Share
ABDULLAH VANATH
“Saya sudah menjadi bupati, saya hampir menjadi gubernur dan saya sudah menjadi politisi di Maluku, kini saya hanya mau mengejar satu impian saya yakni, ingin menjadi motivator bagi masyarakat di SBT sekaligus menjadi petani sukses”.
KUTIPAN ungkapan ini masih segar dalam ingatan saya, ketika saya berkesempatan mewawancarai mantan Bupati SBT Hi. Abdullah Vanath, S.Sos, M.MP di sela-sela perayaan HUT Kabupaten SBT ke 11 dua tahun silam. 
Sejak itu saya pun menyakini pak Dullah telah memutuskan untuk mengakhiri semua aktifitasnya di dunia politik, setelah jabatannya sebagai Bupati SBT di tahun itu berakhir. 
Ternyata keyakinan saya saat itu salah besar. Akhir-akhir ini baru saya sadar, bahwa ungkapan beliau saat itu adalah ungkapan seorang politisi yang tidak bisa diartikan secara datar. 
Saya juga lupa, sebelumnya mantan politisi Partai Demokrat ini pernah berkomitmen untuk tetap berjuang di ranah politik dan tidak mau “mati muda” dalam karir politik, tapi tetap akan menjadi penunjuk jalan bagi generasi muda Maluku di masa mendatang. 
Kembali munculnya nama Abdullah Vanath di kancah perpolitikan lokal Maluku, teringat saya akan cerita ritual SEPPUKU para pendekar samurai dari Jepang. 
SEPPUKU atau yang kita kenal dengan harakiri adalah tradisi bunuh diri yang terkenal di Jepang. Ritual ini dahulu dilakukan oleh para kaum bushi atau ksatria samurai. 
Bushi akan melakukan ritual harakiri apabila mereka tertangkap oleh musuh karena berprinsip lebih baik mati daripada harus disiksa oleh musuh atau gagal dalam tugasnya. 
Ritual ini dilakukan sebagai wujud dari tanggung jawabnya karena telah mengecewakan kelompoknya. Kembalinya sang maestro pemekaran SBT di bursa Pilkada Maluku 2018 mendatang, bagi saya adalah tindakan SEPPUKU politik bagi dirinya. 
Dia politikus bertalenta, berjiwa heroik dan bermental petarung. Maka tindakan SEPPUKU atau bunuh diri politik adalah cara terhormat yang harus ditempuh. 
Politikus itu “mati berkali-kali” adalah metamorfosa. Jika berduet dengan Herman Adrian Koenoebun di Pilkada Maluku mewujudkan hasil yang maksimal, maka ritual SEPPUKU politik tokoh muda berakronim AV ini adalah sebuah tindakan yang patut diapresiasi. 
Jalan panjang AV di lintasan politik lokal Maluku cukup berkesan. Lika-liku menjadi kontestan di Pilkada Maluku periode sebelumnya patut dijadikan pijakan untuk menerawang potensi kemenangan yang bakal diraih di pesta berikutnya bersama HEBAT. 
Sosok ini pernah lolos dari lubang jarum. Ketika tampil sebagai calon Bupati di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), AV mengalami kesulitan yang cukup berat. 
Ketika itu hanya ada dua parpol yang memberikan rekomendasi dukungan kepada AV yang kalah itu berpasangan denga Sitti Umuriah Suruwaky. Apa yang terjadi?  
Di injury time, pasangan ini kemudian lolos dan tampil sebagai kontestan di pilkada perdana SBT tahun 2005 silam. Pasangan AV –SU lolos dengan modal dukungan dua parpol dan parpol non site, setalah adalah perubahan regulasi. 
Tahun 2013 AV yang kalah itu tampil di pilkada Maluku juga diganjal. AV bersama pasangannya Martin Jonas Maspaitela yang mengusung akronim DAMAI hampir game over, ketika AV didepak dari PD dan rekomendasi parpol besutan SBY itu jatuh kepada pesainya Jacobus Putileihalat. 
Meski terlihat nekat laksana SEPPUKU kesatria samurai, namun respon publik atas pasangan HEBAT yang kini menguat, akan menjadi sebuah skenario yang cukup menarik untuk disimak. 
Sangat mungkin AV akan bernasib seperti Norodom Sihanouk. Tokoh politik Kamboja yang jatuh bangun dan akhirnya kembali ke puncak karir politiknya. Ini adalah prototype politisi humble dengan jaringan lintas generasi. 
Dia bisa menerobos kaum tua. Tapi juga bisa berteman dengan anak-anak muda. Tradisi blusukan yang kini gencar dilakukan telah membuat para rival politiknya ketar- ketir sebelum bertanding. 
Apalagi pasangan AV – HAK ini adalah pasangan petarung. Kedua tokoh ini tidak dibesarkan melalui karir politik, tapi keduanya besar dan menjadi tokoh politik. 
Sejatinya, AV adalah sosok pejuang yang banyak menorehkan sejarah. Saat memimpin SBT dialah maestro pembangunan melalui sejumlah program. 
Pemekaran desa menjadi ikon yang kini dinikmati masyarakat. Saat terjun ke dunia politik dialah yang memberi warna demokrasi di daerah ini. Tampil prima dengan perahu parpol gurem, namun mampu menjadi runner up di Pilkada Maluku periode silam. 
Kini AV laksana kesatria samurai yang siap melakukan ritual SEPPUKU, tapi karir politiknya tidak akan pernah mati, karena matinya berkali-kali. Mungkinkah pasangan HEBAT yang kini menempuh jalur independen pada Pilkada Maluku 2018 mampu mendulang kemenangan? 
Ataukah ini adalah akhir dari petualangan kedua figur dalam ritual “SEPPUKU”? Sungguh Piulkada Maluku mendatang adalah pertarungan para mastero. 
“Tidak ada orang yang bisa berdebat dengan teorema, rumus matematika. Matematika adalah ilmu pasti, kita tidak bisa memperdebatkan sebuah kepastian. Adalah wajar untuk berbeda pendapat pada hal-hal yang tidak pasti,” Stephen Hawking. (dhino pattisahusiwa)