kerja, serta menurunkan angka kemiskinan dan mendorong percepatan industri.

BACA JUGA:  Amir Rumra Apresiasi Langkah Bupati Bangun Maluku Tenggara

Masih menurutnya, jumlah pembudidaya rumput laut saat ini mencapai 2.026 orang dengan jumlah produksi 24.157,91 ton per/tahun.

rumput laut

“Budidaya rumput laut Malra masih tradisional, dan harga jualnya juga relatif rendah karena tata niaganya masih bergantung ke pengepul yang memperdagangkannya di Surabaya,” katanya.

Kabupaten Malra merupakan daerah di bagian tenggara Provinsi Maluku yang secara geografis punya potensi pengembangan tinggi di sektor perikanan. Berdasarkan data Pemkab Malra, posisi Malra berada dalam perlintasan dua wilayah perikanan (WPP), yakni WPP714 Laut Banda dan WPP718 Laut Arafura, yang masing-masing punya potensi lestari mencapai 788.939 ton/tahun dan 2,63 juta ton/tahun.

Sementara itu, untuk budidaya rumput laut, Malra juga memiliki lahan potensial sekitar 8.662 Ha, sedangkan lahan yang dimanfaatkan baru 846 Ha atau setara 7 persen saja. Lokasi budidaya rumput laut tersebar di daerah Teluk Hoat Sorbau, Teluk Loan-Kelanit, Pulau-pulau 10, Kei Besar Bagian Selatan dan Teluk Sathean. (L02)