AMBON, LaskarMaluku.com – Program the Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2), yang diimplementasikan oleh UNDP Indonesia berkolaborasi dengan Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melaksanakan peluncuran awal Pusat Pembelajaran dan Informasi Laut Arafura di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon.
Program ATSEA-2 yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) ini merupakan upaya bersama berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung pelestarian ekosistem Laut Arafura dan Laut Timor yang berbatasan langsung dengan Australia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Pusat pembelajaran ini diluncurkan oleh Dr. Lilly Aprilya Pregiwati, S.PI., M.Si. selaku Kepala Pusat Pelatihan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM KP), KKP dan Kepala Pusat Penyuluhan BPPSDM KP, Yayan Hikmayani, 5.Pi., M.Si. sekaligus Direktur Nasional Proyek ATSEA-2.
Kegiatan peluncuran ini juga dihadiri oleh anggota Dewan Nasional ATSEA-2 Indonesia yang mencakup perwakilan dari beberapa kementerian, seperti KKP, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian Keuangan.
Peluncuran awal Pusat Pembelajaran dan Informasi Laut Arafura yang digelar Sabtu di Kantor BPPP Ambon (16/11/2024) ini merupakan wujud upaya konkret dan langkah signifikan dalam meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat Maluku, khususnya Kota Ambon.
Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi utama mengenai Laut Arafura dan mendukung upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Selain untuk memperkenalkan fasilitas baru ini kepada masyarakat, acara peluncuran awal ini juga, bertujuan mendorong partisipasi komunitas lokal. Berbagai kegiatan menarik, seperti tur fasilitas, gelar wicara (talk show) interaktif, stan informasi, dan perlombaan, diselenggarakan untuk melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan minat serta mendorong keterlibatan langsung dalam pemanfaatan Pusat Pembelajaran dan Informasi Laut Arafura.
“Pusat ini didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan Kapasitas para pemangku kepentingan, mulai dari nelayan, penyuluh, hingga pembuat kebijakan, dalam mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan melalui pendekatan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM), memperkuat Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) Perairan di wilayah ATS, dengan fokus pada efektivitas pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati; dan, mendorong berbagi pengetahuan (knowledge sharing) melalui kolaborasi lintas sektor, baik di tingkat lokal, nasional, maupun regional,” ujar Kapusluh Yayan Hikmayani.
“Pendirian pusat pembelajaran ini mencerminkan komitmen ATSEA mendukung Indonesia untuk melakukan perubahan paradigma dari eksploitasi sumber daya tradisional ke pengelolaan berbasis ekosistem dan terintegrasi,” tambah Iwan Kurniawan, Programme Manager Natural Resources Management, Environment Unit, UNDP.
“Learning center akan difokuskan sebagai pusat informasi terkait pengelolaan Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan di wilayah Timur Indonesia secara umum dan khususnya di laut Arafuru. Beberapa fasilitas yang ada dalam ruang learning center adalah tempat diskusi, pojok baca (reading corner), serta tempat produksi berbagai informasi terkait Perikanan yang berkelanjutan dalam bentuk bahan materi, modul, dan video Penyuluhan,” ungkap Kepala BPPP Ambon Abubakar.
“Langkah berikutnya adalah bagaimana BPPP Ambon untuk dapat mengoptimalisasi learning center ini. Bagaimana kemudian informasi-informasi yang akan ditayangkan di learning center ini yang menjadikan orang datang dan ingin mencari tahu informasi penting, itu yang paling harus dilakukan,” ucap Kapuslat Lilly Aprilya Pregiwati.
Pusat Pembelajaran dan Informasi Laut Arafura diharapkan menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat mengenai isu-isu kelautan di wilayah Laut Arafura dan Laut Timor.
Selain itu, pusat ini akan berperan sebagai platform kolaboratif yang menghubungkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, penyuluh, dan organisasi lingkungan.
Kerjasama ini diharapkan dapat memperkuat sinergi dalam pengelolaan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Dengan tujuan tersebut, acara peluncuran awal ini diharapkan dapat menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum, untuk turut serta dalam upaya konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Dikatakannya, Program ATSEA-2 merupakan fase kedua dari Program ATSEA yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) dan didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP). Program ini berjalan selama lima tahun (2019-2024) dan didukung oleh pendanaan GEF sebesar US$9,7 juta dengan komitmen pendanaan bersama dari mitra negara (dan berbagai mitra lainnya). sebesar US$60,2 juta.
Program regional ini merupakan upaya kolaborasi bersama empat negara; Australia, Indonesia, Papua Nugini, dan Timor-Leste.
Program ATSEA dirancang untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi di wilayah Laut Arafura dan Timor (ATS), dengan mandat untuk mendukung implementasi Strategic Action Program (SAP) ATS yang telah disetujui periode 2014-2024 dan mengejar tujuan dan visi jangka panjangnya yaitu untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di wilayah Laut Arafura-Timor guna meningkatkan kualitas hidup penduduknya melalui restorasi, konservasi, dan pengelolaan ekosistem pesisir-laut berkelanjutan.
Di Indonesia, sejak fase kedua ini mulai dilaksanakan pada tahun 2019, Proyek ATSEA-2 telah memberikan kontribusi besar dalam mendukung 3 dari 5 tujuan Kebijakan Ekonomi Biru, yaitu,Memperluas Kawasan Konservasi LautATSEA dan memfasilitasi pembentukan Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Pulau Kolepom, yang merupakan kawasan konservasi perairan pertama di Provinsi Papua Selatan,Meningkatkan efektivitas Suaka Alam Perairan Aru Tenggara.
Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota, melalui implementasi Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem (EAFM), proyek ini mendukung pengelolaan perikanan untuk komoditas kakap merah, udang, dan baramundi di Laut Arafura.
Dan ATSEA-2 juga meningkatkan kapasitas nelayan melalui pelatihan-pelatihan, serta memfasilitasi proses registrasi kapal untuk mendukung pengelolaan perikanan yang lebih baik, Pengelolaan dan Pengawasan Pesisir serta Pulau-Pulau Kecil
Proyek ini telah memberikan pelatihan kepada pengawas perikanan, menyusun buku panduan untuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) di Kabupaten Kepulauan Aru dan Merauke, serta meningkatkan kapasitas intelijen perikanan di tingkat regional. Selain itu, dalam upaya pemulihan ekosistem, ATSEA-2 memfasilitasi sistem peringatan dini tumpahan minyak di Nusa Tenggara Timur. (L06)