Komarudin Watubun (pic.) |
LASKAR AMBON – Pendekatan akademis melalui survey sangat menentukan posisi seorang kandidat di bursa pencalonan kepala daerah. Survey adalah bagian dari penunjuk arah langkah kandidat guna mencapai hasil yang diharapkan.
Dari hasil survey, masing-masing kandidat bisa mengukur posisinya di tengah kontestasi politik. Meski begitu, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P, Komarudin Watubun menegaskan, survey bukan segalanya.
“Survey memang menentukan tetapi saya kira bagi partai politik pengusung yang sudah berpengalaman seperti PDI-P, survey itu bukan segalanya,” kata Komarudin Watubun kepada wartawan, saat dirinya berada di Ambon belum lama ini.
“Survey memang menentukan tetapi saya kira bagi partai politik pengusung yang sudah berpengalaman seperti PDI-P, survey itu bukan segalanya,” kata Komarudin Watubun kepada wartawan, saat dirinya berada di Ambon belum lama ini.
Politisi yang akrab disapa Bang Komar, optimis partai besutan Megawati Soekarnoputri, siap mendulang suara signifikan bagi para kandidat yang diusung saat Pilkada serentak gelombang kedua, 15 Februari 2017.
Meraup suara mencapai kemenangan, kata Bang Komar, tidak cukup hanya dengan berkoar melalui media massa. “Kerja lapangan sangat penting. Nah, maksud saya begini, kita kembali lagi kepada hasil survey tadi, bahwa PDI-P pernah membuktikan kalau hasil survey menentukan, tetapi bukan segalanya. PDI-P pernah masuk dalam kontestasi di DKI Jakarta, ketika mengusung calon Joko Widodo (Jokowi) saat itu,” ujar Bang Komar.
Meraup suara mencapai kemenangan, kata Bang Komar, tidak cukup hanya dengan berkoar melalui media massa. “Kerja lapangan sangat penting. Nah, maksud saya begini, kita kembali lagi kepada hasil survey tadi, bahwa PDI-P pernah membuktikan kalau hasil survey menentukan, tetapi bukan segalanya. PDI-P pernah masuk dalam kontestasi di DKI Jakarta, ketika mengusung calon Joko Widodo (Jokowi) saat itu,” ujar Bang Komar.
Menurutnya, sesuatu yang abnormal pernah dilakukan PDI-P, yang maju mengusung Jokowi dengan hasil survey yang jauh dibawah batas normal untuk bersaing dengan kandidat lain. “Itu sesuatu yang abnormal,” tegasnya.
Dikatakan, dengan hasil survey yang hanya bergerak dari 6 sampai 9 persen menghadapi kandidat lain yang sudah 50 persen bahkan lebih, PDI-P mampu menempatkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Di Kota Ambon, tegas politisi Senayan ini, fakta memperlihatkan banteng moncong putih, PDI-P memiliki basis pemilih yang tidak pernah bergeser.
Ini artinya, PDI-P dari waktu ke waktu punya pemilih militan sekitar 20 ribuan yang tidak akan bergeser. “Sederhana saja. Logikanya, sebelum dilakukan pemilihan, maka angka 20 ribuan itu sudah ada,” terangnya.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah bekerja dan terus bekerja yakinkan rakyat siapa figur yang pantas. “Bicara harus terukur, jangan berkoar hanya di media massa atau jejaring sosial tapi kerja lapangan malah kosong,” warning Bang Komar.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah bekerja dan terus bekerja yakinkan rakyat siapa figur yang pantas. “Bicara harus terukur, jangan berkoar hanya di media massa atau jejaring sosial tapi kerja lapangan malah kosong,” warning Bang Komar.
Masih menurutnya, dibutuhkan kerja keras guna meningkatkan jumlah perolehan suara dari basis 20 ribuan yang sudah ada selama ini.
“Jangan kita terlena. Memang benar kalau kita lihat trend saat ini, dimana-mana incumbent atau petahana banyak mengalami kesulitan. Tetapi, ini semua omong kosong kalau kita tidak bekerja keras di lapangan,” tutupnya. (LM)