Share
Martin Langoday
KOTA Ambon butuh pemimpin, bagai kompas penunjuk arah dan pembawa perubahan. Pemimpin transformator, pengubah suasana menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Seorang pemimpin yang mampu mengubah wajah kota menjadi lebih beradab; tertib, rapi, bersih dan tertata baik. Kiranya semua itu menjadi tema utama Pilwalkot kali ini.
Harapannya semua yang terlibat di dalamnya, baik parpol, para kontestan (para bakal calon), KPU, lembaga pengawas (Panwaslu), dan masyarakat patuh pada tahapan yang sudah dibuat KPU.
Seluruh aturan main ditegakkan secara ketat. Aturan lentur melunturkan Pilwalkot menjadi hancur. Karenanya, KPU sebagai penyelenggara harus benar-benar memegang kunci independensi; netral, jujur dan bersih dari black deals.
Demikian pun para kandidat, harus setia memeluk aturan. Masa-masa jelang pagelaran politik Februri 2017 adalah saat mengunjukkan kualitas diri. Yang bermain-main dengan aturan siap disingkirkan. Cara-cara buruk hanya akan menguak kebobrokan diri. Karenanya, semua diajak taat aturan main.
Memasuki tahapan Pilwalkot berawal dari rekomendasi parpol atau pun  dukungan rill dari warga bagi bakal calon perseorangan ini menjadi pertanda warga kota sudah bersiap menyongsong para kandidat.
Tengok dan simak isi otaknya, bukan isi dompetnya. Songsong niatnya, bukan duitnya. Songsong program kerjanya, bukan iming-iming proyeknya. Songsong tekadnya, bukan transaksi teken kontraknya.
Begitu juga para kandidat berkemas diri turun ke muka publik. Turun menjajakan diri secara baik. Barang bagus akan laku. Barang busuk akan disampahkan.
Ingat, warga Kota Ambon sebagai pemilih, makin tajam melihat dan mengecap mana calon sungguhan dari yang abal-abal, yang berniat baik dari yang tipu muslihat.
Warga Kota Ambon pun didorong untuk makin sadar diri bahwa kota ini hanya akan berubah dan maju jika tongkat kepemimpinan ada di tangan reformator.
Reformator, sang pengubah birokrasi lamban menjadi bergerak cepat, memompa partisipasi, mampu dan berniat secara sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan dasar warga Kota Ambon, yang selama konflik terstigma sebagai kota rawan dan terpuruk.
Bagi para calon, yang harus diingat adalah kebutuhan dasar selalu menjadi persoalan mendasar. Kita bersyukur memiliki Walikota saat ini yang peka terhadap kebutuhan air bersih melalui layanan keliling. Komunikasi bersama DPRD guna mencari jalan keluar dari persoalan listrik yang acap kali padam.
Untuk soal benah dan tata kota, tentu harus diapresiasi paras kota yang sempat hancur kini mulai berubah, menggapai kembali Ambon Manise di kepemimpinan Richard Louhenapessy.
Mari sukseskan Pilwalkot 2017 dengan proses yang sehat. Sehat karena menaati aturan main secara jujur. Sehat karena semua kandidat menyiapkan kesehatan diri, khususnya kesehatan mental.
Hanya yang bermental baik (jujur, bersih, dan berniat baik) yang layak memimpin Kota Ambon. Jika tidak maka klaim kepantasan kandidat untuk bisa berbuat lebih hanyalah omong kosong belaka. Ambon butuh pemimpin berintegritas tinggi. Semoga !! (*)