Share

AMBON, LaskarMaluku.com – Sejak 82 tahun silam, Monsenyiur (Mgr) Johanes Aerst bersama empat Pastor dan delapan Bruder ditembak mati oleh tentara Jepang (Japanese Soldiers)

Peristiwa kekejaman itu, diperingati oleh para Biarawati Suster Tarekat Maria Mediatriks (TMM) Soakacindan Benteng Ambon pada Selasa, 30 Juli 2024.

Tarekat ini lahir karena jasa dari Mgr Johanes Aerst, jadi wajar mereka mengenang peristiwa 82 tahun silam itu. Bukan hanya Tarekat saja yang memperingati peristiwa tragis itu, tetapi Sekolah Dasar (SD) Maria Mediatriks TMM Soakacindan Benteng Ambon ikut juga melakukan ritual ziarah serupa di monumen Mgr Johanes Aerst di depan Gedung Susteran TMM.

Gedung megah ini tidak jauh dari jalan umum dan disitu dibangun sebuah patung Mgr Johanes Aerst, MSC. karena beliau adalah pendiri Tarekat Maria Mediatriks.

Kepala Sekolah SD Maria Mediatriks Benteng Ambon, Suster Tarsisia Bauw, S Pd TMM mengungkapkan, sebelum pihaknya melaksanakan kegiatan Siara ini, sekira pukul lima pagi (0.5.00) WIT para Suster TMM melaksanakan meditasi dan diikuti dengan doa dan ziarah di monumental Mgr Johanes Aerst MSC. Kemudian pada pukul 09.00 WIT kegiatan ziarah juga dilakukan oleh para dewan guru, siswa-siswi SD TMM bersama staf.

Ziarah dikuti dengan rangkaian pembakaran lilin, pemasangan bunga di depan Monument.

Menurut Kepsek, SD TMM, Suster Tarsisia, TMM, bahwa terdapat dua alasan yang mendasari para siswa membawa lilin pada momen memperingati 82 tahun peristiwa bersejarah Mgr Johanes Aerst MSC, yang pertama Tujuannya yaitu pembentukan iman anak-anak di usia dini, yang kedua kendati kegiatan dilakukan secara sederhana dalam bentuk ziarah seperti itu, tanpa disuruh oleh orang tua anak dan atau siswa dengan sendirinya anak melakukan kegiatan kerohanian. Ini, tentu turut mempengaruhi akhlak anak-anak secara pribadi, baik dari sikap tutur kata (berbicara), tindakan dimulai dari hal-hal yang sederhana.

“Membawa lilin dan bunga itu sebagai suatu penghormatan atas moment yang sekarang ini kan kita memperingati wafatnya pendiri Tarekat Maria Mediatriks bapak Uskup Johanes Arst MSC, karena beliau ini mewartakan nilai-nilai yang kita ambil saat ini adalah nilai pengorbanan dan cinta kasih. Karena mencintai umat akhirnya rela ditembak mati oleh serdadu tentara Jepang pada 30 Juli 1942 tahun silam.

“Jadi kita melatih anak-anak untuk ikut ambil bagian pada Siara memperingati peristiwa 82 tahun silam, wafatnya Pendiri Tarekat Maria Mediatriks, Mgr Johanes Aerst MSC, bersama Empat Pastor dan Delapan Bruder di Tanah LANGGUR, 30 Juli 1942, jadi saat ini anak-anak belum mengerti, tetapi arti dari lilin adalah cahaya karena bapak Uskup membawa cahaya, kemudian bunga sebagai persembahan cinta dalam karya penyelamatan, “ujar Suster Tarsisia Bauw, S.Pd, TMM, kepada media ini, di Persekolahan SD Maria Mediatriks Benteng Ambon, Selasa (30/07/24) pagi.

Gereja Katolik Indonesia, khususnya misionaris Hati Kudus Yesus atau Tarekat MSC memperingati peristiwa penambakan terhadap Vikaris Apostolik Nuova Guinea Olandese yang menjadikan cikal bakal Gereja Katolik di Maluku dan Papua.

Mgr Johanes Aerts MSC juga telah mengutus banyak guru-guru dari Kei ke pelbagai wilayah di Nusantara khususnya ke Papua untuk membangun peradaban baru disana.

Mgr Johanes Aerts MSC dieksekusi mati oleh tentara Jepang bersama Empat Pastor dan delapan Bruder di tepi pantai LANGGUR Kei Maluku Tenggara tepat pada 30 Juli 1942 silam.

Mgr Johanes Aerts MSC sempat memberikan berkat terakhirnya untuk umatnya di Kepulauan Kei.

Seruan Pastor Berens, MSC “Untuk Kristus Raja Kita dan kemudian dijawab oleh rekan-rekan yang lain, “JADILAH,”

Seruan Kristus Raja Kita hingga kini masih terus digaunkan oleh Mgr Seno Ngutra di setiap kegiatan Kekatolikan di Wilayah Keuskupan Amboina. Bahkan teringat kala itu ketika Paduan Suara Gregorian Dewasa Maluku ketika mengikuti parade pembukaan Pesparani Nasional di Stadion Ancol pada tanggal 28 Oktober 2023,
Meneriakkan Yel Yel,
“Untuk Kristus Raja Kita Jadilah, “(L05).