AMBON, LaskarMaluku.com – Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional dan menyongsong Pilkada serentak pada tanggal 27 November 2024 mendatang, Pemuda Katolik Komisariat Daerah Maluku, Gerakan Pemuda Ansor, Ikatan Sarjana Katolik, Banser Kota Ambon, dan KNPI Provinsi Maluku menjalin silahturami dan menggelar diskusi tentang penguatan moderasi beragama, yang berlangsung, Kamis (2/5), bertempat di Lt II Puspaskup Amboina.

Membuka pembicaraan dalam diskusi terbatas, Ketua Pemuda Katolik Komda Maluku, Dominicus D Oratmangun mengatakan bahwa Gedung Puspaskup tempat pertemuan kita, merupakan saksi sejarah dimana kerja-kerja perdamaian dimulai dari Gedung Ini, silahturahmi ini sebagai wujud nyata dalam menjaga dan merawat kedamaian sesama anak bangsa.

“Kita telah lama mengenal dan pastinya saling memahami akan kerukunan dan persaudaraan, pertemuan ini bukanlah hal baru bagi kita, tetapi kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk selalu membangun tatanan hidup yang baik”, ungkapnya.

Pada kesempatan itu juga Dewan Pakar Pemuda Katolik Komda Maluku, Yoserisel Dirwot Wokanubun dalam paparannya mengatakan bahwa dasar toleransi adalah persaudaraan, seperti perkataan yang selalu didengar, bila bukan saudara seiman, maka saudara dalam kemanusiaan, “Moderasi Beragama adalah Gagasan yang digagas oleh Kementrian Agama. 

Gagasan ini berangkat dari realitas bangsa yang ditandai dengan timbulnya cara pandang, sikap praktek hidup keagamaan yang tidak menghargai martabat manusia, pemaksaan kehendak berdasarkan penafsiran ajaran agama yang subjektif yang kerap disusupi kepentingan politik dan ekonomi serta kecintaan terhadap agama yang tidak berimbang dengan kecintaan kepada NKRI. 

Moderasi beragama adalah satu pandangan, sikap dan praktek hidup beragama yang tetap berpegang teguh pada imannya tetapi memiliki sikap hormat terhadap agama lain, martabat manusia, mengedepankan kepentingan bersama dalam konteks Indonesia. Ada 4 indikator yang menunjukan bahwa masyarakat sudah moderat, diantaranya Komitmen kebangsaan, toleransi, Anti Kekerasan , dan menghormati tradisi.

Dijelaskan pula oleh Sekretaris Wilayah GP Ansor Maluku, Masyhuri Maswatu bahwa, diskusi dan silahturami ini merupakan keharusan untuk terus bersama dalam merawat kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

“Silahturami dan diskusi-diskusi seperti inilah yang terus melahirkan ide dan semangat untuk terus bersatu dalam perbedaan.

Penguatan moderasi beragama ini sangat penting. kemajemukan di Maluku adalah kekayaan yang kita miliki. Maka penguatan moderasi beragama perlu disosialisasikan dan ditanamkan pula sejak dini kepada generasi milenial / Gen Z” imbuhnya.

Sementara itu, Dansat Banser Kota Ambon, Arman Kalean menekankan pada proses politik yang memiliki ruang untuk menganggu kehidupan toleransi.

Kalean yang juga merupakan Ketua KNPI Provinsi Maluku saat ini, berpendapat bahwa persoalan toleransi adalah politik identitas yang telah tertanam dan terus disebarkan saat-saat tertentu, “selalu saja ada pada moment pemilu kita terjebak dengan politik identitas. 

Sudah waktunya kita berhenti menggunakan politik identitas dan berani melakukan gerakan-gerakan itu. 

Politik adalah memahami visi-misi para calon, melihat rekam jejak, dan berani mempertanyakan rasa cinta mereka dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat Maluku”.

Ditambahkan pula oleh Kertua Ikatan Sarjana Katolik Maluku, Dr. Andreas M D Ratuanak, bahwa perlu adanya upaya-upaya dalam mengawasi dan mengawal proses-proses tentang penguatan moderasi beragama yang begitu indah ini, akademisi, TNI/Polri, Aktivis, masyarakat dan semua elemen harus menjadi pemicu gerakan-gerakan agama yang toleransi, saling menghargai akan perbedaan.

Pemahaman tentang moderasi beragama ini harus dikumandangkan terus-menerus, sehingga menyentuh setiap orang”, tandas Ratuanak.

Pertemuan ini diakhiri dengan foto bersama di depan Gereja Katedral St. Fransiscus Xaverrius Ambon. (*/L02)