Walikota Ambon, Richard Louhenapessy

LASKAR
– Walikota Ambon, Richard Louhenapessy memuji semangat juang para pelajar mahasiswa lulusan SMA di Kota Ambon yang saat ini sedang menimba ilmu di Jepang.
“Saya beri apresiasi yang tinggi atas semangat kalian. Luar biasa, karena kalian semua begitu survive di negara asing di Jepang yang demikian maju. Ini membuktikan bahwa sumber daya manusia kita bisa bersaing di manapun, asalkan dipersiapkan secara matang,” jelas Walikota di hadapan para pelajar mahasiswa di Jepang.
Menurutnya, untuk mendapatkan prestasi, maka persiapan diri secara matang dengan sungguh-sungguh belajar adalah kuncinya.
“Kesuksesan tidak datang bagai mimpi malam dan besok pagi langsung jadi. Tetapi kesuksesan itu butuh proses. Saya bangga karena semua pada akhirnya bisa melewati tantangan.
Dari dua gelombang yang sudah dikirim, memang gelombang pertama sedikit mengalami masalah karena mis komunikasi, tetapi itu biasa, harus ada tantangan. Seseorang mau maju harus melewati tantangan, dan saya bangga bahwa kalian bisa melewatinya,” kata Walikota.
Menurutnya, ke depan pelajar mahasiwa ini harus menjadi contoh bagi pelajar-pelajar lainnya di Kota Ambon untuk terus berpestasi.
“Ada berbagai macam pilihan jadi tidak hanya di Jepang saja, tetapi tentu butuh persiapan, dan prestasi sangat penting, karena persaingan begitu ketat dan semua harus bisa survive,” tegasnya.

Walikota mengingatkan, kepada para pelajar mahasiswa yang kuliah agar tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar di Jepang.

“Jangan sia-siakan kesempatan belajar ini. Buktikan kepada rakyat Kota Ambon bahwa kalian memang berprestasi. Buktikan kepada sekolah, kepada orang tua dan kepada rakyat Kota Ambon,” ujarnya mengingatkan.
Walikota menginginkan setelah tamat dari Jepang, seluruh mahasiswa kembali mengabdikan diri di Kota Ambon. “Ya, mungkin dua tahun kalian bisa mengabdi di Kota Ambon, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Pemkot Ambon, kepada rakyat Kota Ambon, dan sebagai rasa cinta kalian kepada Kota Ambon,” kata Walikota sembari menambahkan, nantinya perlu dibuatkan kesepakatan yang lebih mengikat untuk tujuan pengabdian.
Ini perlu dilakukan sehingga pelajar mahasiswa tidak lepas begitu saja setelah tamat dari Jepang. “Disini ada Pak Ketua DPRD dan Pak Ketua Komisi II yang membidangi masalah pendidikan. Jadi memang harus diatur seperti itu, karena bagaimanapun adik-adik semua di Jepang ini, ada campur tangan partisipasi dari rakyat Kota Ambon. Nah Pak Ketua DPRD dan Pak Ketua Komisi II sudah melihat secara langsung dan mendengar banyak masukan sehingga ke depan akan diatur lebih baik lagi,” jelas Walikota.
Hal ini, kata Walikota, perlu disampaikan, sebab program sebagus apapun, sepenting apapun, tentu butuh biaya, butuh dukungan dana. 
Bersama Mahasiswa JILA Fukuoka, Jepang.

“Ade-ade dong samua musti tau, beta Walikota tapi yang toki palu untuk pembiayaan itu, bapa-bapa di dewan,” ungkap Walikota dalam dialek Ambon, khas komunikasi antar orang tua dan anak. 
“Pemkot dan DPRD harus tetap bersinergi bagi kemajuan Kota Ambon termasuk bidang pendidikan,” tambah Walikota.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Ambon, James Maatita mengatakan, program belajar di Jepang harus mendapat dukungan.
“Pada prinsipnya DPRD mendukung pengembangan di bidang pendidikan. Dari sini kita bisa melihat bahwa perlu dilakukan proyeksi masa depan terhadap pengiriman mahasiswa belajar di luar negeri,” kata Maatita.
Menurutnya, terlepas dari kendala yang sempat dihadapi tetapi dari pertemuan bersama pelajar mahasiswa ini, sangat baik sehingga ke depan diharapkan mereka-mereka yang sudah lulus dari Jepang bisa menularkannya kepada adik-adiknya yang lain.
Artinya, jelas Maatita, jangan sampai Pemkot rugi kalau setelah tamat mereka tidak kembali atau langsung bekerja di tempat lain.
“Misalkan saja, saya lihat semua yang kuliah ini punya spesifikasi yang bagus, ada yang pilih teknik mesin, teknik sipil, bahasa dan keperawatan. Ini perlu didistribusikan secara baik, sebab kalau hanya ditempatkan, katakan sebagai PNS tanpa dalam posisi lingkup kerja sesuai keahlian mereka, juga merugikan,” ungkapnya.
Maatita sepenuhnya mendukung program belajar seperti ini, dan dia berharap, untuk proses berikut, khusus ke Jepang, cukup dengan kuota 30 orang. 
Pertemuan di Hotel Green Morris Hiroshima, Jepang
“Sekarang untuk gelombang pertama dan gelombang kedua total sudah 16, ya mungkin akan bertambah tapi cukup sampai pada kuota menggenapi jumlah 30 orang dan selanjutnya mereka sebagai motivator, pemandu, menularkan ilmu mereka pada sekolah atau jurusan-jurusan mana sesuai keahlian masing-masing,” terangnya.
Senada dengan Maatita, Ketua Komisi II DPRD Kota Ambon, Lucky Upulatu Nikijuluw, menyambut positif langkah Pemkot.
“Kami harus mendukung sepenuhnya program ini, dan jangan ketinggalan dengan kota-kota lain yang rajin mengirimkan anak-anak berpestasi untuk belajar ke luar negeri,” kata Upulatu.
Menurutnya, dari pertemuan ini, pihaknya akan melakukan koordinasi bersama rekan-rekan di Komisi II dan lintas komisi untuk melihat prospek masa depan dari kegiatan kuliah di Jepang ini.

Dia mendukung sepenuhnya pikiran Walikota yang tidak ingin Pemkot sia-sia. Maksud Upulatu, para mahasiswa tidak boleh dibiayai sepenuhnya oleh Pemkot Ambon.

“Jadi untuk maju harus menerima dan menghadapi tantangan seperti yang diungkapkan Pak Walikota. Untuk belajar ke luar negeri, biaya ditanggung setengah oleh Pemkot, setengah oleh para orang tua, dan juga kreatifitas dari para mahasiswa yang meluangkan waktu kosong untuk bekerja,” pungkasnya. (L1R)